Wali Kota Makassar Moh. Ramdhan “Danny” Pomanto kembali menunjukkan perhatian besarnya terhadap kegiatan sosial dan kemanusiaan di kota yang ia pimpin. Kali ini, Danny meresmikan Rumah Duka Yayasan Budi Luhur Makassar, sebuah fasilitas yang diharapkan dapat menjadi tempat pelayanan terakhir bagi masyarakat dengan penuh penghormatan, kemanusiaan, dan nilai kebersamaan.
Peresmian ini berlangsung khidmat dan penuh makna. Sejumlah tokoh masyarakat, pengurus yayasan, pemuka agama, dan perwakilan organisasi sosial hadir untuk menyaksikan momen penting tersebut. Dengan mengenakan pakaian sederhana, Danny datang langsung meninjau fasilitas rumah duka yang berlokasi di kawasan strategis Kota Makassar itu, sembari berbincang dengan pengurus yayasan tentang fungsi sosial bangunan tersebut bagi masyarakat luas.
“Rumah duka bukan hanya tempat perpisahan, tapi ruang untuk menghormati kehidupan. Ini simbol kemanusiaan yang tak boleh hilang di tengah kemajuan kota,”
Makna dan Fungsi Sosial Rumah Duka Budi Luhur
Rumah Duka Yayasan Budi Luhur dibangun dengan tujuan memberikan pelayanan sosial bagi keluarga yang sedang berduka. Fasilitas ini menyediakan ruangan yang nyaman, bersih, dan terhormat bagi keluarga yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada orang tercinta. Tidak hanya bagi umat tertentu, tetapi terbuka untuk semua masyarakat tanpa memandang latar belakang agama atau suku.
Yayasan Budi Luhur sendiri sudah lama dikenal sebagai lembaga sosial yang aktif dalam kegiatan kemanusiaan di Makassar. Dengan berdirinya rumah duka ini, mereka ingin memperluas kiprah pelayanan, terutama dalam hal pemulasaraan jenazah dan dukungan bagi keluarga yang kehilangan anggota tercinta.
Bangunan rumah duka ini memiliki desain modern dengan sentuhan lokal Makassar. Di bagian depan terpampang logo Yayasan Budi Luhur yang menggambarkan tangan terbuka simbol kasih dan kepedulian. Ruangan dalamnya dilengkapi dengan fasilitas ruang ibadah, ruang doa, area parkir luas, serta layanan 24 jam bagi keluarga duka.
“Rumah duka ini adalah bentuk cinta kasih yang nyata. Kadang kita lupa bahwa kemanusiaan juga tentang bagaimana kita menghormati mereka yang sudah tiada,”
Kehadiran Pemerintah Kota dalam Gerakan Sosial
Dalam sambutannya, Danny Pomanto menegaskan bahwa Pemerintah Kota Makassar sangat mendukung kehadiran Rumah Duka Yayasanm Budi Luhur sebagai bagian dari infrastruktur sosial yang penting. Menurutnya, pembangunan fasilitas seperti ini adalah bentuk nyata dari kota yang beradab dan menghargai nilai kemanusiaan.
Ia menyampaikan bahwa kemajuan kota bukan hanya diukur dari gedung tinggi atau ekonomi yang tumbuh, tetapi juga dari sejauh mana warganya mampu memperlakukan sesama dengan empati dan kepedulian.
“Masyarakat Makassar terkenal dengan budaya ‘sipakatau’, yaitu saling memanusiakan. Nilai ini yang harus kita jaga lewat fasilitas seperti Rumah Duka Budi Luhur,” ujar Danny dengan penuh makna.
Pemerintah Kota Makassar pun berencana menjadikan rumah duka ini sebagai bagian dari jaringan fasilitas sosial yang terintegrasi dengan program Lorong Sehat dan Lorong Melayani. Dengan demikian, pelayanan masyarakat yang sedang berduka dapat dilakukan lebih cepat, tertib, dan bermartabat.
“Pemerintah kota mendukung setiap langkah kemanusiaan yang menempatkan nilai sipakatau sebagai fondasi. Rumah duka ini adalah bagian dari itu,”
Filosofi Kemanusiaan di Balik Rumah Duka Budi Luhur

Rumah Duka Yayasan Budi Luhur bukan sekadar tempat persemayaman. Ia adalah wujud konkret dari filosofi kemanusiaan yang menjadi nilai dasar masyarakat Bugis-Makassar menghormati yang hidup dan memuliakan yang meninggal.
Menurut pengurus yayasan, rumah duka ini didirikan atas dasar kepedulian terhadap banyaknya warga yang kesulitan mencari tempat yang layak saat mengalami kehilangan. Banyak keluarga berpenghasilan rendah yang tidak mampu menyewa tempat atau layanan pemulasaraan jenazah yang sesuai standar.
Dengan prinsip gotong royong dan pelayanan sosial, Rumah Duka Yayasan Budi Luhur membuka akses bagi semua kalangan, baik mampu maupun kurang mampu. Yayasan juga menyediakan bantuan logistik dan tenaga relawan yang siap membantu setiap proses kedukaan.
“Di kota besar, sering kali empati terkikis oleh kesibukan. Rumah duka ini ingin mengingatkan kita bahwa di atas segalanya, kita tetap manusia yang harus saling peduli,”
Wujud Kepedulian Yayasan Budi Luhur terhadap Masyarakat
Yayasan Budi Luhur dikenal memiliki sejarah panjang dalam kegiatan sosial di Makassar. Didirikan oleh sejumlah tokoh masyarakat dan dermawan, yayasan ini awalnya bergerak di bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka memperluas fokus pada pelayanan kemanusiaan yang lebih luas, termasuk penanganan jenazah dan bantuan bagi masyarakat yang tertimpa musibah.
Pendirian rumah duka ini menjadi langkah monumental yang menegaskan komitmen mereka dalam melayani masyarakat lintas golongan. Setiap fasilitas dan layanan yang disediakan di rumah duka ini dirancang dengan prinsip “kasih yang bekerja tanpa pamrih.”
Dalam acara peresmian, pengurus yayasan juga menegaskan bahwa rumah duka ini akan beroperasi dengan sistem sosial, di mana biaya pemakaian bisa disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Mereka juga membuka peluang bagi siapa pun untuk berdonasi dan menjadi bagian dari gerakan kemanusiaan ini.
“Makassar adalah kota besar, tapi harus tetap punya hati. Rumah Duka Yayasan Budi Luhur ini mengingatkan kita bahwa cinta kasih bisa diwujudkan lewat pelayanan, bahkan di saat duka,”
Danny Pomanto dan Spirit Kemanusiaan Kota Makassar
Danny Pomanto selama ini dikenal sebagai sosok pemimpin yang menempatkan kemanusiaan sebagai inti dari kebijakan publiknya. Program-program seperti Lorong Wisata, Lorong Sehat, hingga Smart City Makassar selalu berlandaskan prinsip bahwa manusia adalah pusat dari pembangunan kota.
Dalam konteks peresmian Rumah Duka Yayasan Budi Luhur, Danny menilai fasilitas ini sejalan dengan visi Makassar sebagai kota yang “Sombere dan Smart” ramah, humanis, namun juga modern dan efisien. Ia menyebut bahwa keberadaan rumah duka seperti ini memperkuat ekosistem sosial di kota, menciptakan keseimbangan antara kemajuan material dan moral.
“Kalau kota ini mau maju, maka manusianya harus punya rasa. Dan rasa itu lahir dari empati, dari kemauan untuk peduli,”
Danny juga menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendukung yayasan dan lembaga sosial yang memiliki komitmen nyata terhadap kemanusiaan. Ia berharap rumah duka ini bisa menjadi contoh bagi lembaga lain agar turut mengambil peran dalam membangun peradaban sosial yang kuat di Makassar.
Fasilitas Modern dan Pelayanan Profesional
Rumah Duka Yayasan Budi Luhur tidak hanya mengedepankan sisi spiritual, tetapi juga kualitas layanan. Fasilitas yang tersedia mencakup ruang persemayaman dengan sistem ventilasi modern, ruang keluarga dengan tata cahaya yang lembut, serta layanan pemulasaraan yang sesuai standar kesehatan dan keagamaan.
Selain itu, rumah duka ini dilengkapi dengan area parkir luas, kamar tamu, dan ruang doa lintas agama. Seluruh desain interior dibuat dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan psikologis bagi keluarga yang berduka, agar proses penghormatan terakhir dapat berlangsung dengan tenang dan khidmat.
Yayasan juga bekerja sama dengan tenaga profesional, mulai dari petugas kesehatan, rohaniawan, hingga relawan sosial yang siap membantu setiap kebutuhan keluarga. Dengan sistem pelayanan terpadu, rumah duka ini diharapkan bisa menjadi fasilitas rujukan utama di Makassar dan sekitarnya.
“Setiap detail di rumah duka ini dibuat dengan cinta. Karena menghormati yang meninggal bukan sekadar tradisi, tapi panggilan hati,”
Reaksi Masyarakat dan Harapan ke Depan
Kehadiran Rumah Duka YayasanBudi Luhur disambut positif oleh masyarakat Makassar. Banyak warga menilai fasilitas ini menjadi angin segar, terutama bagi mereka yang selama ini kesulitan mendapatkan layanan pemulasaraan dengan standar yang layak.
Sejumlah tokoh masyarakat juga memberikan apresiasi kepada Wali Kota Makassar dan pengurus yayasan atas inisiatif ini. Mereka berharap agar rumah duka ini tidak hanya menjadi simbol kemanusiaan, tetapi juga wadah pembelajaran sosial bagi generasi muda tentang pentingnya empati dan gotong royong.
“Rumah Duka Yayasan Budi Luhur adalah pengingat bahwa kematian bukan akhir dari segalanya, tapi kesempatan untuk memperlihatkan cinta terakhir kita kepada sesama,”
Ke depan, yayasan berencana menambah fasilitas layanan sosial lain seperti ambulans gratis, klinik kecil untuk pelayanan jenazah, serta pelatihan bagi relawan. Semua ini merupakan bagian dari misi besar Yayasan Budi Luhur dalam menjadikan Makassar sebagai kota yang penuh kepedulian.
Nilai Budaya dan Spiritual di Tengah Modernitas Kota
Makassar sebagai kota metropolitan di kawasan timur Indonesia sering kali dipandang sebagai kota yang terus tumbuh secara ekonomi dan teknologi. Namun di balik itu, masih melekat kuat nilai-nilai tradisional seperti sipakatau (saling menghormati), sipakainge (saling mengingatkan), dan sipakalebbi (saling memuliakan).
Kehadiran Rumah Duka Yayasan Budi Luhur menjadi simbol nyata bahwa nilai-nilai ini tidak hilang di tengah arus modernitas. Bahkan, fasilitas ini menjadi wadah untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong dan solidaritas antarwarga.
“Makassar boleh modern, tapi jangan kehilangan jiwanya. Rumah duka seperti ini mengingatkan kita bahwa kemajuan tanpa kemanusiaan hanyalah kehampaan,”
Kolaborasi Sosial dan Jejak Kepedulian
Peresmian Rumah Duka Yayasan Budi Luhur oleh Danny Pomanto menandai babak baru dalam kolaborasi antara pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat sipil di Makassar. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa pembangunan sosial tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh masyarakat yang punya empati dan komitmen.
Melalui dukungan berbagai pihak, rumah duka ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk membangun fasilitas sosial yang serupa tempat yang menghormati kehidupan sekaligus kematian.
Kegiatan ini juga memperlihatkan wajah Makassar sebagai kota yang hidup dari solidaritas. Di tengah hiruk pikuk modernisasi, rumah duka ini menjadi ruang sunyi yang mengingatkan tentang pentingnya cinta, penghormatan, dan kemanusiaan.
“Yang paling berharga dari hidup bukan seberapa lama kita hidup, tapi seberapa besar kita meninggalkan kasih bagi sesama,”






