Suasana di aula Dinas Pendidikan Kabupaten Polewali Mandar tampak hidup pagi itu. Ratusan guru dari berbagai sekolah dasar dan menengah berkumpul dengan semangat yang sama belajar membuat buku ajar kreatif bersama Dosen UNM. Kegiatan ini menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para akademisi UNM, sebagai bentuk kontribusi nyata dunia kampus terhadap kemajuan pendidikan di daerah. Para dosen UNM yang tergabung dalam tim pengabdian dari berbagai fakultas, datang langsung dari Makassar ke Polewali Mandar untuk memberikan pelatihan intensif selama tiga hari. Fokus utama kegiatan ini adalah membantu guru guru di daerah agar mampu menulis dan menyusun buku ajar yang menarik, sesuai dengan kebutuhan lokal dan karakter peserta didik di Sulawesi Barat.
“Pendidikan tidak bisa hanya bergantung pada buku dari pusat. Guru daerah harus berani menulis buku yang dekat dengan lingkungan anak-anak mereka.”
Semangat Kolaborasi antara UNM dan Guru di Polewali Mandar
Universitas Negeri Makassar memang dikenal sebagai salah satu perguruan tinggi yang aktif melakukan kegiatan pemberdayaan guru di berbagai wilayah Indonesia Timur. Pelatihan pembuatan buku ajar di Polewali Mandar ini menjadi bukti komitmen UNM untuk terus memperkuat kualitas tenaga pendidik, khususnya di daerah-daerah yang masih membutuhkan akses pendampingan akademik yang intensif.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk workshop tatap muka, di mana para peserta diberikan materi mulai dari dasar penulisan naskah buku ajar, penyusunan struktur pembelajaran, hingga desain visual dan penyuntingan. Dosen UNM juga membawa contoh buku ajar hasil karya mahasiswa dan guru binaan sebelumnya, sebagai inspirasi bagi peserta.
Suasana kelas terasa dinamis. Para guru yang sebelumnya belum terbiasa menulis tampak antusias mengikuti arahan. Mereka berdiskusi, menulis, dan memperlihatkan hasil karya mereka secara langsung di hadapan fasilitator.
“Banyak guru di daerah sebenarnya punya ide hebat dan pengalaman luar biasa di lapangan, tapi mereka belum tahu bagaimana menuliskannya menjadi buku. Di sinilah peran kami untuk membantu menjembatani.”
Mengangkat Nilai Lokal dalam Buku Ajar
Salah satu hal menarik dari pelatihan ini adalah pendekatan lokalisasi konten pendidikan. Dosen UNM mendorong para guru agar tidak hanya meniru buku ajar dari Jakarta atau Surabaya, tetapi menulis materi yang kontekstual dengan budaya dan lingkungan sekitar siswa di Polewali Mandar.
Misalnya, untuk pelajaran Bahasa Indonesia, para guru diajak menulis cerita anak dengan latar kampung nelayan di Polewali. Untuk pelajaran IPA, mereka diajak memanfaatkan contoh alam sekitar seperti hutan bambu, sungai Mandar, dan laut Polewali yang kaya ekosistem.
Pendekatan ini mendapat sambutan hangat dari para guru. Mereka merasa lebih mudah menyampaikan pelajaran ketika contoh yang digunakan dekat dengan kehidupan anak-anak.
“Kalau anak-anak belajar dari contoh yang mereka temui sehari-hari, seperti sawah, sungai, dan pasar Polewali, maka ilmu terasa nyata. Itulah makna pendidikan kontekstual yang sebenarnya.”
Perjalanan Dosen UNM dari Makassar ke Polewali

Jarak antara Makassar dan Polewali Mandar bukanlah jarak yang dekat. Butuh waktu sekitar 6 hingga 7 jam perjalanan darat melewati jalur Trans Sulawesi. Namun bagi tim dosen UNM, perjalanan panjang itu terasa sepadan dengan semangat para guru yang menanti di ujung perjalanan.
Perjalanan dimulai dari kampus UNM Gunung Sari, Makassar, dengan menggunakan kendaraan kampus menuju arah barat. Rombongan melewati Kabupaten Barru, Parepare, hingga memasuki perbatasan Sulawesi Barat di Wonomulyo. Sepanjang perjalanan, pemandangan pantai barat Sulawesi menemani mereka laut biru, gunung hijau, dan kehidupan pesisir yang menggambarkan keindahan alami Mandar.
Sesampainya di Polewali, para Dosen UNM langsung disambut hangat oleh perwakilan Dinas Pendidikan setempat. Mereka beristirahat sejenak di penginapan sederhana sebelum memulai pelatihan keesokan paginya.
“Perjalanan dari Makassar ke Polewali memang jauh, tapi begitu melihat semangat para guru di sini, semua lelah langsung hilang.”
Guru Sebagai Penulis dan Pendidik Sekaligus
Selama ini, guru di daerah sering dianggap hanya sebagai pengguna buku ajar yang disediakan pemerintah atau penerbit besar. Padahal, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi penulis sekaligus pendidik.
Dosen UNM menekankan pentingnya menjadikan guru sebagai subjek pengetahuan, bukan hanya penerima kebijakan. Dengan menulis buku ajar sendiri, guru dapat menyusun materi yang sesuai dengan kondisi siswa di wilayahnya, termasuk bahasa lokal, konteks budaya, serta kearifan lokal yang bisa dijadikan bahan belajar.
Dalam sesi pelatihan, para guru diajak untuk memulai dari hal-hal sederhana menulis pengalaman mengajar, mencatat kesulitan siswa, lalu mengubahnya menjadi cerita pembelajaran yang inspiratif.
Beberapa guru bahkan sudah berhasil membuat rancangan buku ajar yang memadukan cerita rakyat Mandar dengan pembelajaran moral dan literasi dasar.
“Guru yang menulis bukan hanya mendidik muridnya, tapi juga mendidik bangsa lewat karya. Setiap halaman buku yang ditulis adalah warisan intelektual bagi generasi berikutnya.”
Dukungan dari Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar menyambut baik kegiatan yang diinisiasi oleh UNM ini. Kepala Dinas Pendidikan setempat menyampaikan apresiasinya atas komitmen kampus untuk datang langsung dan memberikan pelatihan yang aplikatif bagi guru-guru di daerah.
Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah akan mendukung penuh setiap upaya peningkatan kapasitas guru, termasuk dengan menyiapkan program lanjutan berupa penerbitan hasil karya guru lokal.
Menurutnya, pelatihan semacam ini sangat relevan dengan semangat Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh pemerintah pusat.
“Kami ingin Polewali tidak hanya menjadi pengguna buku dari luar, tapi juga menjadi produsen pengetahuan. Dengan bantuan dosen UNM, saya yakin hal itu bisa diwujudkan.”
Inspirasi dari Makassar: Pendidikan Berbasis Kolaborasi
Program pengabdian yang dilakukan UNM di Polewali Mandar ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari berbagai inisiatif serupa yang telah dilakukan di beberapa daerah lain, seperti Gowa, Bone, dan Jeneponto. Semua kegiatan ini berangkat dari visi besar UNM untuk menjadikan pendidikan sebagai ruang kolaborasi antara kampus dan masyarakat.
Dosen UNM membawa semangat Makassar yang dikenal sebagai kota pendidikan di timur Indonesia. Mereka tidak hanya datang untuk mengajar, tetapi juga belajar dari pengalaman para guru di Polewali yang setiap hari berhadapan langsung dengan realitas pendidikan di lapangan.
Kolaborasi ini memperkaya kedua belah pihak. Para dosen UNM mendapatkan wawasan baru tentang kondisi pendidikan daerah, sementara guru mendapatkan ilmu dan teknik baru dalam menulis serta mengembangkan bahan ajar.
“Dari Makassar hingga Polewali, semangatnya sama mencerdaskan kehidupan bangsa. Bedanya hanya jarak, tapi tujuan kita tetap satu.”
Teknologi dalam Penulisan Buku Ajar
Dalam pelatihan tersebut, tim UNM juga memperkenalkan teknologi digital sebagai alat bantu pembuatan buku ajar. Para guru diajarkan cara menggunakan aplikasi sederhana seperti Canva, Google Docs, dan Book Creator untuk mendesain dan memformat buku mereka agar menarik secara visual.
Beberapa guru muda terlihat cepat beradaptasi. Mereka bahkan langsung mencoba membuat layout dengan menambahkan foto kegiatan sekolah dan peta wilayah Polewali sebagai ilustrasi lokal.
Bagi guru yang belum terbiasa dengan teknologi, dosen UNM memberikan pendampingan secara sabar dan bertahap. Hasilnya, dalam waktu tiga hari, sebagian besar peserta sudah mampu membuat rancangan buku ajar berbentuk digital sederhana yang bisa dicetak atau dibagikan melalui ponsel.
“Kami ingin menunjukkan bahwa menulis buku tidak sesulit yang dibayangkan. Dengan bantuan teknologi, siapa pun bisa menjadi penulis dan desainer pembelajaran.”
Penguatan Budaya Literasi di Sekolah
Salah satu dampak langsung dari kegiatan ini adalah meningkatnya kesadaran akan pentingnya literasi menulis di kalangan guru. Sebagian besar peserta menyatakan bahwa pelatihan ini membuka pandangan baru mereka terhadap peran literasi dalam dunia pendidikan.
Sebelumnya, banyak guru yang hanya fokus pada penyampaian materi pelajaran tanpa menyadari bahwa mereka juga bisa menjadi pencipta sumber belajar. Setelah mengikuti pelatihan, muncul keinginan kuat untuk membentuk komunitas penulis guru di Polewali Mandar.
Beberapa sekolah bahkan sudah berencana membuat proyek bersama, yaitu menulis kumpulan cerita lokal untuk digunakan sebagai bahan ajar bahasa daerah dan karakter siswa.
“Kalau guru bisa menulis, maka sekolah akan hidup. Karena setiap tulisan guru akan menjadi cermin semangat belajar di tempatnya mengajar.”
Antusiasme dan Cerita di Balik Pelatihan
Suasana pelatihan diwarnai dengan canda dan semangat. Ada guru yang datang dari kecamatan jauh, menempuh perjalanan dua jam dengan motor untuk bisa ikut belajar. Ada juga yang membawa laptop tua milik sekolah demi bisa mengetik rancangan buku ajar pertamanya.
Meskipun fasilitas tidak selalu lengkap, semangat mereka tak pernah surut. Tim dosen UNM bahkan merasa terharu melihat kegigihan para peserta yang tetap antusias sampai sesi terakhir.
Salah satu Dosen UNM mengatakan bahwa pengalaman ini menjadi pengingat bahwa pendidikan tidak hanya tentang teori di kampus, tetapi tentang kemauan untuk berbagi pengetahuan di mana pun dibutuhkan.
“Di setiap senyum guru daerah, saya melihat masa depan pendidikan Indonesia yang sesungguhnya. Mereka adalah akar yang menumbuhkan pohon ilmu di pelosok negeri.”
Dampak yang Diharapkan
Program pelatihan ini tidak berhenti di Polewali Mandar. UNM berencana melanjutkan pendampingan secara daring untuk memantau perkembangan karya para guru. Setiap peserta yang berhasil menyelesaikan buku ajar akan mendapatkan kesempatan untuk mempublikasikannya melalui penerbit akademik kampus.
Selain itu, Dinas Pendidikan Polewali Mandar juga berencana menjadikan karya karya tersebut sebagai bahan referensi lokal di perpustakaan sekolah. Dengan begitu, hasil pelatihan ini bisa terus bermanfaat bagi siswa dan guru di masa depan.
“Dari Polewali ke Makassar, ilmu ini akan kembali mengalir bukan hanya dari Dosen UNM ke guru, tapi dari guru ke anak-anak bangsa.”
Pendidikan sebagai Jembatan antara Kota dan Daerah
Perjalanan dosen UNM ke Polewali Mandar menggambarkan sebuah kenyataan indah bahwa ilmu pengetahuan tidak mengenal batas geografis. Makassar, dengan segala fasilitas kampus dan laboratoriumnya, berbagi pengetahuan dengan Polewali yang sarat nilai kearifan lokal.
Pertemuan dua dunia ini menghasilkan harmoni yang luar biasa: teknologi berpadu dengan tradisi, ilmu akademik bertemu pengalaman lapangan, dan dosen bertemu guru yang setiap hari berjuang di ruang kelas sederhana.
Dari perjalanan panjang itu, satu hal menjadi jelas: pendidikan bukan tentang siapa yang lebih tahu, tetapi tentang siapa yang mau berbagi.
“Kadang perjalanan dari Makassar ke Polewali bukan sekadar jarak geografis, tapi perjalanan spiritual tentang bagaimana ilmu bisa menjadi cahaya di tempat-tempat yang haus pengetahuan.”






