Ketua Partai Demokrat Sulsel, Ni’matullah Erbe, Siap Bertarung di Pilgub Suasana pemilihan kepala daerah di Sulawesi Selatan menghangat ketika Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel Ni’matullah Erbe menyatakan kesiapan dirinya memasuki kontestasi calon gubernur. Demokrat Pernyataan itu mencuat seusai pertemuan besar partai di Makassar yang melibatkan puluhan DPC dari kabupaten dan kota. Panggung politik pun kembali berguncang, dan Ni’matullah berdiri sebagai figur yang digadang oleh kadernya untuk mengambil peran utama.
“Bertarung bukan semata langkah politik. Ini tentang tanggung jawab besar untuk membawa perubahan nyata bagi Sulsel.”
Latar Belakang Ketua Demokrat Sulsel
Ni’matullah Erbe, yang biasa disapa Ulla, bukan wajah baru dalam kancah politik Sulawesi Selatan. Dengan pengalaman menjabat sebagai anggota DPRD provinsi selama beberapa periode hingga posisi wakil ketua, ia memiliki rekam jejak yang menjadi modal penting. Rekam jejak ini pula yang dijadikan landasan para DPC agar mengusung dirinya maju.
Dalam sambutannya, Ni’matullah mengaku menerima dorongan kader sebagai amanah yang tidak ringan. Ia menyadari bahwa keputusan untuk bertarung di pilgub bukan sekadar penempatan figur, tetapi ajang memperjuangkan visi dan misi yang lebih besar bagi rakyat Sulsel yang selama ini mendambakan pemerintahan yang lebih baik.
“Pengalaman politik bisa mengasah ketangguhan. Namun yang paling penting adalah mengubah ketangguhan itu menjadi perubahan bagi banyak orang.”
Dorongan Kader Partai dan Rekomendasi DPC
Dalam rapat koordinasi daerah (Rakorda) Partai Demokrat Sulsel, 23 DPC memilih menyepakati bahwa Ni’matullah akan diusung sebagai salah satu calon gubernur atau wakil gubernur. Keputusan ini mencerminkan kepercayaan internal partai terhadap kemampuan dan kepemimpinan Ni’matullah.
Para ketua DPC mengungkapkan bahwa aspek kompetensi, jaringan politik, dan pemahaman terhadap pemerintahan menjadi alasan utama. Dengan komitmen tersebut, Ni’matullah pun mulai membuka komunikasi intensif dengan tokoh masyarakat, parpol lain, serta elemen calon pemilih dari berbagai lapisan.
“Ketika semua anak buah partai menyuarakan satu nama, maka ia bukan hanya pribadi yang diusung. Ia menjadi simbol harapan kolektif.”
Visi Menangani Isu Strategis Sulsel
Ni’matullah tidak hanya muncul sebagai figur karena dukungan internal, tetapi juga karena membawa gagasan yang terhubung dengan kebutuhan daerah. Dalam sejumlah pernyataannya, ia menekankan pentingnya mengentaskan kemiskinan, menurunkan angka stunting, memperbaiki kualitas pendidikan, serta memberdayakan ekonomi masyarakat pesisir dan pedesaan.
Politik baginya bukan sekadar perebutan kekuasaan, tetapi sarana untuk memastikan rakyat terurus. Ia menyatakan bahwa kontestasi pilgub harus diisi dengan diskusi konkret tentang bagaimana Sulsel akan dibangun bersama, bukan hanya siapa yang akan duduk di kursi gubernur.
“Menjadi pemimpin bukan soal duduk di singgasana. Tetapi soal menjawab tantangan yang mengganjal langkah masyarakat.”
Tantangan Koalisi dan Hukum Partai
Meski didorong kuat oleh DPC Demokrat, Ni’matullah menyadari bahwa realitas politik tidak hanya berbicara soal dukungan lokal. Ia mengakui bahwa keputusan akhir pengusungan berada di tingkat DPP partai dan masih sangat bergantung pada dinamika koalisi serta hasil survei elektabilitas.
Lebih jauh, ia mengajak kader partai dan publik untuk bersikap realistis tetapi optimis. Ia terus melakukan penjajakan dengan partai lain, merumuskan skema koalisi, dan membuka pintu bagi figur lain yang potensial. Bagi Ni’matullah, fleksibilitas dalam posisi calon gubernur atau wakil gubernur adalah langkah strategis untuk menyesuaikan situasi politik yang dinamis.
“Dukungan lokal adalah fondasi. Tetapi bangunan kemenangan dibangun dari strateginya dalam koalisi dan kepekaan politis.”
Strategi Kampanye yang Dijanjikan
Dalam proses yang menyusul rekomendasi internal partai, Ni’matullah mengungkapkan bahwa kampanyenya akan diferensiasi dengan tema utama partisipasi rakyat, pemilihan pemimpin yang tidak sekadar punya isi tas, tetapi punya gagasan dan kerja nyata. Ia menyebut bahwa politik uang yang kerap mewarnai suku cadang pilkada menjadi salah satu yang harus dilawan.
Strategi yang diusung meliputi pendekatan digital untuk menjangkau pemilih muda, penguatan basis di wilayah luar kota, terutama pesisir dan pedesaan, serta pengaktifan figur-figur perempuan dan anak muda sebagai agen perubahan. Tujuan akhirnya adalah menciptakan kampanye yang modern namun tetap menyentuh hati dengan aksi yang konkret.
“Kemenangan yang lama bertahan bukan hanya karena banyak suara. Tetapi karena banyak orang merasa memiliki pemimpin dan merasa dilayani oleh pemimpin itu.”
Modal Politik dan Hambatan yang Dihadapi
Walaupun membawa semangat besar, perjalanan menuju pilgub penuh tantangan. Partai Demokrat memiliki kursi terbatas di DPRD Sulsel, sehingga untuk memenuhi persyaratan pengusungan diperlukan koalisi yang kuat. Selain itu, figur baru di tataran gubernur menghadapi pesaing yang seringkali sudah lebih dulu dikenal publik dan memiliki mesin politik yang mapan.
Ni’matullah mengakui bahwa tantangan terbesar bukan saja dalam memperoleh kursi, tetapi dalam meyakinkan pemilih bahwa ia bukan sekadar memilih figur, melainkan memilih perubahan nyata. Oleh sebab itu, ia semakin gencar turun langsung ke masyarakat, mendengar aspirasi mereka, dan merumuskan program yang konkret.
“Ketika hambatan muncul, bukan saatnya mundur. Tapi saatnya memeriksa kembali strategi dan memperkuat langkah.”
Momentum Pemuda, Perempuan, dan Basis Baru
Salah satu fokus kampanye Ni’matullah adalah merangkul kelompok pemilih yang selama ini kurang terlayani: pemuda dan perempuan. Dalam sejumlah pertemuan informal, ia mendengar langsung keresahan mereka, dari pengangguran hingga akses pendidikan. Responnya adalah mendorong program latihan kerja, inkubasi usaha mikro, serta peningkatan kapasitas kepemimpinan perempuan.
Hal ini ia pandang sebagai titik tumpu untuk membangun basis baru yang kuat dan berkesinambungan. Pemuda bukan hanya objek kampanye, tetapi mitra yang aktif. Perempuan bukan hanya pemilih, tetapi pelaku program kesejahteraan. Dengan cara ini, Ni’matullah ingin menciptakan gerakan politik di luar rutinitas meski tetap berbasis partai.
“Basis yang dibangun lewat pelayanan nyata akan lebih tahan terhadap gempa politik daripada basis yang hanya dibentuk lewat janji.”
Pemantapan Jaringan Politik dan Komunikasi
Kesiapan bertarung juga tampak dari peningkatan jaringan politik Ni’matullah. Ia intens menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh adat, pemimpin komunitas, dan pengusaha lokal di berbagai kabupaten. Ia menyadari bahwa Sulsel bukan satu homogenitas, tetapi ragam adat, budaya, dan tantangan. Karena itu, strategi kampanyenya bersifat inklusif dan kontekstual.
Dalam komunikasi media sosial juga ia semakin aktif. Konten-kampanye dibuat tidak hanya untuk konsumsi publik luas, tetapi juga untuk dialog dua arah dengan warga. Hal ini memungkinkan calon pemilih merasa dilibatkan dan bukan sekadar target.
“Ketika komunikasi berubah menjadi dialog, maka politik bukan lagi panggung figuran, tetapi kebersamaan dalam menentukan arah.”
Waktu untuk Memenangkan Hati Masyarakat Sulsel
Waktu menjadi faktor kritis dalam perjalanan menuju pilgub. Ni’matullah menyebut bahwa waktu untuk konsolidasi masih tersedia, dan ia memilih tidak terburu-buru dalam kampanye. Tujuannya adalah membangun fondasi yang kokoh, bukan sekadar mengguncang publik dengan acara besar. Ia berencana menggelar roadshow ke seluruh kecamatan dan membuka pos pos dialog di villages agar kampanye menjangkau akar masyarakat.
Ia menegaskan bahwa kemenangan bukan hanya diukur oleh angka suara, tetapi oleh perubahan sosial yang dirasakan setelah pemilihan. Jika warga merasa aksesnya ke layanan publik meningkat atau ekonomi lokalnya membaik, maka kampanye dianggap berhasil dengan sendirinya.
“Waktu bisa menjadi sekutu yang tegar jika kita mengisinya dengan langkah langkah kecil yang konsisten.”
Simbol Harapan Baru bagi Demokrat dan Sulsel
Figur Ni’matullah Erbe diusung bukan hanya sebagai simbol partai, tetapi sebagai simbol harapan bahwa Sulsel bisa memilih pemimpin yang modern, bersih, dan kompeten. Partai Demokrat berharap melalui pemilihan ini mereka bisa meraih peran strategis di pemerintahan daerah yang selama ini didominasi partai-lama. Kesepakatan internal dan komunitas relawan pun semakin memperkuat optimisme mereka.
Namun Ni’matullah menegaskan bahwa optimisme ini tidak boleh menjerumuskan keangkuhan. Ia mengajak seluruh kader dan relawan untuk tetap rendah hati, berbaur dengan masyarakat, dan bekerja tanpa menghitung panggung. Karena, menurutnya, rakyat tidak butuh figur yang besar hanya di poster. Mereka butuh pemimpin yang besar di hati masyarakat.
“Ketika harapan baru digaungkan, maka yang harus bergerak bukan hanya kata kata. Melainkan tangan-yang-turun, kaki-yang-menapak, dan hati-yang-mendengar.”
Pandangan Penulis: Tantangan dan Peluang yang Sama Besar
Dalam konteks Pilgub Sulsel mendatang, kesiapan Ni’matullah merupakan salah satu dinamika yang menarik. Peluang terbuka lebar karena dukungan internal partai dan pengalaman politiknya. Namun tantangan pun nyata: koalisi yang harus dirajut, kepercayaan masyarakat yang harus dipertahankan, dan kampanye yang harus dibangun tanpa tergelincir ke skandal politik uang atau janji kosong.
Saya berpendapat bahwa figur seperti Ni’matullah memiliki potensi transformasi politik di Sulsel jika mampu mempraktikkan gagasan yang ia utarakan. Namun keuntungannya tidak akan otomatis terkonversi menjadi kemenangan jika tidak ada langkah strategis yang matang, kerja basis yang kuat, dan citra yang terus konsisten. Kesempatan ini adalah pintu, bukan jaminan.






