Wakil Wali Kota Makassar: Harapan dan Kemajuan Kota Ada di Tangan Anak Cucu Kita Dalam suasana penuh semangat dan kebersamaan, Wakil Wali Kota Makassar, Fatmawati Rusdi, kembali menyampaikan pesan yang menyentuh hati masyarakat: bahwa masa depan dan kemajuan Kota Makassar sepenuhnya bergantung pada anak cucu kita hari ini. Wakil Wali Kota Ucapannya ini bukan sekadar retorika, melainkan cerminan dari visi pembangunan manusia yang berkelanjutan. Ia menekankan bahwa pembangunan fisik hanyalah pondasi, sedangkan pembangunan karakter dan kualitas generasi muda adalah roh yang akan menjaga keberlanjutan kota.
Pernyataan itu disampaikannya dalam sebuah kegiatan pendidikan karakter di salah satu sekolah negeri di Makassar. Acara tersebut dihadiri ratusan siswa, guru, serta tokoh masyarakat. Fatmawati berbicara bukan hanya sebagai pejabat, tetapi juga sebagai seorang ibu yang memandang anak-anak sebagai pewaris peradaban kota.
“Apa yang kita bangun hari ini akan mereka warisi. Jika kita menanam nilai-nilai yang baik di hati anak-anak, maka kota ini akan aman di tangan mereka.”
Pendidikan dan Karakter sebagai Fondasi Kota
Dalam berbagai kesempatan, Wakil Wali Kota selalu menegaskan bahwa kemajuan Makassar tidak boleh hanya diukur dari gedung bertingkat, taman kota, atau teknologi digital. Menurutnya, fondasi terpenting ada pada manusia — terutama anak-anak yang akan menjadi penerus tongkat estafet kepemimpinan.
Ia menyebut pendidikan karakter sebagai pondasi moral untuk membangun masyarakat yang beradab. Di tengah kemajuan teknologi, anak-anak perlu dibekali nilai kejujuran, kerja keras, dan kepedulian sosial. Ia mengingatkan agar sekolah dan keluarga berkolaborasi membentuk lingkungan yang mendidik dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Program “Sekolah Sehat dan Ramah Anak” menjadi salah satu fokus pemerintah kota. Dalam program ini, setiap sekolah diharapkan bukan hanya tempat belajar akademik, tetapi juga ruang tumbuh bagi perilaku positif. Pemerintah juga menyiapkan pelatihan bagi guru agar memahami psikologi anak masa kini yang hidup di tengah dunia digital.
“Mendidik anak bukan hanya soal nilai rapor, tapi soal nilai hidup. Di tangan merekalah wajah masa depan kota ditentukan.”
Membangun Kesadaran Keluarga Sebagai Sekolah Pertama
Fatmawati menyoroti pentingnya peran keluarga dalam membentuk karakter anak. Ia menyebut rumah sebagai “madrasah pertama” yang menentukan arah perilaku dan pola pikir anak di masa depan. Dalam berbagai dialog dengan masyarakat, ia kerap mengingatkan agar orang tua tidak menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan kepada sekolah.
Menurutnya, banyak permasalahan sosial berakar dari lemahnya peran keluarga. Ketika komunikasi orang tua dan anak renggang, maka ruang itu bisa diisi oleh pengaruh negatif, terutama dari media sosial dan lingkungan yang tidak sehat.
Pemerintah Kota Makassar pun berkomitmen memperkuat program pembinaan keluarga melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A). Program seperti “Parenting Lorong Bahagia” dan “Forum Anak Kota Makassar” menjadi wadah untuk mempererat hubungan antara generasi.
“Anak-anak bukan hanya butuh uang saku dan ponsel, mereka butuh pelukan, waktu, dan telinga yang mau mendengar.”
Anak Sebagai Subjek Pembangunan, Bukan Sekadar Objek
Salah satu gagasan menarik yang diusung Wakil Wali Kota adalah mengubah cara pandang terhadap anak-anak. Mereka bukan hanya penerima manfaat dari pembangunan, tetapi juga subjek yang bisa terlibat aktif.
Melalui berbagai kegiatan sosial dan edukatif, Fatmawati mendorong agar anak-anak diajak memahami makna pembangunan. Misalnya, melalui kegiatan gotong royong di lingkungan sekolah, lomba kebersihan lorong, hingga pelatihan kepemimpinan siswa. Ia yakin bahwa anak-anak yang terbiasa berpartisipasi sejak dini akan tumbuh menjadi warga kota yang peduli dan bertanggung jawab.
Ia juga mendukung pembentukan “Duta Anak Makassar”, sebuah gerakan anak muda yang menjadi teladan bagi teman-temannya dalam hal literasi, kepedulian sosial, dan kreativitas. Mereka tidak hanya dilatih bicara di depan publik, tetapi juga diajarkan bagaimana menginisiasi proyek sosial sederhana di lingkungan masing-masing.
“Anak-anak bukan generasi masa depan, mereka adalah generasi hari ini yang sedang membentuk masa depan.”
Kota yang Layak dan Aman untuk Anak
Visi Makassar sebagai “Kota Layak Anak” menjadi salah satu fokus utama pemerintahan. Program ini bukan sekadar slogan, tetapi sebuah gerakan besar untuk memastikan setiap anak mendapat haknya: hak untuk tumbuh sehat, belajar, bermain, dan merasa aman.
Berbagai fasilitas publik kini mulai didesain dengan mempertimbangkan kebutuhan anak dan disabilitas. Trotoar yang lebih ramah, ruang terbuka hijau yang nyaman, hingga taman bermain edukatif menjadi bagian dari rencana kota.
Selain itu, pemerintah kota juga memperketat regulasi terhadap perilaku kekerasan terhadap anak. Unit layanan terpadu dibentuk agar setiap laporan bisa direspons cepat. Fatmawati menekankan bahwa tidak boleh ada toleransi terhadap kekerasan dalam bentuk apa pun, baik di rumah, di sekolah, maupun di tempat umum.
“Kota yang aman bagi anak adalah kota yang aman bagi semua. Ketika anak merasa tenang, masyarakat juga hidup damai.”
Mempersiapkan Generasi Cerdas Digital
Di era digital, tantangan bagi anak-anak semakin kompleks. Dunia maya membawa manfaat luar biasa, namun juga risiko besar jika tidak digunakan dengan bijak. Wakil Wali Kota menilai pentingnya literasi digital untuk anak-anak dan orang tua agar mereka bisa memahami cara aman berinteraksi di dunia daring.
Makassar kini tengah menjalankan program “Digital Smart City” yang juga menyasar generasi muda. Melalui pelatihan dan seminar edukatif, anak-anak diperkenalkan pada dunia teknologi bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga pencipta. Mereka diajak memahami dasar pemrograman, desain, dan penggunaan media sosial yang bertanggung jawab.
“Kalau dulu orang tua mengajarkan cara menyapu halaman, sekarang kita juga harus mengajarkan cara menyapu jejak digital.”
Kepedulian Sosial dan Budaya sebagai Akar Identitas
Wakil Wali Kota Makassar meyakini bahwa kemajuan tanpa budaya ibarat pohon tanpa akar. Ia menekankan pentingnya menanamkan nilai kearifan lokal sejak dini, agar anak-anak tumbuh dengan rasa bangga terhadap kotanya sendiri.
Melalui kegiatan seperti “Festival Lorong Anak” dan “Kelas Budaya Sekolah”, pemerintah berupaya menanamkan nilai gotong royong, sopan santun, dan semangat kebersamaan yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat Bugis-Makassar.
Fatmawati berharap agar anak-anak Makassar tidak kehilangan jati diri di tengah arus globalisasi. Mereka boleh modern, boleh berprestasi secara global, tetapi harus tetap membumi pada nilai-nilai lokal yang menjunjung tinggi hormat, solidaritas, dan kejujuran.
“Anak-anak harus tumbuh seperti pohon kelapa: menjulang tinggi, tapi akarnya tetap kuat menancap di tanahnya sendiri.”
Generasi Sehat, Generasi Tangguh
Selain pendidikan dan moral, kesehatan menjadi perhatian serius Wakil Wali Kota. Ia menilai bahwa investasi terbaik untuk masa depan adalah memastikan anak-anak tumbuh sehat, baik secara fisik maupun mental.
Program “Makassar Sehat” dijalankan secara menyeluruh melalui posyandu, sekolah, dan fasilitas kesehatan masyarakat. Pemerintah memastikan ketersediaan gizi, imunisasi, serta pengawasan kesehatan remaja. Bahkan, inisiatif “Sekolah Sehat Bebas Asap Rokok” menjadi salah satu langkah konkrit untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak.
Fatmawati juga menyoroti pentingnya kesehatan mental di kalangan pelajar. Ia mengajak sekolah bekerja sama dengan psikolog untuk menyediakan ruang konseling yang ramah dan tidak menghakimi. Ia percaya bahwa anak-anak yang bahagia akan memiliki potensi luar biasa untuk berkembang.
“Kesehatan bukan hanya tubuh tanpa penyakit, tetapi juga hati yang tenang dan pikiran yang cerah.”
Perempuan dan Anak Sebagai Pilar Pembangunan
Sebagai seorang pemimpin perempuan, Fatmawati memahami tantangan yang dihadapi kaum ibu dalam mendidik anak di tengah kesibukan modern. Ia mengapresiasi para ibu yang tetap mampu membagi waktu antara bekerja dan mendampingi anak. Pemerintah kota berkomitmen memberikan ruang bagi perempuan untuk berdaya tanpa kehilangan peran dalam keluarga.
Ia menilai bahwa perempuan dan anak adalah pilar yang tidak bisa dipisahkan dalam pembangunan manusia. Karena itu, ia memperkuat sinergi antara organisasi perempuan, lembaga pendidikan, dan komunitas sosial untuk menciptakan sistem dukungan yang saling menguatkan.
Program pelatihan keterampilan bagi ibu rumah tangga, pelatihan parenting modern, dan kampanye kesetaraan gender dijalankan untuk memastikan bahwa perempuan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam pembangunan kota.
“Ketika perempuan kuat, keluarga akan kokoh. Ketika keluarga kokoh, kota akan tangguh.”
Kolaborasi Antar Generasi untuk Kota Masa Depan
Wakil Wali Kota menegaskan bahwa kolaborasi antar generasi adalah kunci kemajuan Makassar. Orang tua memberi teladan, anak muda membawa semangat baru, dan anak-anak menjadi alasan utama untuk terus membangun.
Ia mengajak semua pihak untuk menanamkan nilai keberlanjutan — bahwa apa pun yang dilakukan hari ini, harus bermanfaat bagi generasi berikutnya. Dari kebijakan lingkungan hingga tata kelola pemerintahan, semua diarahkan agar anak cucu kelak menikmati hasilnya.
Di akhir sambutannya, Fatmawati mengingatkan bahwa kemajuan sejati adalah ketika setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh, belajar, dan berkontribusi. Bukan hanya anak pejabat atau anak kota besar, tetapi juga anak-anak di lorong-lorong, di pesisir, dan di perbatasan.
“Harapan Makassar ada di tangan mereka. Kita tidak boleh mewariskan kota yang rusak, tetapi kota yang ramah, adil, dan membahagiakan.”
Membangun Makassar untuk Seratus Tahun ke Depan
Makassar saat ini berada di fase penting sebagai kota metropolitan yang terus berkembang. Namun, Wakil Wali Kota meyakini bahwa pembangunan jangka pendek tidak cukup. Ia mengajak semua pihak memikirkan Makassar dalam skala seratus tahun ke depan — kota yang tetap nyaman dihuni, berdaya saing global, dan tetap memiliki hati yang hangat.
Anak-anak yang hari ini duduk di bangku sekolah dasar, dua puluh tahun lagi akan menjadi pemimpin di kursi pemerintahan, dosen di universitas, atau pengusaha yang mempekerjakan ribuan orang. Apa yang mereka pelajari sekarang akan menentukan arah kota di masa depan.






