Ketua Delor Kecamatan Manggala Tinjau Longwis Asoka Langit pagi di kawasan Manggala, Makassar, tampak cerah saat rombongan Ketua Dewan Lorong (Delor) Kecamatan Manggala menyambangi Lorong Wisata Asoka. Suasana penuh semangat terlihat dari warga yang sibuk mempersiapkan penyambutan. Bendera kecil berwarna biru putih berkibar di sepanjang gang, sementara ibu-ibu PKK menata hasil kerajinan tangan dan produk UMKM di atas meja panjang.
Kehadiran Ketua Delor di Longwis Asoka hari itu bukan sekadar seremonial, melainkan langkah nyata untuk meninjau perkembangan kawasan wisata lorong yang menjadi kebanggaan warga. Program Lorong Wisata atau Longwis telah menjadi bagian dari transformasi sosial di Makassar, mengubah gang sempit menjadi ruang publik yang produktif, hijau, dan berdaya ekonomi.
“Lorong bukan lagi tempat yang dilupakan. Di sini, semangat kebersamaan dan kreativitas tumbuh tanpa batas.”
Longwis Asoka Sebagai Simbol Kemandirian Warga
Lorong Wisata Asoka terletak di kawasan padat penduduk, namun berhasil menampilkan wajah baru dengan cat warna cerah dan taman vertikal di sepanjang dinding rumah warga. Program ini menjadi contoh bagaimana masyarakat mampu mengubah ruang terbatas menjadi sarana pemberdayaan ekonomi dan destinasi wisata lokal.
Ketua Delor Kecamatan Manggala, dalam kunjungannya, menyampaikan apresiasi terhadap kerja keras warga. Ia menilai bahwa keberhasilan Longwis Asoka menunjukkan bahwa semangat kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat benar-benar membuahkan hasil nyata.
Dalam kesempatan itu, beliau juga meninjau beberapa stand UMKM yang menjual produk unggulan, mulai dari makanan ringan khas Makassar, tanaman hias, hingga kerajinan tangan berbahan daur ulang. Ia sempat berdialog langsung dengan warga yang mengelola kebun hidroponik di sudut lorong, memberikan dorongan agar inovasi terus berlanjut.
“Kemandirian warga adalah jantung pembangunan lokal. Ketika masyarakat berdaya, lorong menjadi hidup, ekonomi pun berputar.”
Sinergi Pemerintah dan Warga
Program Lorong Wisata yang digagas Pemerintah Kota Makassar memang dirancang sebagai upaya untuk memperkuat partisipasi masyarakat. Ketua Delor Kecamatan Manggala menegaskan bahwa keberhasilan program ini hanya bisa dicapai jika warga ikut terlibat langsung, bukan sekadar menunggu bantuan dari pemerintah.
Ia mengapresiasi inisiatif warga Lorong Asoka yang tidak hanya menata lingkungan, tetapi juga membangun ekosistem ekonomi kecil yang berkelanjutan. Bahkan beberapa produk UMKM dari Longwis Asoka kini sudah dipasarkan di platform online dan gerai oleh-oleh di Makassar.
Ketua Delor juga berjanji untuk memperkuat jaringan kemitraan dengan pihak swasta agar para pelaku UMKM di lorong memiliki akses permodalan dan pelatihan digital marketing.
“Kolaborasi adalah kunci. Ketika pemerintah, warga, dan dunia usaha berjalan beriringan, lorong kecil bisa menjadi contoh besar bagi kota lain.”
Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Pariwisata
Selain aspek ekonomi, peninjauan Ketua Delor juga menyoroti upaya warga dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Lorong Asoka kini dihiasi taman mini, mural tematik, dan jalur pejalan kaki yang bersih. Program bank sampah yang dikelola ibu-ibu rumah tangga menjadi salah satu inovasi menarik yang mendapat pujian dari Ketua Delor.
Ia menilai bahwa kebersihan dan estetika lorong menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi wisatawan lokal yang ingin menikmati suasana berbeda di tengah kota. Rencana jangka panjang yang dibahas adalah menjadikan Longwis Asoka sebagai destinasi edukasi lingkungan bagi sekolah-sekolah di Makassar.
“Keindahan bukan hanya soal warna cat, tapi tentang bagaimana lingkungan menjadi ruang belajar bagi generasi muda.”
Dorongan untuk UMKM Lorong
Dalam kunjungannya, Ketua Delor juga menyempatkan diri berdialog dengan sejumlah pelaku usaha kecil. Ia menanyakan kendala yang dihadapi, mulai dari permodalan hingga promosi produk. Beberapa pelaku usaha mengaku antusias dengan perhatian pemerintah dan berharap ada pendampingan berkelanjutan agar usaha mereka bisa berkembang lebih besar.
Sebagai respon, Ketua Delor berjanji untuk memfasilitasi pelatihan kewirausahaan bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Makassar. Ia menegaskan bahwa lorong wisata tidak boleh berhenti hanya pada aspek estetika, tetapi harus menjadi tempat yang produktif dan memberi dampak ekonomi langsung.
“Lorong yang indah akan menarik perhatian, tetapi lorong yang produktif akan menumbuhkan kesejahteraan.”
Partisipasi Generasi Muda
Kegiatan peninjauan itu juga dihadiri oleh sejumlah pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna dan komunitas kreatif setempat. Mereka memamerkan karya mural dan video promosi digital tentang Longwis Asoka. Ketua Delor memuji keterlibatan anak muda yang mampu membawa ide-ide segar untuk memajukan kawasan lorong wisata.
Generasi muda diharapkan terus menjadi motor penggerak inovasi di tingkat lokal. Dengan kemampuan digital dan kreativitas tinggi, mereka berpotensi memperluas jangkauan promosi Longwis Asoka ke tingkat nasional.
“Ketika anak muda bergerak, lorong bukan hanya dikenal di sekitar RW, tapi bisa menjadi ikon kota.”
Mengangkat Potensi Lokal Melalui Festival
Dalam agenda kunjungan tersebut, Ketua Delor juga membahas rencana penyelenggaraan “Festival Longwis Asoka” yang akan menampilkan potensi lokal warga. Acara ini akan menggabungkan pameran UMKM, lomba kebersihan, hingga pertunjukan seni tradisional.
Festival itu diharapkan menjadi ajang silaturahmi antarwarga sekaligus promosi bagi produk lokal. Ketua Delor menekankan bahwa kegiatan seperti ini penting untuk memperkuat rasa kebersamaan sekaligus meningkatkan daya tarik wisata di tingkat lorong.
“Setiap lorong punya cerita, dan festival adalah cara terbaik untuk memperkenalkannya kepada dunia.”
Penguatan Struktur Delor di Kecamatan
Peninjauan Longwis Asoka juga dimanfaatkan sebagai evaluasi kinerja Dewan Lorong di tingkat kecamatan. Ketua Delor mengingatkan agar setiap pengurus di kelurahan terus aktif dalam menggerakkan kegiatan masyarakat dan mengawal program lorong wisata.
Ia menekankan pentingnya koordinasi lintas kelurahan, terutama dalam hal pelaporan, inovasi, dan pembinaan UMKM. Dengan sistem kerja yang solid, program lorong wisata bisa menjadi model pembangunan partisipatif yang berkelanjutan.
“Organisasi akan hidup jika setiap pengurus memahami peran dan tanggung jawabnya. Tanpa itu, semangat lorong bisa redup kapan saja.”
Dukungan Warga dan Antusiasme yang Tak Surut
Warga Lorong Asoka menyambut hangat kedatangan Ketua Delor. Mereka merasa diperhatikan dan termotivasi untuk terus menjaga prestasi yang telah diraih. Salah satu warga, ibu rumah tangga yang menjadi pengelola taman hidroponik, menyampaikan rasa bangganya karena lorong mereka menjadi contoh bagi daerah lain.
Rasa kebersamaan terlihat jelas ketika warga saling membantu membersihkan area sekitar dan menyiapkan makanan khas seperti barongko dan jalangkote untuk jamuan tamu. Semua dilakukan dengan sukarela dan penuh kebanggaan.
“Ketika warga merasa memiliki, mereka tak menunggu disuruh. Mereka akan bergerak sendiri demi menjaga nama baik lingkungannya.”
Harapan dan Langkah Lanjutan
Kunjungan Ketua Delor Kecamatan Manggala bukan akhir dari perjalanan Longwis Asoka, melainkan awal dari babak baru. Rencana pengembangan selanjutnya mencakup penambahan fasilitas umum seperti gazebo, area bermain anak, dan jalur khusus bagi penyandang disabilitas.
Ketua Delor juga menyampaikan akan mengusulkan Longwis Asoka sebagai salah satu nominasi “Lorong Terinovatif” dalam ajang penghargaan tingkat kota. Ia berharap langkah ini bisa memotivasi lorong-lorong lain di Kecamatan Manggala untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan inovasi.
“Semangat kompetisi yang sehat akan membuat setiap lorong berlomba menciptakan karya, bukan sekadar menunggu perhatian.”
Refleksi Penulis
Sebagai seorang yang menyaksikan langsung suasana di Longwis Asoka, saya melihat bahwa apa yang terjadi di sana bukan hanya perubahan fisik, tapi perubahan budaya. Warga tidak lagi pasif, melainkan proaktif menciptakan solusi. Program lorong wisata terbukti mampu menumbuhkan rasa bangga dan identitas baru bagi masyarakat perkotaan.
Di tengah hiruk-pikuk kota besar seperti Makassar, lorong-lorong kecil seperti Asoka mengajarkan bahwa pembangunan sejati tidak harus dimulai dari gedung tinggi atau proyek besar, melainkan dari halaman rumah sendiri.






