UIN Alauddin Buka Penjaringan Warek, Dekan, Direktur PPS, dan Ketua Lembaga Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kembali memasuki fase penting dalam dinamika kepemimpinan akademiknya. Kampus yang dikenal sebagai “Kampus Peradaban” itu secara resmi membuka penjaringan calon Wakil Rektor (Warek), Dekan, Direktur Pascasarjana (PPS), dan Ketua Lembaga untuk periode mendatang.
Langkah ini menandai dimulainya proses regenerasi kepemimpinan di lingkungan UIN Alauddin, sebuah tahapan penting yang akan menentukan arah kebijakan akademik, riset, dan tata kelola kampus beberapa tahun ke depan. Rektor Prof. Hamdan Juhannis menegaskan bahwa proses ini akan berlangsung transparan, inklusif, dan berlandaskan prinsip meritokrasi agar menghasilkan pemimpin yang kredibel dan berintegritas tinggi.
“Pemimpin akademik sejati bukan hanya pandai mengelola, tetapi mampu menginspirasi dan menyalakan semangat kemajuan bagi seluruh sivitas kampus.”
Proses Penjaringan yang Terbuka dan Transparan
UIN Alauddin Makassar dalam beberapa tahun terakhir dikenal sebagai salah satu perguruan tinggi Islam yang konsisten menerapkan prinsip tata kelola modern. Dalam konteks pemilihan pejabat struktural kali ini, pihak rektorat menegaskan bahwa seluruh proses penjaringan dilakukan secara terbuka.
Mulai dari tahap pengumuman, pendaftaran, seleksi administrasi, hingga penilaian kompetensi akan diawasi langsung oleh panitia seleksi yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Rektor. Panitia tersebut terdiri dari unsur senat universitas, biro akademik, dan perwakilan lembaga yang memiliki rekam jejak profesional dalam bidang manajemen pendidikan.
Sistem ini diharapkan dapat meminimalkan potensi konflik kepentingan dan memastikan bahwa setiap kandidat yang lolos benar-benar memenuhi kriteria akademik, moral, dan manajerial.
“Transparansi bukan hanya soal membuka data, tapi juga membangun kepercayaan publik bahwa kampus ini dijalankan secara adil dan akuntabel.”
Posisi Strategis yang Akan Diisi
Penjaringan kali ini mencakup beberapa posisi strategis yang menjadi tulang punggung pengelolaan universitas. Di tingkat universitas, akan dipilih calon Wakil Rektor bidang Akademik dan Kelembagaan, bidang Administrasi Umum dan Keuangan, bidang Kemahasiswaan, serta bidang Kerja Sama dan Pengembangan.
Sementara di tingkat fakultas, masing-masing akan dilakukan penjaringan calon dekan dari delapan fakultas yang ada di UIN Alauddin. Posisi ini mencakup Fakultas Syariah dan Hukum, Dakwah dan Komunikasi, Tarbiyah dan Keguruan, Ushuluddin dan Filsafat, Sains dan Teknologi, Ekonomi dan Bisnis Islam, serta Fakultas Adab dan Humaniora.
Selain itu, kursi Direktur Pascasarjana dan Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) juga menjadi bagian penting dalam proses seleksi ini, mengingat peran strategis keduanya dalam menjaga mutu pendidikan dan riset kampus.
“Pemilihan pejabat akademik bukan sekadar rotasi jabatan, melainkan upaya menemukan energi baru untuk melanjutkan visi universitas yang progresif.”
Antusiasme Dosen dan Pegiat Akademik
Kabar dibukanya penjaringan tersebut disambut antusias oleh para dosen dan tenaga pendidik di lingkungan UIN Alauddin Makassar. Banyak yang melihat momentum ini sebagai kesempatan emas untuk mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin akademik yang segar, adaptif terhadap perubahan, dan memiliki visi jangka panjang.
Beberapa dosen muda bahkan menyatakan niat untuk ikut serta dalam proses seleksi, dengan harapan dapat memberikan perspektif baru dalam manajemen pendidikan Islam modern. Dukungan dari kalangan senior pun cukup kuat, mereka menganggap proses ini sebagai bagian dari regenerasi sehat yang harus terus dijaga.
“Kampus yang hidup adalah kampus yang memberi ruang bagi ide-ide baru untuk tumbuh bersama tradisi akademik yang kuat.”
Rektor Tekankan Kriteria Kepemimpinan Visioner
Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Hamdan Juhannis, dalam arahannya menegaskan bahwa kampus membutuhkan sosok pemimpin akademik yang tidak hanya memiliki kemampuan administratif, tetapi juga visi yang kuat terhadap arah pengembangan ilmu pengetahuan dan penguatan nilai-nilai keislaman.
Menurutnya, pemimpin masa depan UIN harus mampu menjembatani antara tradisi keilmuan Islam klasik dan tuntutan dunia modern. Mereka juga diharapkan memiliki sensitivitas sosial yang tinggi, sehingga kebijakan kampus tetap berpihak pada mahasiswa dan masyarakat luas.
Dalam kesempatan itu, rektor juga mengingatkan bahwa jabatan bukanlah bentuk kekuasaan, melainkan amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban, baik secara profesional maupun moral.
“Menjadi pemimpin di lingkungan akademik berarti siap mengabdi, bukan sekadar mencari posisi.”
Tahapan dan Jadwal Penjaringan
Panitia seleksi telah merilis jadwal resmi tahapan penjaringan. Proses pendaftaran dibuka selama dua minggu, diikuti dengan seleksi administrasi yang akan memeriksa kelengkapan berkas, ijazah, sertifikat pendukung, serta surat pernyataan bebas pelanggaran etika akademik.
Kandidat yang lolos administrasi akan menjalani tahap presentasi visi-misi di hadapan senat universitas. Presentasi ini menjadi ajang bagi calon untuk memaparkan gagasan strategis dalam mengembangkan fakultas atau lembaga yang akan dipimpinnya.
Tahap akhir berupa wawancara mendalam oleh rektorat dan tim independen penilai kinerja, yang menilai kapasitas kepemimpinan, rekam jejak penelitian, serta kemampuan membangun jaringan kolaborasi.
“Seleksi yang baik bukan hanya mencari siapa yang paling hebat, tetapi siapa yang paling siap memikul tanggung jawab dengan keikhlasan.”
Semangat Reformasi Birokrasi di Dunia Akademik
Penjaringan pejabat akademik ini juga menjadi bagian dari semangat reformasi birokrasi yang tengah digalakkan di lingkungan perguruan tinggi negeri. UIN Alauddin ingin memastikan bahwa setiap keputusan diambil berdasarkan kompetensi, bukan kedekatan personal atau politik kampus.
Sistem penilaian kinerja berbasis portofolio kini diterapkan sebagai salah satu alat ukur objektif. Setiap calon wajib menyerahkan dokumen rekam jejak penelitian, publikasi ilmiah, serta capaian tridarma perguruan tinggi.
Langkah ini sekaligus mendorong peningkatan profesionalisme di kalangan dosen dan pejabat akademik, agar setiap kebijakan yang diambil memiliki dasar ilmiah yang kuat.
“Reformasi birokrasi di kampus adalah langkah sunyi, tapi dampaknya besar bagi integritas lembaga pendidikan.”
Dukungan dari Senat Universitas
Senat Universitas UIN Alauddin Makassar memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan penjaringan ini. Sebagai badan normatif tertinggi, senat berperan memastikan bahwa seluruh proses berjalan sesuai dengan peraturan dan kode etik akademik.
Beberapa anggota senat menilai bahwa keberhasilan penjaringan kali ini akan menentukan wajah kepemimpinan universitas selama lima tahun ke depan. Mereka menekankan pentingnya mencari figur pemimpin yang tidak hanya pandai dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki kemampuan manajerial dan komunikasi yang baik.
“Kepemimpinan akademik yang baik adalah yang mampu mendengar suara bawahan tanpa kehilangan arah strategisnya.”
Aspirasi Mahasiswa dan Harapan Generasi Muda Kampus
Di sisi lain, mahasiswa juga turut memberikan perhatian terhadap proses penjaringan ini. Organisasi kemahasiswaan di berbagai fakultas berharap agar calon pemimpin yang terpilih nantinya memiliki kepedulian tinggi terhadap peningkatan kualitas pelayanan akademik dan kegiatan mahasiswa.
Mereka menginginkan sosok dekan dan wakil rektor yang terbuka terhadap dialog, transparan dalam kebijakan, dan aktif mendorong partisipasi mahasiswa dalam pengembangan kampus.
Beberapa organisasi kemahasiswaan bahkan berencana melakukan diskusi publik mengenai kriteria ideal pemimpin akademik di era digital, sebagai bentuk partisipasi dalam proses demokrasi kampus.
“Pemimpin yang hebat bukan yang menjaga jarak dengan mahasiswa, tapi yang hadir di tengah mereka saat dibutuhkan.”
Tantangan Kepemimpinan di Era Digital dan Globalisasi
Konteks pendidikan tinggi saat ini menghadirkan tantangan baru yang jauh lebih kompleks dibanding satu dekade lalu. Pemimpin perguruan tinggi dituntut mampu mengelola transformasi digital, menghadapi dinamika globalisasi, dan tetap menjaga jati diri keislaman dalam setiap kebijakan akademik.
UIN Alauddin Makassar, dengan visinya menjadi universitas Islam berkelas dunia, memerlukan pemimpin yang mampu mengintegrasikan riset, inovasi, dan nilai-nilai moral keislaman dalam satu sistem manajemen modern.
Selain itu, tuntutan akreditasi internasional, peningkatan kualitas publikasi ilmiah, dan optimalisasi sistem keuangan berbasis BLU (Badan Layanan Umum) menjadi bagian dari tanggung jawab strategis yang harus dipahami oleh setiap kandidat.
“Pemimpin yang hebat tidak hanya memimpin perubahan, tetapi juga memelihara nilai yang menjadi akar identitas lembaga.”
Potensi Regenerasi dan Harapan Baru
Penjaringan ini juga diharapkan menjadi momentum bagi munculnya generasi baru pemimpin akademik di UIN Alauddin. Dalam beberapa tahun terakhir, kampus ini mulai menunjukkan keberanian dalam memberi ruang bagi dosen muda yang memiliki rekam jejak riset dan kemampuan manajerial yang mumpuni.
Keterlibatan generasi baru ini diharapkan dapat memberikan warna segar dalam kebijakan akademik, membawa ide-ide inovatif, dan mempercepat proses adaptasi terhadap perubahan global di dunia pendidikan.
“Regenerasi bukan menggantikan yang lama, tapi melanjutkan estafet perjuangan dengan semangat yang diperbarui.”
Komitmen pada Tata Kelola yang Bersih dan Akuntabel
Dalam setiap tahap penjaringan, pihak rektorat menegaskan pentingnya prinsip good university governance. Setiap peserta diingatkan agar menjunjung tinggi kejujuran, etika akademik, serta menghindari praktik-praktik yang tidak sesuai dengan nilai integritas universitas.
Untuk memastikan akuntabilitas, seluruh proses seleksi akan dipublikasikan secara terbuka melalui laman resmi universitas. Panitia juga membuka kanal pengaduan bagi sivitas akademika yang ingin memberikan masukan atau melaporkan pelanggaran dalam proses seleksi.
Langkah ini diambil untuk menjaga kredibilitas institusi serta memastikan bahwa hasil akhir benar-benar mencerminkan suara dan aspirasi akademik universitas.
“Integritas adalah pondasi setiap jabatan. Tanpa itu, kepemimpinan hanya menjadi formalitas tanpa makna.”
Rektor Harap Lahir Pemimpin Kolaboratif dan Inspiratif
Menjelang akhir tahap awal penjaringan, Rektor Prof. Hamdan Juhannis menyampaikan harapannya agar proses ini tidak hanya melahirkan pejabat baru, tetapi juga semangat baru dalam membangun kampus. Ia menekankan bahwa UIN Alauddin Makassar memerlukan pemimpin yang kolaboratif, inspiratif, dan terbuka terhadap perubahan.
Menurutnya, kepemimpinan akademik tidak bisa dijalankan dengan gaya otoriter. Diperlukan pendekatan yang dialogis dan partisipatif agar setiap kebijakan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen kampus.
Rektor menegaskan bahwa kolaborasi antara pimpinan universitas, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa adalah kunci utama keberhasilan lembaga pendidikan tinggi.






