Jenazah Almarhum HM Alwi Hamu Dalam Perjalanan Menuju Makassar

Headline16 Views

Kabar duka menyelimuti dunia pers dan masyarakat Sulawesi Selatan setelah berpulangnya HM Alwi Hamu, tokoh pers nasional sekaligus pendiri Fajar Group. Kepergian almarhum meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga besar, tetapi juga bagi insan media, rekan kerja, hingga tokoh masyarakat di Makassar yang mengenal kiprahnya selama puluhan tahun.

“Ada orang yang meninggalkan jabatan, tapi jejaknya hilang. Namun ada juga yang meninggalkan dunia, tapi namanya tetap hidup karena karya dan pengabdian. Alwi Hamu adalah contoh nyata yang kedua.”

Perjalanan Jenazah Menuju Makassar

Jenazah almarhum HM Alwi Hamu diberangkatkan dari Jakarta menuju Makassar untuk dimakamkan di tanah kelahirannya. Pesawat yang membawa jenazah dijadwalkan tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, di mana keluarga besar, sahabat, dan sejumlah tokoh publik telah menunggu sejak pagi.

Suasana haru tampak menyelimuti area VIP bandara. Bendera setengah tiang berkibar di beberapa kantor media di Makassar sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi sosok yang telah memberikan kontribusi besar bagi dunia jurnalistik Indonesia, khususnya di kawasan timur.

Prosesi penyambutan jenazah dilakukan dengan penuh khidmat. Setelah tiba, rombongan langsung menuju rumah duka di kawasan Panakkbukang, di mana masyarakat, pejabat, dan rekan media sudah berbaris untuk memberikan penghormatan terakhir.

“Makassar berduka, bukan hanya karena kehilangan seorang tokoh pers, tapi karena kehilangan sosok panutan yang menjadikan integritas sebagai nafas pekerjaannya.”

Sosok HM Alwi Hamu di Mata Masyarakat

Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, HM Alwi Hamu bukan sekadar pengusaha media. Ia adalah simbol kebangkitan informasi di luar Pulau Jawa. Melalui jaringan media yang dibangunnya, seperti Harian Fajar dan Fajar TV, ia membuka ruang bagi jurnalisme daerah untuk berbicara di kancah nasional.

Di masa-masa sulit ketika media daerah masih bergantung pada kantor pusat di Jakarta, Alwi Hamu hadir membawa visi bahwa kebenaran dan berita bermartabat bisa lahir dari timur Indonesia.

“Wartawan boleh menulis tentang banyak hal, tapi jujurlah pada hati nurani sendiri. Itu pesan beliau yang selalu kami ingat,” ujar salah satu jurnalis senior yang pernah bekerja di bawah kepemimpinannya.

Ketekunannya membangun media berbasis lokal menjadikan Makassar sebagai salah satu pusat media paling berpengaruh di Indonesia Timur hingga kini.

Dikenal Sebagai Sosok Tegas Namun Bersahaja

Meski dikenal tegas dalam bekerja, HM Alwi Hamu selalu mengedepankan pendekatan kekeluargaan terhadap karyawan dan rekan media. Banyak mantan wartawan Fajar yang mengaku bahwa almarhum tidak hanya menjadi pimpinan, tetapi juga guru kehidupan.

Gaya kepemimpinannya yang sederhana membuatnya disegani tanpa perlu menunjukkan kekuasaan. Ia lebih suka memberi contoh melalui tindakan, bukan perintah. Dalam banyak kesempatan, ia sering turun langsung memantau redaksi dan berdiskusi dengan wartawan muda.

“Beliau tidak pernah membentak, tapi kata-katanya selalu meninggalkan kesan mendalam. Kadang cukup satu kalimat dari beliau untuk membuat kita berpikir berhari-hari.”

Jejak Panjang di Dunia Pers dan Pendidikan

Perjalanan karier Alwi Hamu di dunia jurnalistik dimulai sejak muda. Ia dikenal aktif di berbagai organisasi media dan menjadi tokoh penting dalam pembentukan Dewan Pers serta Serikat Penerbit Suratkabar (SPS).

Selain itu, ia juga terlibat dalam kegiatan sosial dan pendidikan, terutama dalam pengembangan literasi media di sekolah-sekolah. Melalui program yang digagasnya, banyak generasi muda Makassar yang mulai mengenal pentingnya jurnalisme yang beretika.

Peran ini membuatnya sering menjadi pembicara di berbagai forum nasional dan internasional tentang kebebasan pers serta transformasi media di era digital.

“Ketika banyak orang takut pada perubahan, beliau justru menyambutnya dengan keberanian dan visi panjang.”

Hubungan Dekat dengan Dunia Akademik dan Tokoh Publik

Selain di dunia media, HM Alwi Hamu juga dikenal dekat dengan kalangan akademisi dan birokrat. Ia menjalin hubungan baik dengan berbagai universitas di Makassar seperti Unhas, UIN Alauddin, dan Universitas Bosowa, dalam kegiatan penelitian dan pendidikan media.

Kehadirannya sering diminta sebagai narasumber kuliah umum karena kemampuannya menjelaskan etika jurnalistik dengan bahasa yang membumi. Tidak sedikit mahasiswa komunikasi yang menganggapnya sebagai inspirasi untuk menjadi jurnalis yang berintegritas.

“Alwi Hamu bukan hanya pendiri media, tapi pendidik bagi seluruh generasi yang ingin menjadikan pena sebagai alat perubahan.”

Mengenang Sosok Alwi dari Perspektif “Alwi Tawuran”

Di tengah pembicaraan publik tentang sosok Alwi Hamu, muncul pula kenangan dari masa-masa mudanya di Makassar, di mana ia dikenal sebagai pribadi tangguh dan berani menghadapi tantangan. Beberapa orang tua di Makassar masih mengenangnya dengan istilah “Alwi Tawuran”, julukan yang disematkan secara akrab di masa remaja karena keberaniannya melerai konflik antarkelompok di masa lalu.

Namun, julukan itu bukan bermakna negatif. Justru dari situlah muncul sisi kepemimpinannya yang kuat. Ia dikenal sebagai sosok yang mampu menenangkan suasana dan mempertemukan pihak yang berseteru.

“Beliau memang keras, tapi bukan untuk menyakiti. Kerasnya Alwi itu keras yang melindungi.”

Kisah “Alwi Tawuran” menjadi legenda kecil di kalangan masyarakat tua Makassar, menandai perjalanan panjangnya dari pemuda berani menjadi tokoh besar yang menebar kedamaian lewat tulisan dan kerja nyata.

Doa dan Harapan dari Rekan Media dan Tokoh Nasional

Sejumlah tokoh nasional menyampaikan belasungkawa atas kepergian HM Alwi Hamu. Menteri Komunikasi dan Informatika, Ketua Dewan Pers, dan beberapa pimpinan media besar menyebut bahwa Indonesia kehilangan sosok yang memegang teguh nilai independensi pers.

Bahkan, sejumlah redaksi media di Jakarta dan Makassar menggelar doa bersama untuk mengenang jasa dan perjuangan beliau. Di media sosial, ribuan ucapan duka cita mengalir, menandakan betapa luasnya pengaruh dan kasih masyarakat terhadap almarhum.

“Ada pemimpin yang dikenang karena kekuasaannya, tapi ada juga yang dikenang karena keikhlasannya. Alwi Hamu jelas yang kedua.”

Suasana Duka di Rumah Duka Makassar

Setibanya di rumah duka, suasana haru tak terbendung. Ribuan pelayat datang bergantian untuk memberikan penghormatan terakhir. Sejumlah karangan bunga dari instansi pemerintah, media nasional, hingga organisasi sosial memenuhi halaman rumah.

Di ruang utama, keluarga besar menerima ucapan belasungkawa dengan penuh ketegaran. Isak tangis terdengar dari rekan-rekan lama yang pernah bekerja bersamanya selama puluhan tahun.

Sementara itu, beberapa tokoh masyarakat turut hadir, termasuk pejabat pemerintah daerah dan pimpinan organisasi keagamaan. Mereka semua datang dengan satu tujuan: memberikan penghormatan terakhir kepada sosok yang telah mengabdikan hidupnya untuk kemajuan pers Indonesia.

“Tidak banyak orang yang bisa membangun media dari daerah dan menjadikannya sekelas nasional. Itu prestasi yang lahir dari keyakinan dan keberanian.”

Warisan Nilai dan Semangat Perjuangan

Lebih dari sekadar pendiri media, HM Alwi Hamu meninggalkan warisan nilai bagi generasi muda: kejujuran, kerja keras, dan kecintaan terhadap daerah. Ia membuktikan bahwa menjadi besar tidak harus lahir dari pusat, tetapi dari niat untuk memberi manfaat bagi masyarakat.

Warisan ini kini diteruskan oleh generasi penerus di Fajar Group dan jaringan media yang tersebar di seluruh Indonesia Timur. Banyak jurnalis muda yang mengaku menjadikan nama Alwi Hamu sebagai motivasi untuk menulis lebih jujur dan berani.

“Beliau telah berpulang, tapi semangatnya tetap menjadi tinta yang tidak akan pernah kering.”

Makassar Berduka, Indonesia Kehilangan Sosok Inspiratif

Kota Makassar hari ini berduka. Tidak hanya karena kehilangan seorang tokoh pers, tetapi juga kehilangan figur panutan yang menanamkan nilai-nilai keberanian, integritas, dan cinta tanah kelahiran.

HM Alwi Hamu adalah contoh nyata bahwa satu orang bisa membawa perubahan besar bagi masyarakat jika bekerja dengan hati dan keikhlasan. Jejak langkahnya di dunia jurnalistik akan selalu menjadi inspirasi bagi siapa pun yang percaya bahwa kebenaran adalah pondasi dari segala perubahan.

“Mungkin jasadnya kini menuju tanah kelahiran, tapi suaranya akan terus hidup di setiap berita yang ditulis dengan hati.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *