DPRD Minta Kepsek SMAN 17 Dievaluasi Pasca Didemo oleh Siswa

Pendidikan16 Views

Kabar mengejutkan datang dari lingkungan pendidikan Kota Makassar. Puluhan siswa SMAN 17 Makassar turun ke halaman sekolah melakukan aksi demonstrasi, menuntut transparansi dan perubahan di bawah kepemimpinan kepala sekolah mereka. Peristiwa yang berlangsung di pagi hari itu menarik perhatian publik, bahkan sampai ke telinga anggota DPRD Makassar, yang langsung meminta Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan dan kinerja kepala sekolah tersebut.

Aksi ini mencerminkan kegelisahan siswa terhadap iklim sekolah yang mereka anggap semakin tidak kondusif. SMAN 17 Makassar yang selama ini dikenal sebagai sekolah unggulan di wilayah timur kota, kini menjadi sorotan karena peristiwa yang jarang terjadi di dunia pendidikan menengah.

“Kalau sampai siswa turun ke jalan dan bersuara, berarti ada sesuatu yang sangat serius di dalam sekolah yang tidak bisa lagi diselesaikan lewat jalur biasa.”

Suasana Demo di SMAN 17 Makassar

Demo yang digelar oleh para siswa berlangsung tertib namun penuh emosi. Mereka membawa poster bertuliskan kritik dan tuntutan, di antaranya tentang kebijakan sekolah yang dianggap sewenang-wenang serta kurangnya ruang komunikasi antara siswa dan pihak manajemen sekolah.

Aksi itu bermula dari halaman depan sekolah, lalu berlanjut hingga ke area lapangan. Para siswa berkumpul sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan pelajar, menuntut agar aspirasi mereka didengar oleh kepala sekolah.

Beberapa guru berusaha menenangkan situasi, namun semangat para siswa tetap tinggi. Mereka menegaskan bahwa aksi tersebut dilakukan bukan karena ingin melawan, tetapi karena ingin memperjuangkan suasana belajar yang lebih baik dan adil bagi seluruh siswa.

“Kami tidak ingin sekolah kami kehilangan wibawanya. Tapi kami juga tidak bisa diam saat aturan dijalankan tanpa musyawarah dan tanpa rasa keadilan.”

Reaksi DPRD Makassar terhadap Aksi Siswa

Tak butuh waktu lama, kabar aksi demo di SMAN 17 Makassar sampai ke gedung DPRD Makassar. Beberapa anggota dewan, khususnya dari Komisi D yang membidangi pendidikan, langsung mengeluarkan pernyataan resmi agar Dinas Pendidikan Sulsel segera turun tangan.

DPRD menilai bahwa aksi siswa tidak boleh diremehkan. Ini bukan hanya soal disiplin pelajar, melainkan tanda adanya masalah kepemimpinan dan komunikasi internal di tingkat sekolah.

Ketua Komisi D DPRD Makassar menegaskan bahwa evaluasi terhadap kepala sekolah sangat penting dilakukan agar kejadian serupa tidak menular ke sekolah lain. Ia juga menyoroti perlunya pembinaan khusus bagi kepala sekolah agar lebih terbuka terhadap aspirasi siswa.

“Sekolah adalah ruang pendidikan, bukan ruang kekuasaan. Jika kepala sekolah tidak mampu menjadi teladan dan pendengar yang baik, maka ia kehilangan esensi dari kepemimpinannya.”

SMAN 17 Makassar: Sekolah Favorit yang Sedang Diuji

SMAN 17 Makassar selama ini dikenal sebagai salah satu sekolah negeri favorit dengan rekam jejak akademik yang cukup cemerlang. Banyak lulusan sekolah ini diterima di perguruan tinggi ternama di Indonesia. Selain itu, sekolah ini juga dikenal aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kompetisi antarsekolah.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah keluhan mulai bermunculan. Siswa dan orang tua menganggap ada kebijakan yang terlalu kaku, terutama dalam hal pengelolaan kegiatan siswa, administrasi sekolah, dan kebijakan internal yang tidak selalu disosialisasikan secara transparan.

Dari informasi yang beredar, sebagian siswa menilai bahwa pihak sekolah lebih menekankan pada aturan formal ketimbang membangun suasana belajar yang menyenangkan.

“Sekolah bagus bukan hanya karena gedung dan rankingnya, tapi karena hubungan yang sehat antara guru, siswa, dan kepala sekolah.”

Aspirasi Siswa: Antara Harapan dan Keberanian

Yang menarik dari peristiwa ini adalah keberanian para siswa menyuarakan pendapatnya secara terbuka. Mereka menunjukkan bahwa pelajar bukan hanya penerima kebijakan, tapi juga warga sekolah yang memiliki hak suara.

Dalam orasi mereka, para siswa menuntut agar kepala sekolah lebih terbuka terhadap aspirasi pelajar, memperhatikan fasilitas belajar, serta menghentikan praktik yang dianggap menekan kreativitas siswa.

Mereka juga meminta agar pihak dinas melakukan evaluasi terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan memberikan ruang dialog terbuka agar masalah ini bisa diselesaikan tanpa menimbulkan perpecahan.

Beberapa siswa bahkan menyampaikan bahwa aksi ini dilakukan dengan kesadaran penuh dan tanpa provokasi dari pihak luar.

“Kalau suara kami tidak didengar di ruang rapat, maka kami akan bersuara di halaman sekolah. Kami hanya ingin didengar, bukan dilawan.”

Peran Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan

Menyikapi desakan dari DPRD, Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan langsung menurunkan tim ke lapangan untuk memverifikasi fakta di SMAN 17 Makassar. Kepala Dinas menegaskan bahwa pihaknya akan bersikap objektif dan tidak berpihak, baik kepada siswa maupun kepala sekolah, sampai hasil evaluasi keluar.

Dinas Pendidikan menilai bahwa insiden ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya komunikasi dua arah di lingkungan sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu membangun kepercayaan dan rasa hormat, bukan hanya lewat kebijakan, tetapi juga melalui empati.

“Kami tidak ingin mencari siapa yang salah, tapi bagaimana memperbaiki sistem agar hal serupa tidak terjadi lagi.”

Suara Orang Tua dan Alumni

Aksi demo siswa SMAN 17 juga mendapat perhatian dari para orang tua dan alumni. Banyak dari mereka yang menyatakan keprihatinan terhadap kondisi sekolah. Para alumni mengingat masa-masa ketika SMAN 17 dikenal sebagai sekolah yang harmonis dan terbuka.

Beberapa orang tua mengaku mendukung langkah siswa selama dilakukan dengan tertib dan tanpa kekerasan. Mereka menilai, jika siswa berani bersuara, itu berarti mereka peduli terhadap masa depan sekolahnya.

Namun sebagian juga meminta agar para siswa tetap menghormati guru dan menjaga nama baik sekolah. Mereka berharap agar Dinas Pendidikan segera memberikan solusi yang menenangkan semua pihak.

“Anak-anak kami hanya butuh ruang untuk berbicara. Jangan sampai semangat mereka untuk memperbaiki keadaan dianggap sebagai bentuk pembangkangan.”

Isu Internal yang Jadi Sorotan

Dari berbagai informasi yang beredar, salah satu pemicu ketegangan di SMAN 17 Makassar disebut-sebut terkait dengan kebijakan baru yang dirasa terlalu membebani siswa. Ada pula laporan mengenai pembatasan kegiatan ekstrakurikuler dan dugaan perlakuan tidak adil terhadap beberapa organisasi siswa.

Isu lain yang beredar adalah kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan di tingkat manajemen sekolah. Hal-hal inilah yang akhirnya memantik aksi solidaritas para siswa untuk turun ke lapangan.

Meski pihak sekolah belum memberikan pernyataan resmi, sumber internal menyebutkan bahwa kepala sekolah sebenarnya sudah mencoba berdialog, namun komunikasi berjalan tidak efektif karena suasana yang sudah memanas.

“Masalah pendidikan seringkali bukan karena kurangnya aturan, tapi karena kurangnya hati dalam menerapkannya.”

SMAN 17 Makassar Demo: Simbol Perubahan Budaya Sekolah

Peristiwa di SMAN 17 Makassar sejatinya menjadi refleksi atas perubahan sosial di kalangan pelajar. Generasi sekarang lebih terbuka, kritis, dan berani menyampaikan pendapatnya. Mereka tidak lagi melihat sekolah sebagai tempat yang hanya menuntut ketaatan, tetapi sebagai ruang dialog dan partisipasi.

Dalam konteks ini, aksi demo siswa bukan semata bentuk perlawanan, tetapi sinyal bahwa pelajar ingin dilibatkan dalam sistem yang mengatur mereka.

Beberapa akademisi pendidikan di Makassar menilai bahwa fenomena ini merupakan bagian dari perkembangan demokrasi pendidikan di Indonesia. Siswa kini mulai memahami bahwa mereka memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, asal dilakukan dengan tertib dan bertanggung jawab.

“Generasi muda sedang belajar menjadi warga negara yang kritis. Tugas orang dewasa adalah mendengar, bukan langsung menghakimi.”

DPRD Tekankan Evaluasi Menyeluruh

Dalam pernyataannya, DPRD Makassar menegaskan agar evaluasi terhadap kepala sekolah tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga psikologis dan sosial.

Mereka menilai bahwa kepala sekolah di era sekarang harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, memahami psikologi siswa, serta bisa beradaptasi dengan perkembangan digital yang membentuk karakter generasi muda.

Komisi D DPRD bahkan berencana memanggil perwakilan Dinas Pendidikan untuk rapat khusus membahas kondisi sekolah-sekolah negeri yang berpotensi mengalami gejolak serupa. Mereka menilai bahwa kasus SMAN 17 bisa menjadi alarm untuk memperbaiki sistem pendidikan di tingkat SMA di seluruh Makassar.

“Kepala sekolah bukan hanya pengelola administrasi, tapi pemimpin moral di sekolah. Kalau ia kehilangan empati, maka sekolah kehilangan jiwanya.”

Suasana Pasca Demo dan Harapan Baru

Setelah aksi berlangsung, suasana SMAN 17 Makassar berangsur kondusif. Para siswa kembali ke kelas dengan pengawasan guru. Namun bayang-bayang ketegangan masih terasa.

Pihak sekolah dikabarkan telah membuka ruang mediasi dengan perwakilan siswa. Langkah ini disambut baik oleh banyak pihak karena dianggap sebagai langkah menuju penyelesaian damai.

Sementara itu, DPRD terus memantau perkembangan dan menunggu hasil evaluasi resmi dari Dinas Pendidikan. Harapannya, kejadian ini bisa menjadi momentum untuk memperbaiki tata kelola sekolah agar lebih terbuka, humanis, dan berorientasi pada kesejahteraan siswa.

Dalam pandangan banyak warga Makassar, peristiwa ini bukan aib, melainkan ujian bagi dunia pendidikan untuk lebih dewasa dalam menghadapi aspirasi generasi muda.

“Sekolah bukan tempat untuk menekan, tapi untuk menumbuhkan. Ketika siswa berani bicara, itu tanda mereka peduli. Dan saat sekolah mau mendengar, di situlah pendidikan sejati dimulai.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *