Mubes KKSS 2025, Hasbi Syamsu Ali Sebut AAS Paling Layak Jadi Ketua Menjelang Musyawarah Besar (Mubes) Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) tahun 2025, atmosfer politik internal organisasi diaspora terbesar asal Sulawesi Selatan itu mulai terasa hangat. Di tengah perdebatan dan dinamika dukungan terhadap calon ketua umum baru, muncul satu nama yang kini jadi sorotan: AAS, tokoh muda Bugis-Makassar yang dinilai visioner dan berpengaruh luas.
Dukungan kuat datang dari Hasbi Syamsu Ali, tokoh senior sekaligus pengurus KKSS yang dikenal memiliki pengaruh besar di kalangan perantau Sulsel. Mubes Ia secara terbuka menyebut bahwa AAS adalah sosok paling layak memimpin KKSS periode mendatang.
“Organisasi ini butuh pemimpin yang bukan hanya punya nama besar, tapi juga punya visi besar untuk seluruh anak Sulsel di perantauan.”
Dinamika Panas Menjelang Mubes KKSS 2025
Mubes KKSS 2025 diperkirakan akan menjadi salah satu yang paling bersejarah dalam perjalanan organisasi ini. Berlangsung di tahun politik nasional yang penuh dinamika, pemilihan ketua baru KKSS menjadi ajang pertarungan ide dan arah masa depan organisasi yang menaungi jutaan perantau Sulawesi Selatan di seluruh Indonesia, bahkan mancanegara.
Beberapa nama tokoh telah disebut-sebut sebagai kandidat potensial, namun pernyataan Hasbi Syamsu Ali memberi bobot tersendiri karena ia dikenal tidak sembarangan memberi dukungan. Ia menyebut bahwa kepemimpinan baru harus mampu mengembalikan semangat solidaritas dan profesionalitas dalam tubuh KKSS.
“KKSS bukan arena politik praktis. Ia rumah besar yang harus kembali hangat, bukan panas oleh perbedaan pandangan.”
Hasbi Syamsu Ali: Suara Senior yang Diperhitungkan
Sebagai figur senior, Hasbi memiliki rekam jejak panjang di berbagai organisasi sosial dan keagamaan di Sulawesi Selatan maupun di perantauan. Sikapnya yang tegas namun meneduhkan membuat pernyataannya tentang AAS segera bergema di kalangan pengurus wilayah dan cabang.
Hasbi menilai, AAS bukan hanya populer karena posisinya di sejumlah lembaga strategis, tetapi juga karena gaya kepemimpinannya yang terbuka dan komunikatif. Ia dianggap mampu menjembatani generasi tua dan muda di tubuh KKSS, dua kelompok yang kadang berjalan di rel yang berbeda.
“AAS bukan hanya memahami sejarah KKSS, tapi juga mengerti arah baru yang dibutuhkan generasi muda diaspora Sulsel hari ini.”
Alasan Hasbi Menilai AAS Paling Layak
Dalam pandangan Hasbi, ada beberapa alasan yang membuat AAS menonjol dibanding calon lain. Pertama, kemampuan manajerialnya yang telah teruji dalam mengelola organisasi besar. Kedua, jejaring sosial dan politiknya yang luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ketiga, semangatnya yang terbukti konsisten dalam memperjuangkan kepentingan warga Sulsel di berbagai lini.
Ia menambahkan, AAS adalah sosok yang rendah hati namun tegas, mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai Bugis-Makassar yang menjunjung tinggi siri’ na pacce — kehormatan dan solidaritas.
“Pemimpin KKSS harus bisa jadi jembatan, bukan tembok. Dan saya melihat kemampuan itu ada dalam diri AAS.”
Makna Mubes KKSS 2025 Bagi Diaspora Sulsel
Mubes KKSS bukan hanya urusan pergantian kepemimpinan. Ia merupakan momentum strategis untuk meneguhkan kembali peran KKSS sebagai rumah besar diaspora Sulawesi Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, dinamika internal sempat diwarnai perbedaan pandangan tentang arah program dan fungsi sosial organisasi.
Dengan Mubes kali ini, banyak pihak berharap lahir pemimpin yang bisa membawa KKSS lebih inklusif, profesional, dan modern tanpa kehilangan akar budaya dan kearifan lokalnya. Hasbi menyebut, kepemimpinan baru nanti harus bisa menjawab tantangan zaman — terutama soal pemberdayaan ekonomi dan digitalisasi komunitas.
“KKSS perlu keluar dari zona nostalgia dan masuk ke zona inovasi. Kita tidak bisa hanya bangga pada masa lalu, tetapi harus siap berlari untuk masa depan.”
AAS di Mata Anggota Muda KKSS
Menariknya, dukungan terhadap AAS juga datang dari kalangan muda KKSS di berbagai daerah. Mereka menilai AAS sebagai figur yang punya semangat transformasi dan paham bagaimana mengelola potensi generasi baru. Dalam sejumlah forum, AAS kerap berbicara tentang pentingnya literasi digital, wirausaha diaspora, dan pendidikan karakter bagi anak muda Sulsel yang tinggal di luar daerah.
Gerakan-gerakan ini membuat AAS dianggap sebagai sosok yang bisa membawa nafas baru di tubuh organisasi yang selama ini dianggap terlalu kaku dan birokratis.
“Anak muda tidak ingin KKSS hanya jadi organisasi nostalgia. Kami ingin rumah besar ini jadi wadah kreatif untuk semua warga Sulsel di mana pun mereka berada.”
Dukungan yang Meningkat di Wilayah dan Cabang
Setelah pernyataan Hasbi, sejumlah perwakilan KKSS daerah mulai mengindikasikan dukungan terhadap AAS. Di Kalimantan Timur, Riau, dan Sulawesi Tengah, beberapa pengurus wilayah secara terbuka menyebut nama AAS dalam forum konsolidasi. Mereka menilai bahwa sosoknya mampu mengangkat kembali marwah KKSS yang sempat meredup di tingkat nasional.
Dukungan itu bukan hanya simbolik. Beberapa relawan di lapangan sudah membentuk tim komunikasi untuk menyosialisasikan gagasan AAS dalam Mubes 2025. Mereka tidak hanya mengusung nama, tetapi juga konsep perubahan yang menekankan profesionalisme, pelayanan sosial, dan integrasi potensi ekonomi antarwilayah.
“Gerakan dukungan pada AAS bukan sekadar politik organisasi, tapi wujud kerinduan pada kepemimpinan yang membumi dan merangkul semua.”
Tantangan bagi Calon Ketua Baru KKSS
Namun jalan menuju kursi Ketua Umum KKSS tidak akan mudah. Organisasi ini memiliki struktur yang luas, dengan ribuan pengurus dan perwakilan daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap keputusan strategis membutuhkan pendekatan persuasif, kesabaran, dan komunikasi lintas generasi.
AAS, sekalipun mendapat banyak dukungan, tetap harus menghadapi calon lain dengan rekam jejak yang tidak kalah kuat. Ada tokoh pengusaha senior, ada pula figur birokrat yang berpengalaman. Semua membawa visi masing-masing tentang masa depan KKSS.
Hasbi sendiri menilai, kompetisi sehat sangat diperlukan untuk menjaga dinamika organisasi. Ia berharap Mubes 2025 tidak diwarnai gesekan politik internal yang bisa memecah solidaritas warga Sulsel di perantauan.
“Persaingan dalam organisasi adalah hal wajar, tapi jangan biarkan ambisi mengalahkan persaudaraan.”
Mubes Sebagai Ajang Evaluasi dan Konsolidasi
Mubes 2025 juga dipandang sebagai ajang evaluasi terhadap kinerja kepengurusan sebelumnya. Banyak anggota menilai bahwa organisasi perlu memperkuat akuntabilitas, memperluas program pemberdayaan, dan memperbaiki komunikasi antarlembaga.
Dalam konteks itu, figur calon ketua seperti AAS dianggap relevan karena memiliki pengalaman manajemen lintas sektor. Ia pernah terlibat dalam pengembangan jaringan bisnis daerah, pemberdayaan masyarakat, serta aktivitas sosial di berbagai kota besar. Kemampuannya menggabungkan nilai budaya Bugis-Makassar dengan profesionalisme modern menjadi poin penting yang ditekankan Hasbi dalam dukungannya.
“KKSS harus dikelola seperti organisasi modern, tapi dengan jiwa kekeluargaan yang tetap hangat. Itu kombinasi yang sulit, tapi saya yakin AAS bisa.”
Membangun Kembali Marwah KKSS
Dalam beberapa tahun terakhir, citra KKSS sempat tergerus oleh berbagai isu internal dan kesibukan pengurus yang lebih fokus pada agenda pribadi atau politik praktis. Banyak anggota merasa organisasi kehilangan sentuhan humanisnya — rumah yang dulu terasa hangat kini dianggap mulai dingin.
AAS dinilai bisa memulihkan hal itu dengan gaya kepemimpinan yang partisipatif dan terbuka. Hasbi menekankan bahwa yang dibutuhkan KKSS sekarang adalah pemimpin yang mau mendengar, bukan hanya berbicara.
“Pemimpin sejati adalah yang membuka ruang dialog, bukan hanya podium pidato.”
Harapan Terhadap Kepemimpinan Baru
Harapan besar disematkan pada Mubes KKSS 2025. Tidak hanya soal siapa yang akan terpilih, tetapi sejauh mana pemimpin baru bisa membawa organisasi ini menyesuaikan diri dengan dunia yang berubah cepat. Digitalisasi, migrasi tenaga kerja, dan disrupsi sosial menuntut organisasi besar seperti KKSS untuk tanggap dan relevan.
AAS disebut sudah menyiapkan konsep “KKSS Digital Connect”, program yang menghubungkan anggota di berbagai wilayah lewat platform daring untuk keperluan sosial, bisnis, hingga pendidikan. Gagasan ini disebut sebagai salah satu terobosan yang menjadikan AAS berbeda dari calon lain.
“Kepemimpinan masa depan bukan hanya soal kehadiran di mimbar, tapi tentang bagaimana menghadirkan organisasi di genggaman anggota setiap hari.”
Gairah Baru dalam Tubuh KKSS
Menjelang Mubes, semangat konsolidasi terasa meningkat. Sejumlah cabang menggelar diskusi, seminar, dan silaturahmi lintas generasi. Tema yang sering muncul adalah pembaruan dan modernisasi organisasi. Dukungan terbuka terhadap AAS dianggap sebagai bagian dari gelombang keinginan untuk memperbaharui wajah KKSS tanpa memutus akar budayanya.
Para anggota muda di Jakarta, Makassar, dan Balikpapan misalnya, mulai membuat konten digital yang menyoroti peran KKSS di era baru. AAS disebut sebagai sosok yang paling aktif berinteraksi dengan mereka, menjawab pertanyaan melalui media sosial, dan menghadiri kegiatan komunitas tanpa jarak.
“Kepemimpinan yang rendah hati dan bisa diajak ngobrol itulah yang sekarang dicari, bukan yang hanya hadir di acara seremonial.”
Refleksi Menjelang Pemilihan
Di tengah ramainya dukungan, Hasbi Syamsu Ali mengingatkan seluruh kader agar tetap menjunjung tinggi etika organisasi. Menurutnya, Mubes adalah forum musyawarah, bukan medan konflik. Ia mengajak seluruh calon dan pendukung untuk mengedepankan adu gagasan, bukan adu pengaruh.
Ia pun mengapresiasi sikap AAS yang tidak reaktif terhadap dukungan publik, tetapi tetap fokus pada gagasan. Bagi Hasbi, inilah tanda kedewasaan politik organisasi yang perlu dijaga.
“Pemimpin yang sabar sebelum terpilih biasanya juga sabar setelah menjabat. Itu tanda orang yang siap memimpin dengan hati.”
Momentum Besarnya Diaspora Sulsel
Lebih jauh, Mubes KKSS 2025 dipandang bukan hanya momentum internal, tetapi juga simbol kebangkitan masyarakat Sulawesi Selatan di kancah nasional. Dengan jutaan perantau yang sukses di berbagai bidang, dari bisnis, pendidikan, hingga politik, KKSS berpotensi menjadi kekuatan sosial yang besar jika dipimpin oleh figur yang mampu mengonsolidasikan semua potensi itu.
Dukungan Hasbi terhadap AAS menjadi bagian dari narasi besar itu — bahwa KKSS harus melangkah lebih jauh dari sekadar wadah silaturahmi, menuju organisasi yang memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional.
“Sulawesi Selatan punya sejarah panjang tentang kepemimpinan. Kini saatnya sejarah itu menular ke organisasi yang membawa nama besar kita semua.”
Menanti Langkah Berikutnya
Hingga kini, AAS belum secara resmi mendeklarasikan diri sebagai calon ketua. Namun berbagai sinyal dukungan yang datang membuat banyak pihak yakin bahwa langkah itu hanya menunggu waktu. Panitia Mubes masih menyusun agenda resmi dan tahapan pendaftaran calon, sementara dinamika politik di balik layar terus bergerak.
Jika benar AAS maju dan mendapat dukungan kuat dari figur seperti Hasbi Syamsu Ali, maka Mubes KKSS 2025 bisa menjadi ajang perubahan besar — bukan hanya dalam hal kepemimpinan, tetapi juga dalam paradigma organisasi.
“Kadang, satu dukungan yang jujur bisa menjadi pemantik lahirnya babak baru dalam sejarah panjang sebuah organisasi.”






