Suasana politik di Kabupaten Takalar terasa hidup kembali setelah anggota DPRD Sulawesi Selatan, Rangga, menggelar kegiatan reses perdana di Kelurahan Mangadu, Kecamatan Mangarabombang. Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi masyarakat setempat untuk menyampaikan aspirasi, kritik, dan harapan mereka secara langsung kepada wakil rakyat yang duduk di parlemen provinsi.
Bertempat di halaman kantor kelurahan, ratusan warga tampak antusias menghadiri acara tersebut. Dari tokoh masyarakat, ibu rumah tangga, hingga pemuda setempat, semuanya hadir untuk mendengarkan penjelasan sekaligus menyampaikan keluhan yang selama ini jarang tersampaikan.
“Reses bukan hanya formalitas politik, tapi jembatan yang menghubungkan nurani rakyat dengan suara di gedung dewan.”
Mangadu, Daerah yang Tumbuh dengan Potensi Alam dan Sosial
Kelurahan Mangadu yang menjadi titik awal kegiatan reses Rangga merupakan salah satu wilayah yang menyimpan banyak potensi, terutama di bidang pertanian dan perikanan. Terletak di Kecamatan Mangarabombang, wilayah ini dikenal sebagai daerah pesisir dengan karakter masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai gotong royong dan kekeluargaan.
Meski demikian, Mangadu juga menghadapi berbagai tantangan, seperti akses infrastruktur yang masih terbatas, sistem irigasi yang perlu diperbaiki, serta kebutuhan pengembangan ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal. Rangga memilih wilayah ini sebagai titik awal reses bukan tanpa alasan — menurutnya, Mangadu adalah representasi wilayah pinggiran yang memiliki potensi besar namun belum terkelola secara maksimal.
“Kelurahan Mangadu adalah wajah lain Sulsel yang menunjukkan kekayaan alam luar biasa, tapi masih menunggu tangan-tangan yang mau memperjuangkannya.”
Aspirasi Warga yang Mengalir Tanpa Henti
Dalam sesi dialog, warga secara bergantian menyampaikan berbagai aspirasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu masalah utama yang diangkat adalah perbaikan jalan penghubung antar dusun, yang selama musim hujan kerap terendam air dan sulit dilalui. Selain itu, warga juga menyoroti persoalan akses pendidikan dan permodalan usaha kecil, terutama bagi nelayan dan petani muda.
Salah seorang warga, Ibu Hartini, menyampaikan harapannya agar pemerintah daerah lebih memperhatikan sektor pertanian di Kelurahan Mangadu yang kini mulai terdampak perubahan iklim. Ia mengaku lahan sawah di beberapa titik kini sulit diairi karena saluran irigasi yang rusak dan tidak diperbaiki selama bertahun-tahun.
Rangga dengan seksama mendengarkan setiap keluhan tersebut dan berjanji akan membawa aspirasi masyarakat Kelurahan Mangadu ke tingkat provinsi untuk dibahas dalam sidang dewan berikutnya. Ia menegaskan bahwa kehadirannya bukan sekadar seremonial, tetapi komitmen untuk memastikan suara rakyat mendapat tempat dalam kebijakan daerah.
“Politik yang sehat adalah politik yang berakar pada suara rakyat, bukan pada kepentingan sesaat.”
Reses yang Menghadirkan Keterbukaan
Suasana dalam kegiatan reses terasa akrab dan penuh keterbukaan. Tidak ada jarak antara Rangga dan masyarakat. Ia duduk di kursi sederhana di bawah tenda biru, dikelilingi oleh warga yang menunggu giliran berbicara.
Kegiatan ini berlangsung dengan suasana santai namun serius. Anak-anak muda bahkan turut aktif menyampaikan gagasan, seperti permintaan pembangunan lapangan olahraga, pelatihan kewirausahaan digital, serta peningkatan fasilitas Wi-Fi publik di kawasan pesisir.
Rangga menilai, partisipasi aktif generasi muda dalam forum seperti ini merupakan tanda bahwa kesadaran politik masyarakat Mangadu sudah mulai tumbuh. Ia mengajak para pemuda untuk ikut berperan dalam pembangunan daerah, bukan hanya menunggu, tetapi juga memberi ide dan solusi nyata.
“Masyarakat yang kritis adalah modal utama bagi demokrasi yang sehat. Di Kelurahan Mangadu, saya melihat semangat itu hidup.”
Upaya Menjawab Kebutuhan Infrastruktur
Salah satu isu utama yang mendominasi perbincangan adalah infrastruktur dasar, terutama jalan dan jembatan penghubung. Akses antar dusun di Kelurahan Mangadu dinilai masih kurang memadai. Ketika musim hujan tiba, beberapa titik jalan berubah menjadi kubangan air, menyulitkan warga membawa hasil panen ke pasar.
Rangga menjelaskan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum provinsi untuk meninjau langsung kondisi tersebut. Ia juga berjanji memperjuangkan agar proyek peningkatan jalan masuk dalam rencana pembangunan tahun anggaran berikutnya.
Selain jalan, warga juga meminta perhatian terhadap pembangunan tanggul penahan abrasi di wilayah pesisir Kelurahan Mangadu. Abrasi yang terus terjadi menyebabkan sebagian lahan warga tergerus air laut, bahkan beberapa rumah sudah terancam hanyut. Rangga menilai, masalah ini harus segera ditangani agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
“Membangun infrastruktur bukan hanya tentang jalan dan beton, tapi tentang menjaga kehidupan dan masa depan warga di setiap sudut daerah.”
Ekonomi Lokal dan Harapan Baru dari Kelurahan Mangadu
Kehidupan masyarakat Mangadu sebagian besar bergantung pada pertanian dan perikanan tradisional. Namun, di tengah modernisasi dan perubahan iklim, mereka menghadapi tantangan berat. Harga hasil tangkapan ikan yang tidak stabil, biaya pupuk yang terus naik, serta sulitnya akses ke pasar menjadi keluhan utama warga.
Dalam kesempatan itu, Rangga menyampaikan rencananya untuk menginisiasi program pelatihan dan pendampingan UMKM berbasis potensi lokal. Ia menyoroti pentingnya membangun ekosistem ekonomi desa yang mandiri agar masyarakat tidak terus bergantung pada bantuan pemerintah.
Selain itu, ia juga berencana mendorong kerja sama antara kelompok nelayan dan koperasi daerah agar hasil tangkapan dapat dijual dengan harga yang lebih baik. Langkah ini diharapkan dapat menumbuhkan kembali semangat kewirausahaan di tingkat lokal.
“Kemandirian ekonomi rakyat bukan dimulai dari modal besar, tapi dari keinginan untuk saling mendukung dan bekerja sama.”
Potensi Wisata Alam Mangadu yang Belum Tersentuh
Selain sektor ekonomi, Kelurahan Mangadu sebenarnya memiliki potensi wisata yang luar biasa. Kawasan pesisirnya memiliki panorama laut yang tenang dan masih alami. Beberapa titik pantai bahkan memiliki pasir putih dan area mangrove yang sangat cocok dikembangkan menjadi destinasi ekowisata.
Namun sayangnya, hingga kini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Minimnya promosi dan kurangnya infrastruktur wisata membuat daerah ini belum dikenal luas oleh wisatawan, padahal jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Takalar.
Rangga menilai, jika pemerintah dan masyarakat mampu bekerja sama, Mangadu bisa menjadi kawasan wisata unggulan baru di Sulawesi Selatan. Dengan sedikit sentuhan kreativitas, daerah ini bisa menawarkan konsep wisata edukatif berbasis alam dan budaya lokal.
“Wisata sejati bukan yang megah, tapi yang membuat orang ingin kembali karena keindahannya menyentuh hati.”
Keterlibatan Tokoh Masyarakat dan Perempuan
Dalam kegiatan reses tersebut, tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, dan perwakilan perempuan turut hadir. Mereka menyampaikan beragam masukan, mulai dari program pemberdayaan perempuan hingga peningkatan kualitas layanan kesehatan.
Ibu Nuraini, salah satu tokoh perempuan di Kelurahan Mangadu, menyampaikan keinginannya agar pemerintah memberikan pelatihan menjahit dan pengolahan hasil laut untuk ibu rumah tangga. Ia berharap kaum perempuan bisa ikut berkontribusi dalam peningkatan ekonomi keluarga tanpa harus meninggalkan rumah.
Rangga menilai gagasan tersebut sangat realistis dan menjanjikan. Ia berjanji akan mendorong program kerja sama antara pemerintah daerah dan lembaga pelatihan swasta untuk menampung aspirasi kaum perempuan di Mangadu.
“Ketika perempuan diberdayakan, maka satu keluarga akan naik taraf hidupnya. Ketika satu keluarga sejahtera, maka satu desa ikut maju.”
Pendidikan Sebagai Pondasi Pembangunan
Salah satu isu penting yang juga dibahas dalam kegiatan reses adalah akses pendidikan di Kelurahan Mangadu. Masyarakat mengeluhkan masih terbatasnya fasilitas sekolah menengah dan rendahnya minat anak muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Banyak siswa yang harus menempuh perjalanan jauh ke kecamatan lain hanya untuk bersekolah. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya transportasi umum yang memadai. Rangga menegaskan bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang dan harus menjadi prioritas utama pemerintah daerah.
Ia menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan pembangunan gedung sekolah baru di wilayah tersebut, sekaligus menyediakan beasiswa bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.
“Pendidikan bukan sekadar angka di atas kertas, tapi jembatan menuju masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak Mangadu.”
Semangat Gotong Royong yang Masih Kuat
Salah satu hal yang membuat kegiatan reses ini berbeda adalah semangat kebersamaan masyarakat Mangadu. Meskipun hidup di tengah keterbatasan, warga tetap menunjukkan solidaritas tinggi. Mereka bersama-sama menyiapkan tempat, menyediakan konsumsi, bahkan mengatur lalu lintas selama acara berlangsung.
Bagi Rangga, hal ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai gotong royong masih mengakar kuat di masyarakat. Ia berharap semangat ini bisa dijadikan landasan untuk membangun Kelurahan Mangadu ke arah yang lebih baik.
“Selama gotong royong masih hidup, maka harapan tidak akan pernah mati.”
Rencana Tindak Lanjut dan Harapan Warga
Usai kegiatan reses, Rangga menyampaikan akan segera menyusun laporan hasil aspirasi masyarakat Kelurahan Mangadu untuk dibawa ke rapat kerja DPRD Sulsel. Ia menegaskan bahwa aspirasi warga akan diprioritaskan dalam pembahasan anggaran berikutnya.
Selain itu, ia juga berencana meninjau langsung beberapa lokasi yang dianggap mendesak, seperti daerah abrasi, jalan rusak, dan saluran irigasi yang tersumbat. Warga menyambut rencana tersebut dengan antusias, berharap kehadiran Rangga bukan sekadar janji politik, melainkan wujud nyata dari tanggung jawab moral seorang wakil rakyat.
“Janji politik mudah diucapkan, tapi kehadiran di tengah rakyat adalah bukti yang sesungguhnya.”
Mangadu dalam Bayangan Masa Depan
Mangadu hari ini mungkin masih menghadapi berbagai persoalan dari infrastruktur, ekonomi, hingga pendidikan namun harapan itu tetap hidup. Kegiatan reses yang digelar Rangga menjadi bukti bahwa suara masyarakat di daerah kecil seperti Mangadu tetap punya arti besar dalam perjalanan pembangunan Sulawesi Selatan.
Dengan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan wakil rakyat, Mangadu memiliki peluang besar untuk berubah menjadi desa pesisir yang modern namun tetap berakar pada nilai-nilai tradisionalnya.
“Kemajuan bukan hanya soal pembangunan fisik, tapi tentang bagaimana setiap warga merasa dilibatkan dan dihargai dalam setiap langkah perubahan.”
Reses Rangga di Kelurahan Mangadu bukan hanya kegiatan rutin politik, tetapi potret kecil tentang bagaimana demokrasi seharusnya dijalankan dekat dengan rakyat, mendengar suara mereka, dan berjuang bersama mereka menuju masa depan yang lebih baik.






