Kejati Sulsel Terus Selidiki Dugaan Korupsi ART DPRD Tana Toraja, Soetarmi Pastikan Proses Pendalaman

Makassar kembali menjadi sorotan publik setelah Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (Kejati Sulsel) memastikan bahwa penyelidikan dugaan tindak pidana korupsi terkait Anggaran Rumah Tangga (ART) DPRD Tana Toraja terus berlanjut. Kasus ini menjadi perhatian serius karena diduga melibatkan sejumlah pihak di lingkungan legislatif daerah. Kepala Kejati Sulsel, Soetarmi, menegaskan bahwa proses pendalaman tengah dilakukan secara hati-hati untuk memastikan tidak ada langkah yang terburu-buru dan semua data yang dikumpulkan memiliki kekuatan hukum yang jelas.

Dalam pernyataannya kepada awak media, Soetarmi menekankan bahwa pihaknya telah membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. Tim tersebut bertugas menelusuri aliran dana, memeriksa dokumen anggaran, serta memanggil sejumlah saksi dari kalangan pejabat dan staf DPRD. Hingga saat ini, beberapa dokumen penting telah diamankan untuk memperkuat pembuktian.

“Kami ingin memastikan semua proses berjalan objektif dan transparan. Tidak ada yang ditutup-tutupi dalam penyelidikan ini.”

Kantor Kejaksaan Makassar Jadi Pusat Koordinasi Penyelidikan

Kantor Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan yang terletak di pusat Kota Makassar kini menjadi lokasi utama koordinasi berbagai kasus besar yang sedang ditangani, termasuk dugaan korupsi ART DPRD Tana Toraja. Bangunan yang berdiri kokoh di Jalan Urip Sumoharjo itu menjadi simbol penegakan hukum di wilayah Sulsel. Setiap hari, suasana di kantor tersebut dipenuhi aktivitas penyidik, jaksa penuntut, hingga staf administrasi yang menangani berbagai perkara dari seluruh kabupaten dan kota di provinsi ini.

Dalam kasus Tana Toraja, Kejati Sulsel tidak ingin gegabah. Tim penyelidik dari Bidang Pidana Khusus (Pidsus) bekerja dengan mengumpulkan bukti-bukti lapangan, termasuk memeriksa dokumen penggunaan dana operasional anggota DPRD Tana Toraja serta laporan pertanggungjawaban keuangan yang dinilai tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pihak kejaksaan juga bekerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mengaudit dokumen keuangan DPRD Tana Toraja. Kolaborasi ini diharapkan mampu menemukan indikasi penyimpangan, baik dalam bentuk mark-up anggaran, penggelembungan biaya perjalanan dinas, maupun penggunaan fiktif atas kegiatan dewan.

“Kejati Sulsel punya reputasi sebagai lembaga yang tidak segan menindak kasus korupsi, apalagi jika menyangkut uang rakyat. Kantornya bukan sekadar tempat bekerja, tapi benteng moral bagi penegak hukum di daerah.”

Dugaan Penyimpangan dalam Pengelolaan Anggaran

Kasus dugaan korupsi ART DPRD Tana Toraja ini bermula dari laporan masyarakat dan hasil pengawasan internal yang menunjukkan adanya kejanggalan dalam penggunaan dana rumah tangga dewan. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk menunjang kegiatan operasional, pemeliharaan fasilitas, serta keperluan administrasi legislatif, diduga dialihkan untuk kepentingan pribadi sejumlah oknum.

Berdasarkan informasi awal yang diperoleh penyidik, ada indikasi penggunaan dana yang tidak sesuai peruntukan, termasuk pembayaran ganda, pengadaan barang yang tidak terealisasi, dan pertanggungjawaban fiktif dalam laporan keuangan tahunan.

Soetarmi mengungkapkan bahwa penyidik sedang menelusuri siapa saja pihak yang paling bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Pihak kejaksaan masih melakukan klarifikasi terhadap sejumlah pejabat dan mantan pejabat sekretariat DPRD Tana Toraja.

“Korupsi bukan hanya soal uang, tapi tentang kepercayaan publik yang dikhianati. Dan kepercayaan itu adalah modal utama dalam demokrasi daerah.”

Soetarmi Tegaskan Tidak Ada Intervensi

Dalam menghadapi kasus ini, Kepala Kejati Sulsel Soetarmi memastikan bahwa proses hukum berjalan independen. Ia menolak keras adanya anggapan bahwa penyelidikan ini dipengaruhi kepentingan politik atau tekanan dari pihak tertentu. Menurutnya, jaksa bekerja berdasarkan bukti, bukan opini publik atau tekanan eksternal.

Soetarmi juga menegaskan bahwa penanganan kasus ini akan dilakukan sesuai tahapan prosedural hukum. Bila hasil penyelidikan mengarah pada indikasi kuat adanya tindak pidana korupsi, maka kasus akan ditingkatkan ke tahap penyidikan dan penetapan tersangka.

“Kami tidak bisa hanya berpegang pada asumsi. Semua harus didukung data dan bukti yang sah. Itulah prinsip penegakan hukum yang benar.”

Proses Pemeriksaan Saksi dan Bukti Awal

Hingga pekan ini, tim penyidik Kejati Sulsel telah memeriksa lebih dari 10 saksi, termasuk sejumlah anggota DPRD Tana Toraja aktif dan mantan pejabat sekretariat dewan. Beberapa saksi dimintai keterangan terkait mekanisme pengajuan dan penggunaan dana ART, serta siapa yang memiliki kewenangan menyetujui pengeluaran anggaran tersebut.

Sumber internal menyebut bahwa penyidik juga menemukan adanya ketidaksesuaian antara laporan keuangan dan realisasi anggaran. Beberapa dokumen pertanggungjawaban yang diajukan oleh bagian administrasi dewan diduga tidak didukung bukti transaksi yang valid. Selain itu, ada temuan pengeluaran ganda pada item belanja yang sama.

“Korupsi seringkali tidak dilakukan secara terang-terangan, tapi justru bersembunyi di balik tumpukan dokumen dan tanda tangan yang terlihat formal.”

Peran Penting Kejati Sulsel dalam Pemberantasan Korupsi Daerah

Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan memang dikenal aktif mengusut berbagai kasus korupsi di wilayahnya. Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga ini berhasil membongkar sejumlah kasus besar yang melibatkan pejabat daerah, baik di kabupaten maupun kota. Mulai dari kasus proyek infrastruktur, dana hibah, hingga pengadaan barang dan jasa.

Kinerja Kejati Sulsel kerap mendapat apresiasi dari masyarakat karena dianggap tegas dan tidak pandang bulu. Di bawah kepemimpinan Soetarmi, lembaga ini semakin menonjol dalam upaya membangun citra kejaksaan yang bersih dan profesional.

Kantor Kejati yang berdiri megah di jantung Kota Makassar menjadi saksi berbagai perkara penting yang berhasil ditangani, sekaligus menjadi pusat koordinasi hukum bagi seluruh kejaksaan negeri di Sulawesi Selatan.

“Keadilan bukan sekadar wacana di ruang sidang, tapi kerja panjang dari ruang penyidikan hingga ruang kesadaran masyarakat.”

Jejak Kasus Serupa di Sulawesi Selatan

Kasus dugaan korupsi seperti yang terjadi di DPRD Tana Toraja bukan hal baru di wilayah Sulawesi Selatan. Sebelumnya, sejumlah kasus serupa juga pernah mencuat di beberapa daerah, seperti kasus dana perjalanan dinas di DPRD Luwu, penyalahgunaan anggaran publikasi di DPRD Bone, dan pengadaan fiktif di DPRD Wajo.

Pola yang muncul hampir sama: lemahnya sistem pengawasan internal dan transparansi anggaran. Dalam konteks inilah, penyelidikan terhadap kasus Tana Toraja diharapkan dapat menjadi pelajaran penting agar lembaga legislatif lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan negara.

Kejati Sulsel sendiri berkomitmen menjadikan kasus ini sebagai momentum untuk memperkuat pengawasan dan meningkatkan kesadaran integritas di lingkungan pemerintahan daerah.

“Setiap rupiah dari uang rakyat adalah amanah, dan mengkhianati amanah berarti mengkhianati masa depan.”

Respons DPRD Tana Toraja

Pihak DPRD Tana Toraja sejauh ini menyatakan siap mendukung penuh proses hukum yang sedang berjalan. Ketua DPRD Tana Toraja menegaskan bahwa lembaganya tidak akan menghalangi langkah kejaksaan dan akan kooperatif dalam memberikan dokumen maupun keterangan yang dibutuhkan.

Beberapa anggota dewan bahkan menyambut baik penyelidikan tersebut sebagai bentuk transparansi dan pembenahan internal. Mereka berharap kasus ini tidak dipolitisasi dan menjadi ajang pembelajaran bagi seluruh pihak untuk memperbaiki sistem administrasi keuangan di masa depan.

Meski begitu, suasana di lingkungan DPRD Tana Toraja dikabarkan sedikit tegang. Beberapa staf dan pejabat sekretariat mengaku khawatir akan dipanggil untuk dimintai keterangan, meski pihak kejaksaan telah menegaskan bahwa pemanggilan dilakukan sesuai kebutuhan penyelidikan, bukan karena tekanan.

“Ketika hukum ditegakkan dengan jujur, maka yang takut hanyalah mereka yang pernah bermain kotor.”

Publik Dorong Transparansi dan Akuntabilitas

Di luar lingkaran pemerintahan, masyarakat sipil dan organisasi antikorupsi di Sulsel juga terus mengawasi perkembangan kasus ini. Lembaga seperti Koalisi Masyarakat Antikorupsi Makassar (KMAK) menilai Kejati Sulsel sudah berada di jalur yang benar. Mereka meminta agar penyelidikan dilakukan secara terbuka agar masyarakat bisa ikut mengawal.

Aktivis antikorupsi menekankan bahwa penyelesaian kasus seperti ini tidak hanya soal menghukum pelaku, tetapi juga memperbaiki sistem birokrasi agar kebocoran anggaran tidak terulang.

“Ketika publik ikut mengawasi, maka ruang gelap korupsi akan semakin sempit. Transparansi adalah musuh alami penyalahgunaan kekuasaan.”

Pendalaman Kasus dan Potensi Tersangka

Meski belum ada penetapan tersangka, penyidik Kejati Sulsel disebut telah memiliki sejumlah nama yang diduga kuat terlibat dalam penyalahgunaan dana ART tersebut. Beberapa di antaranya merupakan pejabat struktural di sekretariat dewan, sementara sebagian lainnya masih aktif menjabat sebagai anggota DPRD.

Tim penyidik masih menunggu hasil audit resmi dari BPK serta pendalaman dari ahli keuangan negara sebelum mengambil langkah penetapan tersangka. Menurut sumber di lingkungan kejaksaan, kemungkinan besar keputusan peningkatan status perkara akan diumumkan dalam waktu dekat setelah semua data diverifikasi.

Soetarmi menyampaikan bahwa kejaksaan tidak ingin terburu-buru, karena setiap kesalahan prosedur bisa dimanfaatkan pihak tertentu untuk melemahkan proses hukum. Oleh karena itu, setiap tahapan dijalankan dengan prinsip kehati-hatian dan akurasi data.

“Menegakkan hukum itu bukan lomba cepat, tapi perlombaan untuk menjadi benar.”

Implikasi Terhadap Kepercayaan Publik

Kasus dugaan korupsi di DPRD Tana Toraja menimbulkan kekecewaan mendalam bagi sebagian masyarakat. DPRD Tana Toraja yang seharusnya menjadi lembaga pengawas penggunaan anggaran justru diduga terlibat dalam penyalahgunaan dana publik. Situasi ini membuat banyak pihak menuntut reformasi besar-besaran dalam sistem pengelolaan keuangan daerah.

Keberanian Kejati Sulsel dalam mengusut kasus ini menjadi ujian terhadap integritas lembaga penegak hukum. Jika penyelidikan berhasil membongkar pelaku dan membuktikan adanya penyimpangan, kepercayaan masyarakat terhadap kejaksaan akan semakin menguat.

Kantor Kejaksaan Makassar kini menjadi simbol harapan publik bahwa hukum masih bisa ditegakkan tanpa pandang bulu di Sulawesi Selatan.

“Keadilan mungkin datang terlambat, tapi ketika ia tiba, ia harus datang dengan suara yang lantang agar rakyat kembali percaya.”

Suara di Balik Kasus

Meski banyak yang berharap penyelidikan ini tuntas hingga ke akar, sejumlah pihak juga mengingatkan bahwa kasus seperti ini sering kali berhenti di tengah jalan karena tekanan politik. Namun, publik kini menaruh harapan besar pada Kejati Sulsel di bawah pimpinan Soetarmi yang dikenal tegas dan berani.

Dalam berbagai kesempatan, Soetarmi menegaskan bahwa pihaknya tidak akan ragu membawa kasus ini ke meja hijau jika bukti sudah cukup kuat. Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya pada isu liar yang beredar di luar dan menunggu hasil resmi dari penyidik.

“Kebenaran tidak perlu dikejar oleh rumor, karena ia akan menemukan jalannya sendiri di hadapan hukum.”

Harapan bagi Penegakan Hukum di Daerah

Kasus dugaan korupsi ART DPRD Tana Toraja menjadi cerminan bahwa korupsi masih menjadi tantangan serius di tingkat daerah. Namun, langkah tegas Kejati Sulsel memberi sinyal bahwa era pembiaran sudah berakhir. Transparansi, integritas, dan profesionalisme kini menjadi tiga pilar utama dalam menegakkan keadilan di Sulsel.

Kantor Kejaksaan Makassar, dengan segala dinamika dan beban kasus yang ditangani, terus berupaya menjadi lembaga hukum yang dipercaya publik. Dari ruang penyidikan di Jalan Urip Sumoharjo, para jaksa terus bekerja, menelusuri dokumen, memeriksa saksi, dan menggali bukti, demi satu tujuan: memastikan uang rakyat kembali digunakan sebagaimana mestinya.

“Di balik tumpukan berkas dan ruang sidang yang dingin, ada perjuangan sunyi untuk menegakkan keadilan yang layak didengar.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *