Ribuan warga di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, masih harus berjuang di tengah kondisi terisolasi akibat cuaca buruk yang terus melanda. Hujan deras yang berlangsung beberapa hari terakhir membuat akses utama ke wilayah tersebut tertutup longsor dan lumpur tebal. Akibatnya, sekitar 3.000 warga kini menghadapi keterbatasan pasokan pangan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Kondisi geografis Latimojong yang didominasi pegunungan dan perbukitan membuat daerah ini sangat rentan terhadap bencana alam. Ketika cuaca buruk melanda, jalur darat menjadi tidak bisa dilalui kendaraan, termasuk untuk distribusi logistik. Warga hanya bisa berharap bantuan dapat segera tiba melalui jalur alternatif, meski upaya tersebut tidak mudah dilakukan.
“Bantuan yang datang bukan sekadar membawa makanan, tetapi juga membawa harapan bagi warga yang kini hidup dalam ketidakpastian.”
Cuaca Buruk Menjadi Penghalang Utama
Curah hujan tinggi yang mengguyur sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan, termasuk Makassar dan daerah sekitarnya, menyebabkan tanah menjadi labil. Longsor terjadi di beberapa titik strategis menuju Kecamatan Latimojong, membuat kendaraan bantuan terjebak di jalan berlumpur. Bahkan sebagian besar akses komunikasi ikut terputus akibat tiang listrik dan jaringan telekomunikasi tumbang.
Di beberapa wilayah, hujan deras disertai angin kencang berlangsung hingga lebih dari empat jam setiap hari. Kondisi ini tidak hanya menghambat upaya evakuasi dan distribusi logistik, tetapi juga memperbesar risiko bencana susulan. Tim relawan dari BPBD dan aparat TNI-Polri harus bekerja ekstra untuk membuka jalur dengan alat berat, meskipun medan curam dan cuaca buruk.
“Alam tidak bisa dilawan, tetapi dengan persiapan dan kebersamaan, kita bisa memperkecil dampaknya bagi masyarakat.”
Dampak Cuaca Buruk di Makassar Hari Ini
Sementara di wilayah Makassar, cuaca buruk Makassar hari ini juga menjadi topik perhatian publik. Langit gelap, hujan deras, dan angin kencang membuat sejumlah aktivitas masyarakat terganggu. Jalanan di beberapa titik kota tergenang, terutama di kawasan utara dan barat yang berdekatan dengan pesisir. Aktivitas pelabuhan pun dibatasi karena gelombang tinggi yang mencapai dua meter di perairan sekitar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa kondisi ini dipicu oleh tekanan udara rendah di sekitar Laut Flores dan pergerakan massa udara basah dari Samudra Hindia. Cuaca ekstrem diperkirakan masih akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Pemerintah Kota Makassar mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi banjir dan pohon tumbang.
“Cuaca buruk hari ini di Makassar menjadi pengingat bahwa kota besar pun tak luput dari dampak perubahan iklim yang makin sulit diprediksi.”
Isolasi Panjang Membuat Warga Mulai Kehabisan Bahan Pokok
Warga di Latimojong kini mulai menghadapi situasi darurat. Persediaan bahan makanan seperti beras, minyak goreng, dan air bersih semakin menipis. Sejumlah warga bahkan mulai menempuh perjalanan kaki sejauh belasan kilometer untuk mencari logistik di desa tetangga yang lebih mudah dijangkau. Namun, jalan yang licin dan curam membuat perjalanan itu penuh risiko.
Beberapa warga melaporkan bahwa ternak mereka juga banyak yang mati akibat cuaca buruk. Selain kesulitan pakan, suhu dingin dan kondisi lembab membuat hewan ternak rentan terhadap penyakit. Situasi ini semakin memperburuk ekonomi masyarakat yang sebagian besar bergantung pada pertanian dan peternakan.
“Ketika jalan terputus, bukan hanya mobil yang berhenti, tapi juga roda ekonomi dan kehidupan warga ikut terhenti.”
Upaya Pemerintah dan Relawan Membuka Akses
Pemerintah Kabupaten Enrekang bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mengerahkan sejumlah alat berat ke lokasi longsor. Namun, proses pembersihan jalan tidak bisa dilakukan secara cepat karena tanah yang masih labil. Petugas harus menunggu cuaca sedikit membaik agar operasi pembersihan bisa dilakukan dengan aman.
Selain bantuan logistik, petugas juga menyiapkan tim medis bergerak untuk menjangkau warga yang membutuhkan perawatan. Beberapa relawan lokal membantu dengan mengangkut bahan makanan menggunakan motor trail dan berjalan kaki menembus jalur berlumpur. Meski sulit, semangat gotong royong masyarakat masih menjadi kekuatan utama dalam situasi ini.
“Di tengah keterbatasan, yang membuat kita tetap kuat adalah keyakinan bahwa setiap langkah kecil menuju desa adalah langkah menuju kehidupan.”
Harapan Warga di Tengah Cuaca Ekstrem
Bagi warga Latimojong, hujan yang terus turun bukan hanya ancaman, tetapi juga ujian kesabaran. Mereka berharap bantuan dapat segera menjangkau seluruh dusun yang masih terisolasi. Sebagian warga bahkan mulai membangun tempat penampungan sementara di titik aman untuk berlindung dari longsor susulan.
Banyak anak-anak yang kini tidak bisa bersekolah karena akses ke pusat kecamatan tertutup. Guru-guru yang berdomisili di luar daerah juga belum bisa kembali ke tempat tugas mereka. Kondisi ini membuat aktivitas belajar mengajar lumpuh total di sebagian besar wilayah.
“Bagi masyarakat pedesaan, sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga simbol harapan bahwa masa depan bisa lebih cerah dari hari ini.”
Cuaca Buruk dan Perubahan Iklim di Sulawesi Selatan
Ahli klimatologi menyebut bahwa fenomena cuaca buruk yang melanda Sulawesi Selatan dalam beberapa bulan terakhir merupakan indikasi nyata dari perubahan iklim global. Pola hujan yang tidak menentu, disertai dengan peningkatan frekuensi badai lokal, menjadi tantangan baru bagi daerah-daerah dengan topografi pegunungan seperti Enrekang dan Toraja.
Fenomena ini membuat upaya mitigasi bencana menjadi semakin penting. Pembangunan infrastruktur di daerah rawan bencana harus memperhatikan kondisi geologi dan sistem drainase alami agar dapat mengurangi risiko longsor. Selain itu, diperlukan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat agar mereka siap menghadapi perubahan iklim yang semakin ekstrem.
“Kita tidak bisa menghentikan hujan, tapi kita bisa belajar untuk hidup berdampingan dengannya dengan lebih bijak.”
Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam Krisis
Pemerintah provinsi bersama aparat keamanan kini tengah berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mempercepat penyaluran bantuan. Helikopter milik TNI AU disiagakan untuk membawa logistik ke daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau jalur darat. Selain itu, sejumlah organisasi kemanusiaan mulai menggalang donasi untuk membantu warga terdampak.
Sementara itu, masyarakat di daerah sekitar yang tidak terlalu terdampak turut membuka dapur umum dan menyalurkan bantuan melalui jalur alternatif. Solidaritas ini menjadi bukti bahwa semangat gotong royong masih hidup kuat di tengah bencana.
“Dalam setiap krisis, yang paling kuat bukanlah mereka yang punya segalanya, tapi mereka yang tidak kehilangan rasa peduli.”
Aktivitas di Makassar Terganggu Akibat Cuaca Buruk
Di sisi lain, di Kota Makassar sendiri, cuaca buruk hari ini menyebabkan berbagai aktivitas terganggu. Beberapa penerbangan domestik sempat mengalami penundaan akibat jarak pandang yang terbatas di Bandara Sultan Hasanuddin. Selain itu, transportasi laut dari dan menuju pulau-pulau sekitar juga dibatasi karena gelombang tinggi.
Di wilayah perkotaan, sejumlah ruas jalan mengalami genangan air setinggi 30 hingga 50 sentimeter. Pengendara harus berhati-hati karena permukaan jalan licin dan lalu lintas padat. Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas PU menyiagakan petugas pompa air di titik rawan banjir untuk mencegah meluasnya genangan.
“Hujan hari ini di Makassar mengingatkan kita bahwa kota modern pun tak berdaya jika alam memilih untuk berbicara lebih keras.”
Dampak Jangka Panjang dan Kesiapsiagaan
Kondisi cuaca buruk seperti ini tidak hanya berdampak sesaat, tetapi juga berpotensi memengaruhi sektor pertanian, ekonomi, dan kesehatan dalam jangka panjang. Petani khawatir gagal panen, pedagang terganggu suplai barang, dan rumah tangga harus menghadapi kenaikan harga bahan pokok akibat distribusi yang tersendat.
Para ahli menyarankan agar pemerintah memperkuat sistem peringatan dini serta memperluas infrastruktur tanggap bencana di daerah rawan. Selain itu, masyarakat perlu didorong untuk memiliki kesiapan mandiri menghadapi bencana, termasuk melalui pelatihan evakuasi dan penyimpanan logistik dasar di rumah masing-masing.
“Kesiapsiagaan bukan soal menunggu bencana datang, tapi soal bagaimana kita menyiapkan diri agar tidak hancur ketika bencana itu tiba.”
Cuaca Buruk Menguji Ketahanan Sosial
Cuaca ekstrem yang melanda Sulawesi Selatan, khususnya di Latimojong dan Makassar, bukan hanya menguji kekuatan fisik masyarakat, tetapi juga ketahanan sosial mereka. Dalam situasi sulit, solidaritas dan rasa kemanusiaan menjadi penopang utama agar masyarakat tetap bertahan. Warga saling membantu, berbagi makanan, dan menjaga semangat agar tidak putus harapan.
Meskipun bantuan belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah, semangat gotong royong dan doa masyarakat menjadi sumber kekuatan terbesar. Mereka percaya bahwa badai pasti berlalu, dan kehidupan akan kembali normal.
“Bencana datang tanpa permisi, tapi dari setiap kesulitan, selalu tumbuh harapan baru yang membuat kita lebih kuat daripada sebelumnya.”
