Ketua Komisi B DPRD Makassar Apresiasi Program Jumat Bersih Pemkot Suasana pagi di Kota Makassar tampak berbeda setiap hari Jumat. Sejak matahari baru saja menembus langit timur, para pegawai pemerintah, warga, hingga tokoh masyarakat sudah mulai turun ke jalan, memegang sapu, karung sampah, dan alat kebersihan lainnya. Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi bagian dari gerakan sosial bernama Program Jumat Bersih yang digagas Pemerintah Kota Makassar.
Kegiatan tersebut mendapat perhatian khusus dari Ketua Komisi B DPRD Makassar yang membidangi urusan pembangunan, lingkungan, dan infrastruktur. Dalam kunjungan lapangannya di beberapa kecamatan, ia menyampaikan apresiasi tinggi atas keseriusan pemerintah kota menghidupkan budaya gotong royong dan kepedulian terhadap lingkungan.
“Kota yang bersih bukan hanya karena petugas kebersihan bekerja keras, tapi karena warganya mau turun tangan menjaga kebersihan bersama.”
Gerakan Kolektif untuk Menjaga Wajah Kota
Program Jumat Bersih lahir dari kebutuhan nyata akan kebersihan lingkungan perkotaan yang semakin kompleks. Makassar, sebagai kota metropolitan yang terus berkembang, menghadapi tantangan besar seperti penumpukan sampah, saluran air tersumbat, dan berkurangnya ruang hijau. Melalui kegiatan ini, pemerintah kota berupaya mengajak masyarakat untuk terlibat langsung dalam menjaga lingkungan mereka sendiri.
Ketua Komisi B DPRD Makassar menilai, gerakan ini menjadi langkah tepat di tengah maraknya isu lingkungan urban. Ia menekankan bahwa kegiatan gotong royong setiap pekan bukan sekadar membersihkan jalan dan drainase, melainkan juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga lingkungan.
“Gotong royong adalah DNA bangsa ini. Kalau semangat itu dihidupkan kembali lewat Jumat Bersih, maka kita sedang merawat karakter sosial yang mulai pudar.”
Partisipasi ASN dan Masyarakat
Di berbagai titik kota, suasana Jumat pagi selalu hidup dengan pemandangan yang menghangatkan. Aparatur Sipil Negara (ASN) dari berbagai dinas terlihat berdampingan dengan warga sekitar, pelajar, dan komunitas lingkungan. Mereka membersihkan selokan, memungut sampah plastik, hingga menanam pohon di tepi jalan.
Ketua Komisi B mengatakan bahwa keterlibatan lintas elemen seperti ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Ia juga menilai kehadiran ASN di lapangan menjadi contoh yang baik, karena menunjukkan bahwa aparatur bukan hanya bekerja di balik meja, tetapi juga ikut merasakan langsung realitas di lapangan.
“Ketika pejabat, pegawai, dan warga bekerja bersama, maka batas antara birokrasi dan rakyat menjadi hilang. Yang ada hanyalah semangat memperbaiki kota tempat kita tinggal.”
Efek Positif pada Kesehatan dan Lingkungan
Selain memperindah kota, kegiatan Jumat Bersih juga membawa dampak positif terhadap kesehatan masyarakat. Lingkungan yang bersih dapat menekan penyebaran penyakit seperti demam berdarah dan infeksi kulit yang kerap muncul akibat sampah menumpuk. Ketua Komisi B menggarisbawahi pentingnya hubungan antara kebersihan dan kesehatan, dua aspek yang sering dianggap terpisah padahal saling terkait erat.
Menurutnya, pemerintah tidak hanya harus fokus pada aspek penanganan medis, tetapi juga pada upaya preventif melalui kebersihan lingkungan. Ia menyebutkan bahwa biaya kesehatan masyarakat akan berkurang jika lingkungan kota tetap bersih dan sehat.
“Sapu di tangan hari ini adalah vaksin bagi kesehatan masa depan. Mencegah lebih murah daripada mengobati.”
Peran Kecamatan dan Kelurahan dalam Pengawasan
Program Jumat Bersih tidak akan berjalan efektif tanpa keterlibatan pemerintah kecamatan dan kelurahan. Mereka menjadi garda terdepan dalam mengorganisir kegiatan di wilayah masing-masing. Ketua Komisi B DPRD Makassar saat meninjau kegiatan di Kecamatan Panakkukang menegaskan pentingnya peran lurah dan camat dalam memastikan kegiatan ini tidak hanya bersifat seremonial.
Ia mendorong setiap kecamatan untuk memiliki jadwal tetap, target pembersihan, dan laporan hasil kerja mingguan. Dengan begitu, kegiatan Jumat Bersih dapat diukur efektivitasnya. Selain itu, ia menilai bahwa kegiatan ini dapat menjadi indikator kinerja aparat wilayah, terutama dalam hal kepedulian terhadap lingkungan.
“Pemimpin wilayah yang lingkungannya bersih menunjukkan kepemimpinan yang hidup. Karena kebersihan bukan hasil perintah, tapi hasil keteladanan.”
Kolaborasi dengan Dunia Usaha dan Komunitas
Selain melibatkan ASN dan warga, program ini juga mulai menarik partisipasi sektor swasta. Sejumlah perusahaan di Makassar turut menurunkan karyawannya dalam kegiatan bersih-bersih bersama. Ada pula dukungan berupa alat kebersihan dan tong sampah yang disumbangkan untuk beberapa kawasan padat penduduk.
Ketua Komisi B memuji langkah tersebut dan berharap agar kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan komunitas lingkungan terus diperluas. Ia menilai, menjaga kebersihan kota tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak. Dunia usaha juga memiliki tanggung jawab moral terhadap kota tempat mereka beroperasi.
“Kota yang bersih akan menjadi rumah investasi yang nyaman. Karena tidak ada bisnis besar yang bisa tumbuh di tempat yang kumuh.”
Peningkatan Infrastruktur Pendukung
Dalam diskusi bersama warga, Ketua Komisi B juga menyinggung pentingnya perbaikan infrastruktur kebersihan. Menurutnya, semangat warga harus diimbangi dengan sarana pendukung yang memadai. Ia mendorong agar Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum memperbanyak titik tempat sampah umum, memperkuat armada pengangkut, serta memperbaiki saluran air yang rusak.
Beberapa kelurahan masih mengeluhkan minimnya truk pengangkut sampah sehingga penumpukan kerap terjadi di akhir pekan. Ketua Komisi B berjanji akan membawa hal tersebut ke rapat kerja dewan agar ada alokasi anggaran tambahan untuk memperkuat layanan kebersihan kota.
“Semangat warga adalah bahan bakar. Tapi bahan bakar tak akan berguna kalau mesinnya rusak. Infrastruktur kebersihan itu mesin utama kota.”
Menumbuhkan Kesadaran dari Usia Dini
Ketua Komisi B DPRD Makassar juga menyoroti pentingnya edukasi kebersihan sejak dini. Dalam beberapa kegiatan Jumat Bersih, ia melihat pelibatan siswa sekolah dasar dan menengah yang ikut turun ke lapangan. Hal itu menurutnya sangat baik untuk membentuk kebiasaan jangka panjang.
Ia mengusulkan agar Dinas Pendidikan Kota Makassar memasukkan program kebersihan lingkungan dalam kurikulum lokal. Dengan cara itu, siswa tidak hanya belajar teori kebersihan tetapi juga mempraktikkannya di lingkungan sekolah dan rumah.
“Anak yang tumbuh dengan kebiasaan menjaga lingkungan akan menjadi warga dewasa yang peduli tanpa perlu diperintah.”
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meski program Jumat Bersih mendapat sambutan positif, masih ada sejumlah tantangan di lapangan. Salah satunya adalah konsistensi partisipasi masyarakat. Beberapa wilayah menunjukkan antusiasme tinggi, sementara wilayah lain masih pasif. Ketua Komisi B menilai hal ini wajar karena setiap lingkungan memiliki karakter sosial yang berbeda.
Namun, ia menegaskan bahwa tugas pemerintah bukan hanya mengatur jadwal, melainkan juga memotivasi warga agar merasa memiliki program ini. Dengan pendekatan komunikasi yang humanis, semangat gotong royong dapat terus tumbuh dan menyebar ke seluruh penjuru kota.
“Kesadaran tidak bisa dipaksa. Tapi ia bisa ditumbuhkan dengan memberi teladan, penghargaan, dan rasa bangga terhadap lingkungan sendiri.”
Inovasi Digital untuk Memantau Kebersihan
Sebagai bagian dari era digital, Ketua Komisi B juga mendorong Pemkot Makassar memanfaatkan teknologi untuk mendukung program kebersihan. Ia mengusulkan agar dibuat aplikasi atau portal pelaporan kebersihan yang memungkinkan warga melaporkan titik-titik tumpukan sampah secara real-time.
Dengan cara ini, Dinas Lingkungan Hidup dapat merespons lebih cepat dan tepat sasaran. Selain itu, data digital dapat digunakan sebagai peta kebersihan kota yang memperlihatkan daerah dengan tingkat partisipasi tertinggi. Inovasi ini akan membantu mewujudkan konsep Smart City yang peduli pada kebersihan dan keberlanjutan lingkungan.
“Teknologi tidak hanya untuk hiburan dan administrasi. Ia bisa menjadi alat kontrol sosial yang memperkuat partisipasi publik.”
Dampak Sosial: Membangun Rasa Kepemilikan terhadap Kota
Salah satu efek paling berharga dari program Jumat Bersih adalah munculnya rasa memiliki terhadap kota. Warga yang ikut menyapu jalan atau menanam pohon mulai melihat Makassar bukan sekadar tempat tinggal, tetapi bagian dari diri mereka sendiri.
Ketua Komisi B mengatakan bahwa hal semacam ini sulit diukur dengan angka, namun terasa dalam perubahan perilaku sehari-hari. Misalnya, berkurangnya kebiasaan membuang sampah sembarangan, meningkatnya kegiatan komunitas lingkungan, hingga munculnya inisiatif warga untuk membuat taman kecil di depan rumah.
“Kota yang dicintai warganya akan terawat tanpa diperintah. Karena cinta membuat kita rela bekerja tanpa pamrih.”
Harapan agar Program Berlanjut Konsisten
Dalam beberapa kesempatan, Ketua Komisi B menekankan bahwa Jumat Bersih harus menjadi program permanen, bukan kegiatan musiman. Ia meminta agar pemerintah kota menjadikannya agenda rutin yang dianggarkan setiap tahun dengan pengawasan jelas.
Ia juga mengusulkan agar diberikan penghargaan kepada kecamatan, kelurahan, atau komunitas yang paling aktif dan inovatif dalam kegiatan kebersihan. Menurutnya, penghargaan kecil akan memotivasi lebih banyak pihak untuk ikut terlibat.
“Apresiasi kecil bisa melahirkan semangat besar. Karena di balik setiap sapu yang bergerak, ada hati yang ingin kotanya lebih baik.”
Menyatukan Makassar dalam Satu Semangat
Dari tinjauan lapangan hingga diskusi bersama warga, terlihat bahwa program Jumat Bersih telah menjadi ruang pertemuan sosial baru bagi warga kota. Bukan hanya untuk membersihkan lingkungan, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga dan aparat. Banyak yang saling berkenalan di lapangan, membangun komunikasi lintas RT dan RW, hingga menumbuhkan solidaritas yang selama ini mulai luntur.
Ketua Komisi B menyebut bahwa kegiatan semacam ini adalah cara paling sederhana namun efektif untuk menyatukan kota dalam semangat positif. Ketika semua orang terlibat membersihkan jalan yang sama, tidak ada lagi sekat jabatan atau status sosial. Semua berdiri sejajar di bawah terik matahari, demi satu tujuan yang sama: menjadikan Makassar kota yang bersih, sehat, dan membanggakan.






