Munafri Lantik 46 Pejabat Baru Pemkot Makassar, Dorong Profesionalisme dan Akselerasi Kinerja Suasana di Balai Kota Makassar siang itu tampak lebih khidmat dari biasanya. Aula utama yang biasanya dipenuhi aktivitas administratif, kali ini berubah menjadi ruang penuh simbol tanggung jawab dan harapan baru. Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin secara resmi melantik 46 pejabat baru di lingkungan Pemerintah Kota Makassar.
Pelantikan tersebut bukan hanya seremoni formal, tetapi juga bagian dari langkah strategis pemerintah kota untuk memperkuat struktur birokrasi sekaligus mempercepat realisasi program prioritas. Dalam pidatonya, Munafri menegaskan bahwa rotasi dan promosi jabatan merupakan bagian dari evaluasi berkelanjutan untuk memastikan roda pemerintahan berjalan efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
“Jabatan bukan sekadar penghargaan, tapi amanah yang harus dijawab dengan kerja nyata. Setiap penempatan memiliki tanggung jawab untuk membawa perubahan, bukan sekadar menggantikan posisi.”
Momentum Pembenahan Birokrasi di Tengah Transformasi Kota
Pelantikan 46 pejabat baru ini menjadi bagian penting dari agenda reformasi birokrasi yang terus digenjot oleh Pemkot Makassar. Munafri menilai, dinamika pembangunan kota yang terus berkembang menuntut aparatur pemerintah untuk lebih adaptif, inovatif, dan cepat dalam merespons tantangan lapangan.
Langkah ini juga menandai babak baru bagi pemerintahan Munafri yang fokus pada perbaikan sistem kerja lintas sektor. Dengan jumlah pejabat yang dilantik mencapai puluhan orang, pelantikan ini dianggap sebagai penyegaran besar yang diharapkan dapat memperkuat komitmen pelayanan publik.
Pejabat yang dilantik berasal dari berbagai bidang strategis, termasuk kepala dinas, sekretaris dinas, camat, serta sejumlah pejabat fungsional di lingkungan pemerintah kota. Semua diharapkan memiliki visi yang sama: mempercepat pelayanan dan menghadirkan pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat.
“Birokrasi tidak boleh menjadi tembok penghalang. Birokrasi harus jadi jembatan antara rakyat dan solusi.”
Pelantikan di Balai Kota: Suasana Penuh Harapan dan Komitmen
Upacara pelantikan berlangsung khidmat, disaksikan oleh para pejabat tinggi Pemkot Makassar, perwakilan DPRD, dan sejumlah tokoh masyarakat. Munafri tampil dengan gaya khasnya — tegas namun tenang — memberikan arahan singkat tapi penuh makna.
Ia menekankan bahwa jabatan dalam pemerintahan bukanlah hadiah, melainkan bentuk kepercayaan yang harus dijaga dengan integritas dan dedikasi. Dalam sambutannya, Munafri juga menyinggung pentingnya kolaborasi antar instansi untuk menghindari tumpang tindih program serta mempercepat capaian target RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah).
“Kota ini tidak bisa bergerak jika masing-masing OPD berjalan sendiri. Kita harus bergerak dalam satu ritme, satu komando, dan satu semangat: pelayanan terbaik untuk rakyat Makassar.”
46 Pejabat Baru: Dari Kepala Dinas hingga Camat
Dari daftar pelantikan yang dibacakan, sejumlah nama baru muncul menduduki posisi penting, di antaranya Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Pendidikan, serta beberapa camat di wilayah strategis Makassar.
Beberapa pejabat lama mendapatkan promosi setelah menunjukkan kinerja yang dinilai baik selama masa evaluasi. Sementara itu, ada pula pejabat yang dimutasi ke posisi baru untuk memperkuat efektivitas di sektor lain yang membutuhkan pembenahan.
Menariknya, pelantikan kali ini juga memberi ruang bagi sejumlah pejabat muda yang dinilai memiliki inovasi dan kemampuan adaptasi tinggi terhadap sistem digitalisasi pemerintahan. Hal ini sejalan dengan visi Munafri yang menempatkan transformasi digital sebagai pilar utama dalam reformasi birokrasi.
“Makassar tidak butuh birokrat yang hanya menunggu perintah. Kita butuh pelaku perubahan yang berani mengambil keputusan.”
Reformasi Birokrasi yang Berorientasi Hasil
Munafri dalam arahannya juga menegaskan bahwa pelantikan ini bukanlah bagian dari rutinitas politik, melainkan langkah reformasi yang berorientasi pada hasil nyata. Ia menekankan pentingnya pengawasan kinerja dan komitmen setiap pejabat untuk menunaikan tugas dengan penuh tanggung jawab.
Pemerintah Kota Makassar telah menerapkan sistem evaluasi berbasis indikator kinerja utama (IKU) untuk menilai capaian masing-masing OPD. Pejabat yang menunjukkan progres signifikan akan mendapatkan apresiasi, sementara yang stagnan akan mendapat evaluasi atau rotasi.
“Kita harus belajar bahwa jabatan bukan tempat istirahat, tapi medan perjuangan. Tidak ada ruang untuk zona nyaman di pemerintahan yang ingin maju.”
Menjawab Tantangan Pembangunan Kota Besar
Makassar sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia timur menghadapi tantangan kompleks — mulai dari kemacetan, sampah, ketimpangan sosial, hingga kebutuhan pelayanan publik yang meningkat pesat.
Munafri menyadari, tanpa tim kerja yang solid dan terarah, program pembangunan akan sulit mencapai hasil optimal. Karena itu, ia menekankan pentingnya sinkronisasi antar dinas dan kecamatan agar kebijakan dapat dijalankan dengan cepat dan tepat sasaran.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemkot Makassar telah meluncurkan sejumlah program unggulan seperti Lorong Wisata, Smart Governance, dan Makassar Recover. Pejabat baru diharapkan mampu memperkuat pelaksanaan program tersebut dengan pendekatan yang lebih inovatif dan partisipatif.
“Pemimpin sejati bukan yang memerintah dari meja, tapi yang berjalan di lapangan bersama rakyatnya.”
Integritas dan Pelayanan Publik Jadi Tolok Ukur
Dalam sambutannya, Munafri juga menegaskan pentingnya menjaga integritas di tengah jabatan. Ia memperingatkan para pejabat agar tidak terlibat dalam praktik penyalahgunaan wewenang atau korupsi yang dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Ia menekankan bahwa setiap pejabat publik harus menjadi contoh dalam kedisiplinan, tanggung jawab, dan pelayanan yang transparan. Ke depan, Pemkot Makassar akan memperkuat sistem pengawasan internal melalui Inspektorat untuk memastikan setiap kebijakan dijalankan sesuai aturan.
“Integritas itu tidak bisa diwariskan, tapi harus dijaga setiap hari dalam tindakan kecil maupun besar.”
Keterlibatan Generasi Muda dalam Birokrasi
Salah satu hal yang menarik dari pelantikan kali ini adalah keterlibatan pejabat muda di berbagai posisi strategis. Munafri menilai, perubahan zaman membutuhkan energi baru dalam pemerintahan. Ia ingin agar generasi muda yang adaptif terhadap teknologi dan perubahan sosial ikut mengambil peran dalam birokrasi.
Menurutnya, masa depan pemerintahan akan sangat bergantung pada sejauh mana birokrasi bisa mengikuti perkembangan digital dan budaya kerja modern. Ia juga menekankan agar pejabat muda tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis, tetapi juga membangun karakter pelayanan yang kuat.
“Anak muda bukan pelengkap di pemerintahan, mereka adalah motor penggerak inovasi. Pemerintahan yang baik adalah yang memberi ruang bagi mereka untuk tumbuh.”
Respon Publik dan Harapan Masyarakat
Pelantikan 46 pejabat baru Pemkot Makassar mendapat respon positif dari berbagai kalangan masyarakat. Banyak yang berharap agar langkah ini membawa perubahan nyata, terutama dalam peningkatan kualitas pelayanan publik yang selama ini menjadi sorotan.
Beberapa tokoh masyarakat menyebut bahwa Munafri telah menunjukkan langkah berani dalam menata birokrasi. Keputusan untuk merotasi dan mempromosikan pejabat dinilai sebagai bentuk keberanian untuk menegakkan prinsip meritokrasi di tengah birokrasi yang kerap terjebak pada kepentingan politik.
“Ketika seorang pemimpin berani menempatkan orang karena kemampuan, bukan kedekatan, maka itu tanda baik bagi masa depan kota.”
Tanggung Jawab Pejabat Baru di Era Digital
Seiring dengan pelantikan ini, Munafri juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam setiap aspek pelayanan publik. Pemerintah Kota Makassar telah berkomitmen untuk memperluas penggunaan sistem digital seperti e-office, e-budgeting, dan aplikasi layanan publik berbasis data real time.
Pejabat baru diharapkan mampu mendorong percepatan digitalisasi ini agar birokrasi menjadi lebih efisien dan transparan. Tantangan terbesar adalah mengubah pola kerja lama yang manual menjadi sistem digital yang lebih akurat dan cepat.
“Teknologi bukan ancaman bagi birokrasi, tapi alat untuk membuat pelayanan lebih manusiawi.”
Kolaborasi dan Kepemimpinan yang Transformatif
Munafri juga mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil. Menurutnya, kota tidak bisa dibangun hanya oleh satu pihak. Setiap pejabat harus mampu menjadi jembatan yang menghubungkan kepentingan masyarakat dengan kebijakan publik.
Ia menegaskan bahwa Makassar membutuhkan pemimpin yang bukan hanya pandai berbicara, tetapi juga siap bekerja keras untuk mewujudkan perubahan nyata di lapangan. Kepemimpinan transformasional, katanya, harus menjadi ciri khas pejabat baru yang dilantik.
“Seorang pemimpin sejati tahu kapan harus berdiri di depan, kapan harus berjalan di tengah, dan kapan harus mendengarkan dari belakang.”
Evaluasi dan Target Kinerja
Dalam arahan terakhirnya, Munafri menegaskan bahwa setiap pejabat yang dilantik akan diminta laporan kinerja secara berkala. Pemerintah Kota akan menerapkan sistem evaluasi berbasis hasil, bukan proses. Pejabat yang mampu mencapai target akan diberikan penghargaan, sedangkan yang tidak menunjukkan peningkatan akan dievaluasi kembali.
Ia juga mengingatkan agar setiap dinas mampu menjawab persoalan konkret masyarakat, mulai dari kebersihan, perizinan, transportasi, hingga penataan wilayah. Semua program harus berdampak langsung dan terukur bagi warga Makassar.
“Jabatan hanya sementara, tapi hasil kerja akan dikenang oleh rakyat. Itulah ukuran keberhasilan sejati.”
Semangat Baru Menuju Pemerintahan yang Lebih Responsif
Pelantikan 46 pejabat baru Pemkot Makassar menandai babak baru dalam perjalanan birokrasi kota ini. Di bawah kepemimpinan Munafri Arifuddin, arah pemerintahan Makassar tampak semakin jelas: memperkuat profesionalisme, mempercepat transformasi digital, dan memperdalam pelayanan publik yang berorientasi pada rakyat.
Para pejabat baru kini membawa beban tanggung jawab besar, sekaligus harapan dari jutaan warga Makassar. Mereka bukan hanya pelaksana kebijakan, tetapi juga wajah pemerintah di mata masyarakat.






