Kabupaten Takalar kini kembali menjadi sorotan publik. Setelah seratus hari masa kepemimpinan duet Bupati Takalar Ir. Mohammad Firdaus Daeng Manye, M.M. (Firdaus) dan Wakil Bupati Dr. H. Hengky Yasin, S.Sos., M.M. (Hengky), publik menilai bahwa arah pembangunan daerah ini mulai menunjukkan hasil nyata. Berbagai kebijakan, program strategis, hingga penataan birokrasi menjadi tanda dimulainya era baru transformasi Takalar.
“Perubahan itu bukan slogan, tapi kerja keras yang terlihat dari hasil nyata di lapangan. Takalar mulai bergerak menuju kabupaten modern dan berdaya saing.”
Evaluasi 100 Hari Kerja: Cermin Komitmen Kepemimpinan
Memasuki 100 hari kerja, Firdaus-Hengky memaparkan capaian awal mereka dalam rapat evaluasi bersama seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pendopo Rujab Bupati Takalar. Laporan yang disampaikan menunjukkan adanya peningkatan signifikan di berbagai sektor, mulai dari pertanian, infrastruktur, hingga pelayanan publik.
Salah satu fokus utama adalah perbaikan tata kelola pemerintahan melalui digitalisasi layanan publik. Pemerintah daerah kini mulai mengimplementasikan sistem e-office untuk mempercepat birokrasi dan meminimalkan praktek administrasi manual yang selama ini menjadi hambatan.
Selain itu, program Takalar Cerdas dan Takalar Sehat mulai dijalankan melalui kolaborasi lintas dinas, yang bertujuan memperbaiki kualitas pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat di seluruh kecamatan.
“Dalam seratus hari pertama, kita tidak hanya ingin menanam pondasi, tapi juga menegaskan arah perubahan yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.”
Infrastruktur Jadi Prioritas Utama

Dalam laporan 100 hari kerja, sektor infrastruktur menjadi sorotan utama. Pemkab Takalar telah memulai pembangunan dan perbaikan jalan poros kecamatan, jembatan penghubung antar desa, serta irigasi pertanian yang selama ini menjadi keluhan masyarakat.
Program Gerakan Infrastruktur Desa Mandiri (GIDM) yang digagas langsung oleh Bupati Firdaus mendapat apresiasi luas karena melibatkan masyarakat lokal dalam pelaksanaan proyek.
“Kami tidak ingin pembangunan hanya berhenti di atas kertas. Masyarakat harus menjadi pelaku sekaligus penerima manfaat dari pembangunan itu sendiri.”
Selain infrastruktur jalan, pemerintah juga menyiapkan rencana jangka panjang untuk penataan kawasan pesisir dan pengembangan wisata bahari. Potensi wilayah pantai Takalar yang belum tergarap maksimal menjadi fokus agar bisa dikembangkan menjadi destinasi ekonomi baru.
Pemberdayaan Petani dan Nelayan: Pondasi Ekonomi Kerakyatan
Sebagai daerah dengan basis ekonomi pertanian dan perikanan, Firdaus-Hengky menempatkan pemberdayaan petani dan nelayan sebagai prioritas kebijakan. Program “Takalar Makmur” menjadi motor utama dalam mewujudkan ekonomi inklusif berbasis masyarakat.
Melalui kerja sama dengan BUMD dan sektor swasta, pemerintah meluncurkan subsidi pupuk digital yang memungkinkan petani mengakses pupuk bersubsidi melalui aplikasi berbasis data NIK. Di sisi lain, kelompok nelayan juga mendapatkan dukungan berupa bantuan kapal kecil dan alat tangkap modern.
“Kami percaya, ekonomi kerakyatan hanya bisa tumbuh jika petani dan nelayan diberikan akses terhadap teknologi dan pasar.”
Langkah ini dinilai banyak pihak sebagai terobosan signifikan karena menghadirkan sistem pertanian dan perikanan yang transparan dan akuntabel. Selain itu, Takalar kini mulai membangun sentra produksi hasil laut yang diharapkan mampu menembus pasar ekspor regional.
Reformasi Birokrasi: Membangun Pemerintahan yang Efisien
Salah satu capaian nyata dalam 100 hari kerja adalah perbaikan sistem birokrasi dan peningkatan disiplin ASN. Bupati Firdaus menegaskan bahwa aparatur negara harus menjadi garda terdepan dalam perubahan.
Penerapan sistem absensi digital dan kinerja berbasis indikator kini diberlakukan di seluruh OPD. Mekanisme penilaian juga dikaitkan dengan pemberian insentif, sehingga kinerja ASN lebih terukur dan terarah.
Selain itu, Pemkab Takalar telah membentuk Tim Reformasi Birokrasi Daerah (TRBD) yang bertugas menilai efektivitas pelayanan publik dan memberikan rekomendasi langsung kepada pimpinan daerah.
“Kita ingin pemerintahan yang gesit, responsif, dan berorientasi hasil. Tidak ada lagi ruang bagi mental birokrat yang lamban.”
Langkah tegas ini diharapkan mampu membentuk kultur kerja baru di lingkungan pemerintahan daerah dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi Takalar.
Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan
Dalam sektor kesehatan, program Takalar Sehat menjadi salah satu unggulan 100 hari kerja Firdaus-Hengky. Pemerintah daerah memperluas akses layanan kesehatan dengan memperkuat peran Puskesmas dan menghadirkan Mobil Klinik Keliling di desa-desa terpencil.
Di bidang pendidikan, Pemkab Takalar mulai menerapkan program Beasiswa Prestasi Takalar yang menyasar pelajar berprestasi dari keluarga kurang mampu. Selain itu, peningkatan kualitas guru juga dilakukan melalui pelatihan digital dan kurikulum merdeka berbasis karakter.
“Masa depan Takalar bergantung pada kualitas SDM. Karena itu, pendidikan dan kesehatan harus menjadi investasi utama, bukan sekadar program tahunan.”
Program pendidikan ini tidak hanya berfokus pada siswa, tetapi juga pada peningkatan kemampuan tenaga pendidik agar mampu mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan zaman.
Digitalisasi dan Inovasi Pelayanan Publik
Transformasi Takalar juga berjalan di bidang pelayanan publik. Dalam seratus hari, Pemkab telah meluncurkan platform Takalar Smart Service, sebuah sistem digital terpadu yang mengintegrasikan pelayanan administrasi kependudukan, perizinan, dan informasi publik.
Melalui platform ini, masyarakat kini bisa mengurus dokumen seperti KTP, KK, hingga izin usaha tanpa harus datang langsung ke kantor dinas. Proses yang dulunya memakan waktu berhari-hari kini dapat diselesaikan dalam hitungan jam.
Selain itu, Pemkab juga menggandeng universitas dan startup lokal untuk mengembangkan sistem e-Government berbasis cloud yang lebih efisien dan aman.
“Digitalisasi bukan sekadar tren, tapi kebutuhan untuk menjawab ekspektasi masyarakat modern yang menginginkan pelayanan cepat dan transparan.”
Langkah ini menjadikan Takalar sebagai salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang paling cepat beradaptasi dengan konsep pemerintahan digital.
Lingkungan dan Ketahanan Pangan
Sadar akan pentingnya keseimbangan pembangunan dan kelestarian alam, Firdaus-Hengky menginisiasi program “Hijau Takalarku” yang berfokus pada penghijauan, pengelolaan sampah terpadu, serta perlindungan pesisir dari abrasi.
Melalui kerja sama dengan komunitas lingkungan, Pemkab menanam ribuan pohon mangrove di wilayah pesisir Laikang dan Mangarabombang. Program ini diharapkan dapat menjaga ekosistem pesisir sekaligus menjadi potensi wisata edukatif baru.
Sementara di bidang ketahanan pangan, Pemkab mendorong pengembangan lumbung pangan desa dan budidaya hortikultura berbasis keluarga untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah.
“Kemandirian pangan adalah fondasi kedaulatan daerah. Ketika petani lokal kuat, ekonomi Takalar pun ikut tumbuh.”
Sinergi Pemerintah dan Masyarakat
Keberhasilan program 100 hari kerja tidak lepas dari kolaborasi aktif antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta. Firdaus-Hengky membuka ruang dialog publik melalui forum Ngopi Bareng Bupati, di mana warga bisa menyampaikan aspirasi dan masukan secara langsung.
Langkah ini mendapat sambutan positif karena menciptakan komunikasi dua arah antara masyarakat dan pemerintah. Pendekatan ini juga menjadi bentuk nyata dari semangat pemerintahan partisipatif yang ingin dikedepankan oleh duet Firdaus-Hengky.
“Kita ingin masyarakat merasa menjadi bagian dari pembangunan, bukan sekadar penonton dari perubahan.”
Selain itu, Pemkab juga memperkuat kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk riset kebijakan publik, serta menjalin kemitraan dengan investor strategis dalam sektor pariwisata dan energi terbarukan.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski banyak capaian dalam 100 hari menurut Ahmad Zulkarnain, Firdaus-Hengky menyadari masih banyak tantangan besar yang menanti. Masalah kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pembangunan antar wilayah menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan secara berkelanjutan.
Pemerintah daerah menegaskan komitmennya untuk terus memperluas akses ekonomi masyarakat melalui program kredit mikro berbasis desa, penguatan BUMDes, serta pelatihan keterampilan kerja untuk generasi muda.
Takalar di bawah kepemimpinan Firdaus-Hengky kini mulai menapaki babak baru menuju transformasi daerah yang lebih maju, transparan, dan sejahtera.
“Seratus hari hanyalah permulaan. Perjalanan menuju Takalar yang mandiri dan inovatif baru saja dimulai.”






