Polisi Tangkap Preman Berkedok Jukir di Pelabuhan Makassar

Polisi Tangkap Preman Berkedok Jukir di Pelabuhan Makassar Suasana di Pelabuhan Makassar mendadak menjadi perhatian publik setelah aparat kepolisian berhasil menangkap seorang pria yang diduga melakukan aksi pemalakan terhadap para sopir truk dan pengunjung pelabuhan. Pelaku disebut-sebut beroperasi dengan modus sebagai juru parkir liar atau jukir, namun di balik seragam tak resminya itu, ternyata tersimpan aktivitas pemerasan yang meresahkan. Polisi Penangkapan ini menjadi bukti nyata bahwa aparat terus berkomitmen membersihkan area pelabuhan dari aksi premanisme yang kian merugikan masyarakat.

Aksi Premanisme Berkedok Juru Parkir

Dalam beberapa minggu terakhir, sejumlah sopir angkutan barang mengeluhkan keberadaan oknum jukir yang kerap meminta uang dengan nominal tidak wajar. Uang yang disebut sebagai “biaya parkir” itu bahkan harus dibayar meski kendaraan hanya berhenti sebentar untuk menurunkan muatan. Beberapa sopir mengaku diintimidasi ketika menolak membayar, sehingga tak sedikit yang memilih diam demi keamanan.

Polisi yang menerima laporan tersebut segera melakukan penyelidikan. Setelah mengumpulkan bukti dan keterangan dari korban, satuan Reserse Kriminal Polsek Soekarno-Hatta Makassar bergerak cepat dan berhasil menangkap pelaku pada malam hari di area parkir dekat gerbang masuk pelabuhan. Pelaku diketahui berinisial R (35), warga asal Kecamatan Tallo, yang sudah lama beroperasi di kawasan tersebut.

Kapolsek Soekarno-Hatta, AKP Aswar, membenarkan penangkapan itu. Ia menjelaskan bahwa pelaku sudah beberapa kali dilaporkan masyarakat namun selalu berhasil lolos karena modusnya rapi dan ia dikenal akrab dengan beberapa petugas parkir resmi. Dalam operasi kali ini, polisi berhasil mengamankan sejumlah uang tunai dan rompi bertuliskan “Jukir Resmi” yang ternyata tidak memiliki izin dari otoritas pelabuhan.

“Premanisme tidak selalu tampak dengan wajah kasar. Kadang ia bersembunyi di balik senyum dan rompi parkir. Namun sebaik-baiknya penyamaran, kebenaran tetap akan menemukan jalannya.”

Kronologi Penangkapan di Lapangan

Penangkapan dilakukan setelah polisi menerima laporan dari dua sopir truk yang merasa diperas oleh pelaku. Kedua korban melapor bahwa pelaku meminta uang parkir hingga tiga kali lipat dari tarif normal, bahkan mengancam akan mengempiskan ban truk jika mereka tidak membayar. Mendengar hal itu, tim unit Reskrim langsung turun ke lokasi dan memantau aktivitas di lapangan.

Begitu memastikan keberadaan pelaku, polisi langsung melakukan penangkapan tanpa perlawanan. R sempat mengelak dengan alasan bahwa dirinya bekerja atas izin dari pengelola pelabuhan, namun setelah diperiksa, izin yang dimaksud hanyalah kertas fotokopi tanpa tanda tangan sah dari otoritas berwenang. Polisi juga menemukan beberapa bukti berupa catatan pembayaran ilegal dari sopir-sopir yang menjadi korban.

Setelah diamankan, pelaku digelandang ke Mapolsek untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Polisi berjanji akan menelusuri kemungkinan adanya jaringan lain yang terlibat dalam praktik serupa.

Respons Polisi dan Pihak Pelabuhan

Kapolsek Soekarno-Hatta menegaskan bahwa pihaknya akan memperketat pengawasan di seluruh area pelabuhan. Ia mengatakan bahwa keamanan dan kenyamanan masyarakat merupakan prioritas utama, terlebih Pelabuhan Makassar merupakan pintu masuk penting bagi logistik dan penumpang dari berbagai daerah di Indonesia timur.

Sementara itu, pihak otoritas Pelabuhan Makassar melalui Humas Pelindo Regional IV juga menyampaikan dukungan penuh terhadap langkah kepolisian. Mereka menilai bahwa tindakan tegas terhadap pelaku premanisme sangat penting agar aktivitas bongkar muat dan arus kendaraan di pelabuhan tidak terganggu.

Pihak Pelindo bahkan mengakui bahwa selama ini mereka menerima keluhan dari para pengguna jasa terkait keberadaan jukir liar yang mematok tarif sesuka hati. Namun karena modus mereka cukup licin, pengawasan menjadi sulit tanpa keterlibatan langsung aparat kepolisian.

“Ketika aparat dan pengelola pelabuhan bersatu menegakkan aturan, tidak ada lagi ruang bagi preman untuk menguasai ruang publik.”

Suasana di Lapangan Setelah Penangkapan

Sehari setelah penangkapan, suasana di Pelabuhan Makassar terlihat lebih tertib. Polisi bersama petugas keamanan pelabuhan melakukan patroli gabungan di beberapa titik strategis. Para sopir truk tampak lebih tenang saat memarkir kendaraan mereka tanpa rasa was-was akan dipalak.

Beberapa warga yang ditemui mengaku lega dengan tindakan cepat aparat. Salah seorang sopir truk asal Parepare, Jufri, menuturkan bahwa selama ini dirinya selalu merasa canggung setiap kali melintas di area pelabuhan karena harus menyiapkan uang tambahan untuk “parkir tak resmi”. Kini, setelah pelaku diamankan, ia berharap tidak ada lagi yang berani memanfaatkan keadaan.

“Kadang kami cuma parkir sebentar, tapi harus bayar seperti sewa lahan. Rasanya seperti dipalak terang-terangan.”

Pola Lama yang Masih Terjadi di Area Publik

Kasus ini kembali mengingatkan publik bahwa praktik premanisme berkedok jukir bukan hal baru di Indonesia. Di banyak kota besar, fenomena serupa masih sering dijumpai di pasar tradisional, terminal, hingga kawasan pelabuhan. Modusnya pun sama, pelaku mengaku sebagai petugas parkir untuk menutupi aktivitas pungutan liar.

Kelemahan pengawasan dan kurangnya regulasi tegas seringkali dimanfaatkan oleh para pelaku. Mereka memanfaatkan kebutuhan parkir yang tinggi serta minimnya perhatian pengguna jalan untuk menegaskan hak mereka. Dalam banyak kasus, keberadaan mereka bahkan dianggap “biasa” karena masyarakat sudah terbiasa menghadapi situasi tersebut.

Namun, bagi aparat penegak hukum, kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan. Premanisme dalam bentuk apa pun tetap melanggar hukum dan harus ditindak.

Upaya Polisi Berantas Premanisme di Pelabuhan

Polisi kini tengah gencar melakukan operasi rutin di seluruh area pelabuhan. Operasi tersebut tidak hanya berfokus pada premanisme, tetapi juga tindak kriminal lain seperti pencurian barang, penyelundupan, dan pungutan liar.

AKP Aswar menjelaskan bahwa pihaknya sudah membentuk satuan kecil yang bertugas melakukan patroli secara bergantian siang dan malam. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan pengelola pelabuhan untuk menertibkan setiap orang yang mengaku sebagai juru parkir tanpa izin resmi.

Tidak hanya itu, polisi juga mengimbau masyarakat agar segera melapor jika menemukan tindakan mencurigakan. Tujuannya agar tindakan hukum bisa dilakukan secepat mungkin sebelum praktik semacam ini kembali merajalela.

“Premanisme tidak akan hilang hanya dengan penangkapan satu dua orang. Ia akan hilang ketika masyarakat tidak lagi memberi ruang bagi ketakutan.”

Pengakuan Mengejutkan dari Pelaku

Dalam pemeriksaan, pelaku R akhirnya mengakui bahwa dirinya sudah hampir satu tahun melakukan praktik pungutan liar di area pelabuhan. Ia mengaku memanfaatkan celah di antara petugas parkir resmi dan area yang tidak diawasi untuk memungut uang dari para sopir. Uang hasil pungutan itu ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Menariknya, R juga mengaku tidak bekerja sendirian. Ia menyebut ada beberapa orang lain yang turut beroperasi di area berbeda dan menggunakan modus serupa. Polisi kini tengah melakukan pengembangan untuk menelusuri jaringan tersebut.

Dari pengakuannya, setiap hari pelaku bisa mengantongi ratusan ribu rupiah hanya dari uang parkir ilegal. Jumlah itu tentu sangat besar jika dikalkulasikan selama berbulan-bulan. Polisi menduga uang hasil pungutan liar tersebut juga mengalir ke pihak lain yang memiliki peran dalam melindungi aktivitas pelaku.

Dampak Premanisme terhadap Aktivitas Pelabuhan

Kehadiran preman di pelabuhan tidak hanya merugikan para sopir dan pekerja, tetapi juga berpengaruh terhadap citra daerah. Pelabuhan adalah wajah pertama yang dilihat oleh para pendatang, wisatawan, maupun investor. Jika kawasan tersebut dibiarkan dipenuhi pungutan liar dan intimidasi, maka kepercayaan publik terhadap keamanan wilayah akan menurun.

Beberapa pengusaha logistik bahkan mengaku sempat menunda kegiatan bongkar muat karena takut terjadi gangguan di area pelabuhan. Hal ini berdampak langsung pada distribusi barang dan roda perekonomian di wilayah Makassar.

Pemerintah daerah pun mulai mengambil langkah koordinatif dengan aparat keamanan dan Pelindo agar seluruh area pelabuhan dilengkapi sistem pemantauan CCTV serta penataan ulang area parkir resmi.

Dukungan dari Masyarakat dan Tokoh Setempat

Langkah kepolisian dalam menangkap pelaku mendapat dukungan luas dari masyarakat Makassar. Para tokoh masyarakat menilai bahwa tindakan tegas semacam ini perlu dilakukan secara berkelanjutan agar tidak hanya menjadi efek jera sementara.

Beberapa organisasi sopir truk bahkan menyatakan apresiasi kepada Polsek Soekarno-Hatta karena telah menindak cepat laporan mereka. Mereka berharap aparat juga bisa menindak preman-preman lain yang masih beroperasi di area sekitar pelabuhan dan terminal barang.

Salah satu tokoh masyarakat setempat, Haji Ambo, menilai bahwa ketegasan polisi harus diiringi pengawasan berkelanjutan agar tidak ada lagi peluang bagi pelaku untuk beraksi kembali setelah bebas.

“Keadilan tidak hanya ketika pelaku ditangkap, tapi ketika masyarakat merasa aman tanpa rasa takut. Itulah makna sebenarnya dari hukum yang hidup.”

Tekanan Sosial dan Harapan Baru

Kabar penangkapan preman berkedok jukir ini cepat menyebar di media sosial. Banyak warga Makassar yang memuji langkah aparat, namun juga menyoroti perlunya sistem yang lebih transparan dalam pengelolaan parkir di kawasan publik. Mereka menilai bahwa akar masalah bukan hanya soal keberanian preman, tetapi juga lemahnya sistem perizinan dan pengawasan di lapangan.

Beberapa pengguna media sosial bahkan membagikan pengalaman pribadi tentang pungutan liar di area pelabuhan. Cerita-cerita itu memperkuat kesadaran masyarakat bahwa premanisme bukan sekadar tindak kejahatan jalanan, melainkan bentuk ketidakadilan sosial yang sudah mengakar lama.

Kini, masyarakat menaruh harapan besar agar langkah aparat tidak berhenti pada satu kasus ini saja. Mereka ingin melihat pelabuhan yang bersih dari pungli dan menjadi contoh bagi kawasan publik lainnya di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *