Suasana haru dan penuh rasa syukur menyelimuti Lapas Narkotika Kelas II A Sungguminasa, Kabupaten Gowa, setelah lembaga ini mendapatkan apresiasi dari Kementerian Agama Kabupaten Gowa. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan atas keberhasilan Lapas Narkotika dalam mengembangkan program pembinaan rohani yang dinilai mampu membawa perubahan positif bagi para warga binaan.
“Perubahan sejati tidak hanya dimulai dari kebebasan fisik, tapi dari kebebasan hati dan pikiran untuk menjadi manusia yang lebih baik.”
Program Pembinaan yang Bertransformasi
Lapas Narkotika Sungguminasa sejak beberapa tahun terakhir telah dikenal sebagai salah satu lembaga pemasyarakatan yang serius mengembangkan program keagamaan. Melalui kolaborasi dengan Kementerian Agama Gowa, mereka mengadakan kegiatan seperti pengajian rutin, hafalan Al-Qur’an, serta pelatihan dakwah bagi narapidana yang telah menunjukkan perubahan perilaku.
Kepala Lapas Narkotika Sungguminasa menyampaikan bahwa keberhasilan program ini bukan hasil kerja instan, melainkan buah dari konsistensi dan sinergi antara petugas lapas, tokoh agama, dan warga binaan. Setiap minggu, para ustaz dari Kemenag Gowa datang memberikan pembinaan dan motivasi spiritual agar para warga binaan memiliki arah hidup yang lebih baik setelah bebas nanti.
“Kami tidak hanya membina perilaku, tetapi juga membangun kesadaran spiritual agar mereka memiliki pegangan hidup yang kuat.”
Kolaborasi dengan Kemenag Gowa
Kementerian Agama Gowa menjadi mitra utama dalam setiap kegiatan keagamaan di Lapas Narkotika Sungguminasa. Program yang mereka jalankan tidak sebatas ceramah, melainkan juga pendidikan agama formal melalui kelas tafsir, tahsin, hingga bimbingan haji dan umrah bagi warga binaan yang memenuhi syarat.
Kepala Kemenag Gowa dalam sambutannya menyebut bahwa pihaknya merasa bangga karena program pembinaan di lapas narkotika tersebut telah berjalan secara konsisten dan berdampak nyata. Menurutnya, transformasi spiritual yang terjadi di dalam lapas membuktikan bahwa lembaga pemasyarakatan bukan hanya tempat hukuman, tapi juga ruang pembinaan.
“Kami melihat perubahan nyata. Banyak warga binaan yang kini rajin beribadah dan menjadi teladan bagi sesama narapidana.”
Peran Staf UIN Alauddin Makassar dalam Pembinaan Rohani

Selain dukungan dari Kemenag Gowa, keberhasilan program kerohanian di Lapas Narkotika Sungguminasa juga tidak lepas dari kontribusi para staf Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Mereka terlibat aktif dalam kegiatan pembinaan mental dan spiritual dengan pendekatan akademik serta sosial. Beberapa dosen dan staf fakultas dakwah serta fakultas syariah ikut turun langsung memberikan kuliah umum, pelatihan ceramah, hingga pendampingan psikologis.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat UIN Alauddin Makassar yang bertujuan memberikan manfaat nyata bagi lingkungan sosial. Para staf universitas membawa semangat edukatif yang membantu warga binaan memahami nilai agama dalam konteks kehidupan sehari-hari, bukan hanya secara teori.
“Kolaborasi antara akademisi dan lembaga pemasyarakatan memperkaya perspektif pembinaan. Ilmu dan empati menjadi jembatan perubahan yang nyata.”
Kehadiran staf UIN juga membantu memperkuat sistem evaluasi pembinaan melalui riset lapangan. Mereka melakukan observasi tentang dampak kegiatan keagamaan terhadap perilaku warga binaan. Hasil riset tersebut menjadi bahan masukan bagi pihak lapas dan Kemenag untuk memperbaiki metode pembinaan agar lebih efektif dan humanis.
“Pendekatan ilmiah penting agar program tidak hanya berjalan rutin, tapi juga terukur hasilnya bagi pembentukan karakter warga binaan.”
Warga Binaan Jadi Teladan
Salah satu indikator keberhasilan program kerohanian di Lapas Narkotika Sungguminasa adalah munculnya warga binaan yang mampu menjadi penggerak kegiatan positif di dalam lapas. Mereka yang telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an, misalnya, kini ditunjuk menjadi mentor bagi teman-temannya.
Beberapa warga binaan juga dilatih menjadi penceramah Jumat, imam salat, hingga guru ngaji. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab moral serta memperkuat ikatan sosial di antara sesama penghuni lapas. Dalam jangka panjang, pendekatan ini mampu menekan potensi konflik dan meningkatkan ketertiban di lingkungan pemasyarakatan.
“Ketika hati mereka tersentuh dan mulai mengenal nilai spiritual, perilaku pun ikut berubah ke arah yang lebih baik.”
Kegiatan Keagamaan yang Beragam
Program pembinaan di Lapas Narkotika Sungguminasa mencakup berbagai kegiatan rohani seperti salat berjamaah, khatam Al-Qur’an bersama, tausiyah pekanan, hingga peringatan hari besar Islam. Kegiatan ini menjadi wadah bagi warga binaan untuk memperbaiki diri sekaligus memperkuat hubungan dengan Allah.
Selain kegiatan keislaman, lapas ini juga memberikan ruang bagi pembinaan keagamaan umat lain, seperti kegiatan kebaktian untuk warga binaan beragama Kristen. Prinsip toleransi tetap dijunjung tinggi agar seluruh penghuni dapat menjalani pembinaan dengan tenang.
Kemenag Gowa memberikan apresiasi terhadap pendekatan inklusif tersebut karena mencerminkan nilai keberagaman yang sejalan dengan semangat moderasi beragama di Indonesia.
“Pembinaan rohani bukan hanya soal agama tertentu, tapi tentang membangun manusia yang berakhlak dan berempati terhadap sesama.”
Pengaruh Program terhadap Disiplin dan Moral
Pihak lapas melaporkan adanya penurunan signifikan dalam kasus pelanggaran disiplin sejak program keagamaan diperkuat. Para warga binaan yang aktif mengikuti kegiatan rohani cenderung lebih patuh terhadap aturan dan jarang terlibat dalam konflik.
Selain itu, semangat gotong royong juga meningkat. Para warga binaan kerap bergotong royong membersihkan masjid, membantu kegiatan sosial, dan mendukung rekan-rekannya yang sedang belajar agama. Perubahan atmosfer ini menjadikan lingkungan lapas lebih kondusif untuk pembinaan.
“Ketika mereka merasa dihargai dan punya tujuan hidup baru, keinginan untuk berubah muncul dari dalam diri sendiri, bukan karena paksaan.”
Apresiasi dari Kemenag Gowa
Penghargaan resmi diberikan oleh Kepala Kemenag Gowa dalam sebuah acara sederhana namun penuh makna di aula Lapas Narkotika Sungguminasa. Dalam acara tersebut, hadir pula perwakilan Kanwil Kemenkumham Sulawesi Selatan, tokoh masyarakat, staf UIN Alauddin Makassar, serta beberapa mantan warga binaan yang kini telah sukses kembali ke masyarakat.
Kemenag Gowa menilai bahwa program keagamaan di lapas ini dapat menjadi contoh bagi lembaga pemasyarakatan lain di Indonesia. Pendekatan humanis yang menekankan pada pendidikan rohani dianggap efektif untuk membantu para narapidana menata ulang kehidupan mereka.
“Lapas Narkotika Sungguminasa membuktikan bahwa perubahan perilaku bisa dimulai dari hati yang tercerahkan.”
Cerita Perubahan dari Warga Binaan
Beberapa warga binaan mengaku bahwa kegiatan keagamaan telah menjadi titik balik dalam hidup mereka. Seorang narapidana yang dulunya terlibat kasus narkoba kini dikenal sebagai salah satu penggerak dakwah di dalam lapas. Ia mengatakan bahwa pembinaan rohani membuatnya sadar akan kesalahan masa lalu dan bertekad memperbaiki diri setelah bebas.
Warga binaan lain bahkan berhasil menghafal 15 juz Al-Qur’an selama menjalani masa tahanan. Ia mengaku bahwa waktu di penjara justru menjadi momen refleksi paling penting dalam hidupnya.
“Penjara bukan akhir, tapi awal untuk mengenal kembali jati diri dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan.”
Dukungan dari Petugas Lapas
Kesuksesan program ini juga tidak terlepas dari peran para petugas lapas yang dengan sabar membimbing dan mengawasi kegiatan keagamaan setiap hari. Mereka tidak hanya bertugas menjaga keamanan, tetapi juga berfungsi sebagai motivator dan pengarah bagi warga binaan.
Beberapa petugas bahkan mengikuti kajian dan kegiatan ibadah bersama warga binaan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan. Pendekatan ini mempererat hubungan antara petugas dan penghuni lapas sehingga menciptakan suasana kekeluargaan yang positif.
“Kami tidak hanya menjaga mereka secara fisik, tapi juga membantu mereka menemukan kembali arti hidup yang sesungguhnya.”
Kolaborasi dengan Lembaga Sosial dan Pondok Pesantren
Selain dengan Kemenag Gowa dan staf UIN Alauddin Makassar, Lapas Narkotika Sungguminasa juga menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga sosial dan pondok pesantren. Mereka secara rutin mengirimkan relawan ustaz dan guru ngaji untuk mengisi kegiatan pembinaan.
Beberapa pesantren di wilayah Gowa bahkan siap menerima mantan warga binaan yang ingin melanjutkan pendidikan agama setelah bebas. Ini menjadi bentuk nyata dari program reintegrasi sosial yang berlandaskan nilai spiritual.
“Membuka pintu kesempatan bagi mereka yang ingin berubah adalah bentuk nyata dari kasih sayang dan kemanusiaan.”
Dampak Sosial dan Pandangan Publik
Keberhasilan Lapas Narkotika Sungguminasa dalam menjalankan program kerohanian membawa dampak positif bagi citra lembaga pemasyarakatan di mata publik. Masyarakat mulai melihat bahwa lapas tidak hanya sebagai tempat hukuman, tetapi juga tempat rehabilitasi moral dan spiritual.
Bahkan, beberapa tokoh agama di Gowa menyatakan bahwa model pembinaan seperti ini perlu diperluas ke lapas lain. Mereka percaya bahwa pendekatan agama yang lembut dan berkelanjutan lebih efektif dalam menekan angka residivisme dibandingkan pendekatan yang hanya bersifat hukuman.
“Ketika narapidana merasa diterima dan dibimbing dengan kasih, mereka akan lebih siap menjadi manusia baru saat keluar nanti.”
Rencana Ke Depan: Pusat Rehabilitasi Spiritual
Melihat keberhasilan ini, Lapas Narkotika Sungguminasa berencana memperluas program menjadi Pusat Rehabilitasi Spiritual. Program ini akan menggabungkan kegiatan keagamaan, konseling psikologis, dan pelatihan keterampilan agar warga binaan bisa benar-benar siap kembali ke masyarakat.
Kepala Lapas menyebut bahwa pihaknya tengah menyiapkan kerja sama lebih luas dengan Kemenag Gowa, staf UIN Alauddin Makassar, dan lembaga sosial lainnya untuk mengembangkan kurikulum pembinaan yang lebih komprehensif.
“Rehabilitasi sejati bukan hanya lepas dari narkoba, tapi juga dari kebiasaan dan pola pikir yang salah tentang hidup.”
Harapan bagi Lapas di Indonesia
Apresiasi dari Kemenag Gowa menjadi momentum penting bagi seluruh jajaran Lapas Narkotika Sungguminasa. Program ini diharapkan menjadi contoh nasional dalam mengubah paradigma pembinaan di lembaga pemasyarakatan.
Keberhasilan tersebut membuktikan bahwa dengan pendekatan spiritual dan kemanusiaan, setiap individu memiliki peluang yang sama untuk berubah. Lebih dari itu, kerja sama lintas lembaga antara Kemenag, staf UIN, Kemenkumham, dan masyarakat menunjukkan bahwa sinergi dapat menciptakan hasil yang nyata.
“Tidak ada manusia yang terlalu rusak untuk diperbaiki, selama ada niat dan bimbingan yang tulus.”