Kabupaten Bone dikenal dengan kekayaan alam dan budayanya yang melimpah. Namun, di balik potensi itu, ada satu wilayah yang belum sepenuhnya tergarap secara maksimal Bontocani. Kawasan ini memiliki lanskap pegunungan, air terjun, dan sumber daya alam yang menakjubkan, tetapi masih minim perhatian dan pengembangan wisata yang berkelanjutan. Dalam sebuah kunjungan kerja baru-baru ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyoroti kurangnya langkah nyata dari Pemerintah Kabupaten Bone dalam menginisiasi pembangunan pariwisata di kawasan tersebut.
Pernyataan ini menjadi sorotan publik setelah pejabat Pemprov secara terbuka menyebut bahwa potensi wisata di Bontocani bisa menjadi aset unggulan daerah jika dikelola dengan serius.
Sentilan Pemprov yang Menggema di Tengah Kemandekan Pembangunan
Kritik dari pihak Pemerintah Provinsi Sulsel muncul ketika melihat kondisi lapangan di beberapa titik wisata alam di Kecamatan Bontocani yang masih terkesan terbengkalai. Akses jalan yang sulit, fasilitas dasar yang terbatas, serta minimnya promosi membuat wilayah ini tertinggal dibanding daerah lain di Sulawesi Selatan yang sudah lebih dulu berkembang.
Dalam pertemuan dengan jajaran Pemkab Bone, salah satu pejabat Pemprov menegaskan bahwa pemerintah daerah seharusnya memiliki inisiator kuat untuk menggerakkan roda ekonomi melalui sektor pariwisata. Ia menilai, tanpa langkah konkret dan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, potensi wisata hanya akan menjadi cerita tanpa kenyataan.
“Kalau daerah menunggu bantuan terus dari provinsi, sampai kapan bisa maju? Bontocani butuh inisiator, bukan sekadar rencana di atas kertas,” ujar pejabat tersebut dengan nada tegas dalam forum koordinasi pariwisata di Watampone.
Potensi Alam Bontocani yang Belum Tersentuh
Bontocani memiliki bentang alam yang luar biasa. Dari pegunungan karst yang megah hingga air terjun yang tersembunyi di tengah hutan, semuanya masih alami dan belum tersentuh eksploitasi besar-besaran. Wilayah ini juga menyimpan gua-gua bersejarah, sumber mata air jernih, serta spot pemandangan yang cocok untuk wisata alam dan petualangan.
Salah satu lokasi yang disebut memiliki daya tarik tinggi adalah Air Terjun Lamasariang, yang disebut-sebut sebagai salah satu air terjun tertinggi di Bone. Di sekitarnya, terdapat pula Bukit Poleonrang, tempat favorit bagi pendaki lokal yang ingin menikmati panorama matahari terbit.
Namun, keindahan alam tersebut belum diimbangi dengan sarana pendukung. Jalan menuju lokasi masih sebagian besar berupa jalan tanah berbatu, tidak ada petunjuk arah yang memadai, dan fasilitas umum seperti toilet serta area parkir pun belum tersedia.
“Saya sempat berkunjung ke salah satu air terjun di Bontocani. Keindahannya luar biasa, tapi aksesnya membuat banyak orang mengurungkan niat. Sayang sekali, potensi sebesar ini dibiarkan begitu saja,”
Minimnya Peran Pemerintah Daerah dan Arah Kebijakan yang Tak Fokus

Menurut beberapa pemerhati pariwisata lokal, kendala utama dalam pengembangan wisata Bontocani adalah kurangnya perencanaan yang matang dari pihak Pemkab Bone. Selama ini, upaya promosi pariwisata masih terfokus di wilayah pesisir dan perkotaan seperti Watampone, sedangkan daerah pedalaman seperti Bontocani sering kali luput dari perhatian.
Padahal, Bontocani menyimpan potensi wisata alam yang unik dan berbeda dari daerah lain. Dengan karakter geografis yang menantang, kawasan ini sangat cocok dikembangkan menjadi destinasi eco-tourism dan wisata petualangan seperti hiking, camping, dan river tubing.
Pemerintah provinsi menilai, seharusnya Pemkab Bone mampu mengambil peran aktif dalam memetakan potensi wisata desa dan melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya. Tanpa adanya inisiator lokal, dukungan dari tingkat provinsi akan sulit terealisasi.
“Pariwisata bukan sekadar soal anggaran, tapi soal niat dan arah kebijakan. Kalau pemerintah daerah tak punya visi yang jelas, maka potensi sebesar apa pun tidak akan bergerak,”
Peluang Besar Ekonomi di Tengah Keterbatasan
Sektor pariwisata terbukti mampu menjadi motor penggerak ekonomi di berbagai daerah. Jika dikelola dengan baik, Bontocani dapat menjadi contoh nyata bagaimana daerah pedalaman mampu tumbuh mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada bantuan pusat.
Wisata alam seperti air terjun dan gua dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar melalui homestay, warung lokal, hingga jasa pemandu wisata. Kehadiran wisatawan tentu akan membuka peluang baru bagi pelaku UMKM lokal untuk menjual produk khas seperti madu hutan, kopi Bontocani, dan kerajinan tangan tradisional.
Namun, tanpa campur tangan pemerintah dalam hal infrastruktur dasar dan promosi, sektor ini akan sulit berkembang.
“Bontocani itu seperti permata yang belum digosok. Nilainya tinggi, tapi tak akan bersinar kalau tidak ada yang mau membersihkannya,”
Inisiatif Masyarakat yang Mulai Tumbuh
Meski pemerintah daerah masih dianggap pasif, sejumlah komunitas lokal di Bontocani mulai mengambil langkah kecil untuk memperkenalkan wilayahnya ke publik. Beberapa pemuda membentuk komunitas wisata mandiri yang bertugas membersihkan lokasi-lokasi wisata dan mengunggah dokumentasinya di media sosial.
Gerakan ini mendapat perhatian positif dari warganet dan menjadi bukti bahwa masyarakat memiliki semangat untuk membangun daerahnya. Beberapa influencer lokal bahkan mulai mengunjungi Bontocani untuk membuat konten eksplorasi yang menampilkan keindahan alam di sana.
Dari gerakan kecil inilah muncul harapan bahwa pembangunan wisata bisa dimulai dari bawah, meskipun tanpa dukungan penuh dari pemerintah. Namun, para relawan juga menyadari bahwa tanpa dukungan infrastruktur, semua usaha mereka akan terbatas.
“Anak-anak muda di sini punya semangat luar biasa. Mereka sadar bahwa menunggu pemerintah tidak akan membawa hasil cepat. Tapi kalau semua pihak mau turun tangan, hasilnya bisa luar biasa,”
Pentingnya Kolaborasi antara Pemerintah, Investor, dan Masyarakat
Pembangunan wisata tidak bisa dilakukan sepihak. Perlu kolaborasi nyata antara pemerintah daerah, pelaku bisnis, dan masyarakat setempat. Pemprov Sulsel mendorong agar Pemkab Bone membuka ruang dialog dengan investor lokal maupun nasional untuk menjajaki potensi kerja sama pengembangan kawasan wisata Bontocani.
Dari sisi pemerintah provinsi, mereka siap memberikan pendampingan teknis dan promosi di tingkat nasional. Namun, inisiatif awal harus datang dari kabupaten. Dengan adanya kolaborasi, pemerintah berharap tercipta sinergi yang saling menguntungkan antara pelaku usaha dan masyarakat.
Langkah lain yang bisa diambil adalah melalui program desa wisata, di mana setiap desa di Bontocani diberi keleluasaan untuk mengelola potensi lokal mereka dengan dukungan pemerintah daerah. Program ini telah sukses di beberapa daerah lain di Sulsel seperti Enrekang dan Tana Toraja.
“Kalau Tana Toraja bisa dikenal dunia karena kerja sama pemerintah dan masyarakatnya, kenapa Bontocani tidak bisa? Kuncinya ada pada kemauan untuk bergerak bersama,”
Infrastruktur Menjadi Kunci Pembangunan Wisata
Salah satu hambatan terbesar dalam pengembangan pariwisata Bontocani adalah minimnya infrastruktur dasar. Akses jalan yang sempit dan rusak membuat wisatawan kesulitan mencapai lokasi-lokasi menarik di daerah tersebut. Selain itu, sinyal komunikasi yang lemah juga menjadi kendala dalam promosi digital.
Pemprov Sulsel menegaskan bahwa pihaknya siap membantu perbaikan infrastruktur jika ada proposal resmi dan rencana kerja yang jelas dari Pemkab Bone. Bantuan ini termasuk peningkatan jalan, pembangunan jembatan kecil, serta penyediaan fasilitas wisata seperti area parkir dan rest area.
Tanpa dukungan infrastruktur, Bontocani akan terus terisolasi dari arus wisata yang berkembang pesat di daerah lain.
“Tempat wisata yang indah tidak akan berarti apa-apa jika tidak bisa diakses. Infrastruktur itu ibarat pintu yang membuka keindahan kepada dunia,”
Harapan Baru dari Pemprov untuk Kebangkitan Pariwisata Bone
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menegaskan komitmennya untuk terus mendorong pemerataan pembangunan pariwisata di seluruh kabupaten. Bontocani disebut sebagai prioritas baru dalam peta wisata alam Sulsel karena keasrian dan keunikan lanskapnya.
Rencana ke depan, Pemprov akan mengadakan Festival Alam Bontocani sebagai bagian dari kampanye promosi wisata berbasis alam dan budaya. Acara ini akan melibatkan pelaku seni, komunitas lokal, hingga wisatawan mancanegara untuk mengenal potensi Bone lebih jauh.
Namun, semua rencana ini akan bergantung pada kesiapan Pemkab Bone sebagai tuan rumah. Tanpa dukungan dan komitmen nyata, Bontocani akan tetap menjadi potensi tidur yang tak tersentuh.
“Pemerintah provinsi hanya bisa mendorong, tapi yang bisa menyalakan apinya adalah pemerintah kabupaten. Jangan sampai potensi ini padam sebelum sempat menyala,”
Bontocani, Permata yang Menunggu Sentuhan Nyata
Kawasan Bontocani seolah menjadi simbol dari banyak daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi luar biasa namun terhambat oleh kurangnya inisiatif dan perhatian pemerintah setempat. Padahal, di era modern seperti sekarang, pengembangan wisata tidak lagi membutuhkan biaya besar, melainkan ide dan kemauan untuk berkolaborasi.
Dengan keindahan alam yang masih perawan, masyarakat yang ramah, serta semangat pemuda yang mulai bangkit, Bontocani sesungguhnya siap menjadi destinasi wisata unggulan jika mendapatkan arah kebijakan yang jelas dan dukungan konkret dari Pemkab Bone.
Potensi itu ada, hanya butuh satu langkah berani untuk memulainya.
“Kadang yang dibutuhkan bukan dana besar, tapi seseorang yang mau memulai. Dari satu inisiator, bisa lahir gerakan besar yang mengubah wajah daerah,”






