Dua Dosen UIN Alauddin Makassar Presentasikan Makalah di Dubai UEA

Pendidikan25 Views

Dunia akademik Sulawesi Selatan kembali menorehkan prestasi gemilang. Dua dosen UIN Alauddin Makassar menjadi perbincangan setelah berhasil tampil di panggung internasional dengan mempresentasikan makalah riset unggulan mereka dalam konferensi ilmiah di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Keikutsertaan dua akademisi ini menjadi bukti bahwa kualitas riset dan inovasi dari kampus-kampus di Indonesia Timur mampu bersaing di level global. Tak hanya membawa nama baik universitas, keberhasilan ini juga mengangkat citra akademisi Indonesia di kancah dunia Islam dan ilmuwan internasional.

“Ketika pengetahuan lokal bisa berbicara di forum global, di situlah kita sadar bahwa potensi ilmiah Indonesia sebenarnya luar biasa besar hanya butuh ruang untuk bersinar.”

Kiprah Akademik UIN Alauddin di Pentas Dunia

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar selama ini dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan tinggi Islam yang aktif dalam pengembangan riset lintas disiplin. Tidak hanya berfokus pada studi keislaman, UIN Alauddin juga mendorong dosennya untuk meneliti bidang sains, teknologi, dan sosial modern yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Keterlibatan dua dosen UIN dalam konferensi di Dubai menjadi langkah konkret internasionalisasi kampus. Acara tersebut dihadiri oleh para peneliti dari berbagai negara di Timur Tengah, Asia, dan Eropa, membahas isu-isu global mulai dari pendidikan Islam, ekonomi digital, hingga teknologi radar dan keamanan data.

Kedua dosen UIN Alauddin tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi menjadi pemakalah utama (presenter) yang membawa topik penelitian hasil kolaborasi lintas fakultas. Makalah mereka masuk dalam kategori applied technology in Islamic education dan smart communication system, dua bidang yang menjadi fokus riset unggulan universitas.

“Prestasi ini menunjukkan bahwa UIN Alauddin Makassar bukan lagi kampus regional, melainkan universitas dengan visi internasional yang aktif di percakapan ilmiah dunia.”

Makalah Radar: Simbol Integrasi Sains dan Nilai Islam

Salah satu makalah yang dibawakan oleh tim dosen UIN Alauddin menarik perhatian peserta karena mengangkat konsep “Makalah Radar” sebuah riset multidisiplin yang menggabungkan pendekatan ilmiah dengan nilai-nilai Islam.

Makalah ini mengupas teknologi radar sebagai sistem deteksi dan analisis yang dapat diadaptasi dalam berbagai bidang, mulai dari observasi alam hingga sistem keamanan masyarakat. Namun, keunikan riset ini terletak pada cara penulis mengaitkannya dengan nilai-nilai etika dalam Islam bagaimana penggunaan teknologi radar harus tunduk pada prinsip kemaslahatan, kejujuran, dan tanggung jawab sosial.

Menurut penjelasan dosen UIN yang mempresentasikan, ide “makalah radar” muncul dari pandangan bahwa Islam tidak menolak modernitas, tetapi justru mendorong penggunaan sains untuk kemajuan umat. Dalam paparannya di Dubai, mereka menjelaskan bahwa radar bukan hanya sekadar teknologi pendeteksi, melainkan juga simbol kemampuan manusia membaca tanda-tanda alam ciptaan Tuhan.

“Radar itu bukan sekadar alat, tapi metafora bagi mata pengetahuan manusia yang harus tajam, tapi juga berhati.”

Perjalanan Menuju Dubai: Perjuangan Akademik yang Panjang

Tidak mudah bagi dua dosen UIN Alauddin untuk bisa sampai ke panggung konferensi internasional di Dubai. Persiapan penelitian memakan waktu berbulan-bulan, mulai dari pengumpulan data, pengujian sistem radar berbasis komunitas, hingga penyusunan naskah akademik berstandar internasional.

Mereka juga harus melewati proses seleksi ketat dari panitia konferensi, di mana hanya 30 persen dari total pendaftar yang diundang untuk mempresentasikan hasil penelitian secara langsung.

Selain itu, dukungan dari kampus menjadi faktor penting. Rektor UIN Alauddin Makassar memberikan perhatian besar terhadap peningkatan kualitas riset dan publikasi internasional. Universitas pun menyiapkan program hibah penelitian luar negeri yang memungkinkan dosen UIN berprestasi mengikuti konferensi semacam ini.

Setibanya di Dubai, kedua dosen UIN disambut dengan hangat oleh panitia dan delegasi akademik dari negara lain. Mereka bahkan diminta menjadi pembicara tamu dalam salah satu sesi diskusi panel mengenai peran universitas Islam di era digital.

“Perjalanan akademik bukan hanya tentang publikasi, tapi tentang keberanian untuk berdiri di panggung dunia dan mengatakan: kami punya kontribusi, kami punya gagasan.”

Dampak Internasional dari Konferensi Dubai

Konferensi ilmiah yang digelar di Dubai ini tidak hanya menjadi ajang berbagi riset, tetapi juga memperluas jaringan akademik global. Kedua dosen UIN Alauddin mendapatkan banyak tawaran kerja sama penelitian dengan universitas dari Qatar, Turki, dan Malaysia.

Kolaborasi tersebut diharapkan dapat membuka jalur riset lintas negara, khususnya dalam bidang pengembangan teknologi radar untuk keperluan sosial dan kemanusiaan.

Lebih dari itu, makalah mereka akan dimuat dalam jurnal internasional terindeks Scopus, yang menjadi indikator penting pengakuan ilmiah global. Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi UIN Alauddin dan dunia pendidikan Islam Indonesia.

“Ilmu pengetahuan tidak punya batas agama atau negara. Tapi ketika kita membawa nilai Islam ke dalam sains, kita memberi arah moral bagi masa depan teknologi.”

Makna “Makalah Radar” di Tengah Era Digital

Banyak peserta konferensi mengapresiasi cara kedua dosen UIN Alauddin mengemas topik “makalah radar” sebagai konsep filosofis dan aplikatif. Radar di sini dimaknai bukan hanya sebagai perangkat elektronik, melainkan sistem pengetahuan yang mampu membaca fenomena sosial dan alam secara cepat, akurat, dan penuh tanggung jawab.

Dalam dunia akademik, istilah “makalah radar” kemudian menjadi simbol penelitian yang berpandangan tajam mampu mendeteksi arah perubahan, menemukan pola, dan memberi peringatan dini atas risiko sosial maupun ekologis.

Dalam konteks pendidikan Islam, radar juga dimaknai sebagai metafora bagi kecerdasan spiritual: kemampuan untuk “membaca tanda-tanda Tuhan” dalam fenomena dunia.

Dari sinilah muncul ide menarik bahwa riset ilmiah dan spiritualitas tidak harus dipisahkan. Justru keduanya dapat saling melengkapi seperti radar yang bekerja dengan gelombang tak terlihat, ilmu dan iman pun beroperasi dengan frekuensi yang kadang tak kasat mata, tapi terasa dampaknya.

“Riset tanpa nilai moral ibarat radar tanpa sinyal canggih, tapi kehilangan arah.”

Kiprah Dosen Muda yang Menginspirasi

Kedua dosen UIN yang berangkat ke Dubai ini merupakan representasi generasi akademisi muda UIN Alauddin Makassar yang tengah naik daun. Mereka dikenal aktif menulis di jurnal nasional dan internasional, mengajar dengan pendekatan digital learning, serta terlibat dalam pengembangan riset inovatif kampus.

Salah satu dari mereka bahkan dikenal sebagai pakar teknologi komunikasi yang mengintegrasikan sistem radar dalam penelitian bidang sosial, sedangkan rekan lainnya adalah dosen pendidikan Islam yang banyak menulis tentang integrasi ilmu agama dan sains modern.

Kolaborasi keduanya menghasilkan karya unik sebuah makalah ilmiah yang tidak hanya teknis, tetapi juga filosofis.

Para mahasiswa UIN Alauddin pun merasa bangga. Kehadiran dosen UIN mereka di konferensi internasional menjadi inspirasi bagi generasi muda kampus untuk berani bermimpi lebih besar.

“Selama ini kami kira penelitian internasional hanya milik kampus di Jawa, ternyata dosen kami bisa sampai Dubai. Ini memotivasi kami untuk menulis dan meneliti lebih serius.”

UIN Alauddin dan Visi Kampus Global

Kehadiran dua dosen UIN di Dubai menjadi bukti nyata transformasi UIN Alauddin Makassar menuju World Class University. Kampus ini sedang gencar mendorong dosen dan mahasiswa untuk aktif dalam forum internasional, mempublikasikan karya ilmiah, serta memperluas jejaring akademik global.

Rektor UIN Alauddin menyebut bahwa internasionalisasi kampus bukan hanya soal branding, tetapi tentang tanggung jawab ilmiah. Kampus Islam di Indonesia harus berani menunjukkan bahwa riset-risetnya memiliki dampak nyata bagi peradaban global.

Program “UIN Alauddin Goes Global” pun terus dikembangkan, termasuk pengiriman dosen UIN ke luar negeri, kerja sama riset dengan universitas di Timur Tengah, hingga penyelenggaraan seminar internasional di Makassar.

Kegiatan seperti ini menjadi bagian dari strategi besar untuk menjadikan kampus Islam Indonesia sebagai pusat keilmuan yang berwawasan dunia, namun tetap berpijak pada nilai-nilai keislaman.

“Kita tidak hanya ingin dikenal sebagai universitas Islam, tapi sebagai universitas yang Islami dalam cara berpikir dan berkontribusi untuk dunia.”

Makassar dan Spirit Keilmuan Nusantara

Kisah dua dosen UIN Alauddin Makassar ini juga menjadi cerminan semangat akademik masyarakat Sulawesi Selatan yang dikenal kuat dalam budaya literasi dan dialog intelektual.

Sejak masa kerajaan Gowa dan Tallo, wilayah ini sudah menjadi pusat peradaban ilmu, tempat ulama dan ilmuwan berdiskusi tentang agama, astronomi, hingga navigasi laut. Tradisi itulah yang kini dihidupkan kembali oleh generasi baru akademisi Makassar melalui dunia penelitian dan konferensi global.

Kehadiran mereka di Dubai tidak hanya membawa nama universitas, tetapi juga semangat keilmuan orang Bugis-Makassar yang dikenal berani melaut, menembus batas, dan menjelajah cakrawala pengetahuan.

“Dari Tanah Daeng sampai Dubai, ilmu itu seperti angin. Ia akan berhembus ke mana saja selama ada yang mau mengibarkan layar.”

Inspirasi bagi Dunia Akademik Indonesia

Apa yang dilakukan oleh dua dosen UIN Alauddin Makassar seharusnya menjadi inspirasi bagi kampus-kampus lain di Indonesia. Di tengah tantangan globalisasi pendidikan, masih banyak perguruan tinggi daerah yang mampu menunjukkan prestasi akademik tingkat dunia jika diberi dukungan dan kepercayaan.

Langkah mereka menunjukkan bahwa riset hebat tidak selalu lahir dari fasilitas mewah, tetapi dari ketekunan, kreativitas, dan keberanian berpikir lintas batas.

Apalagi tema yang mereka bawa makalah radar memiliki nilai filosofis yang relevan bagi dunia pendidikan Indonesia: pentingnya menjadi “peka” terhadap perubahan zaman, mendeteksi permasalahan sosial sejak dini, dan tetap berpijak pada nilai moral dan spiritual.

Para pengamat pendidikan di Makassar menyebut bahwa kesuksesan ini adalah momentum penting untuk memperkuat budaya riset di Indonesia Timur.

“Makassar tidak hanya dikenal karena kulinernya, tapi juga karena intelektualnya. Dan UIN Alauddin telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan bisa lahir dari mana saja, bahkan dari ruang-ruang kecil di kampus yang sederhana.”

Warisan Akademik untuk Generasi Berikutnya

Keikutsertaan dua dosen UIN Alauddin di Dubai tidak akan berhenti pada prestasi pribadi. Mereka berencana membawa pulang ilmu, pengalaman, dan jaringan akademik yang didapat untuk dikembangkan di kampus.

Salah satu rencana yang tengah disusun adalah pendirian Laboratorium Inovasi Islam dan Teknologi Radar, tempat kolaborasi antara fakultas sains dan fakultas dakwah. Laboratorium ini akan menjadi wadah penelitian lintas disiplin yang menjembatani sains dan nilai-nilai spiritual.

Selain itu, makalah mereka akan dijadikan referensi dalam mata kuliah metodologi penelitian lintas bidang, agar mahasiswa bisa belajar langsung dari karya yang sudah diakui dunia.

Mereka berharap langkah kecil ini bisa menumbuhkan semangat baru bagi para peneliti muda UIN Alauddin untuk terus berinovasi, tanpa merasa terpinggirkan oleh kampus besar di ibu kota.

“Kadang kita tidak sadar bahwa ilmu yang kita gali di ruang kecil bisa mengguncang dunia, asal kita menulisnya dengan hati dan memperjuangkannya dengan tekad.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *