Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sinjai selama beberapa hari terakhir menyebabkan banjir dan longsor di sejumlah titik. Kondisi ini membuat akses transportasi antarwilayah terganggu, bahkan beberapa ruas jalan utama tidak bisa dilalui kendaraan. Bencana tersebut menjadi perhatian serius pemerintah daerah dan warga yang kini berjuang menghadapi dampak lingkungan serta ancaman keselamatan.
“Setiap musim hujan tiba, warga Sinjai selalu waspada. Namun kali ini, curah hujan benar-benar ekstrem dan membuat situasi di luar kendali.”
Curah Hujan Tinggi dan Kondisi Tanah Labil
BMKG melaporkan bahwa wilayah Sinjai ke Makassar termasuk dalam zona dengan intensitas hujan tinggi pada pekan ini. Curah hujan yang mencapai lebih dari 200 milimeter per hari membuat debit air sungai meluap, terutama di daerah aliran Sungai Tangka dan Sungai Balangnipa. Air yang melimpah menyebabkan tanggul di beberapa titik jebol dan menggenangi pemukiman warga dan menyebabkan banjir dan longsor.
Kondisi tanah yang labil di kawasan perbukitan memperparah situasi. Longsor terjadi di Kecamatan Sinjai Barat dan Sinjai Tengah, menutup akses utama menuju beberapa desa. Material longsor berupa lumpur, batu besar, dan batang pohon menutupi jalan hingga membuat alat berat kesulitan beroperasi.
“Curah hujan ekstrem selama tiga hari berturut-turut menjadi penyebab utama longsor. Tanah di kawasan perbukitan tidak lagi mampu menahan air.”
Jalan dan Akses Transportasi Lumpuh
Bencana kali ini tidak hanya menyebabkan kerusakan rumah dan lahan pertanian, tetapi juga melumpuhkan konektivitas antarwilayah. Ruas jalan penghubung Sinjai Barat–Sinjai Utara menjadi salah satu yang paling parah terdampak. Jalan tertutup material tanah dan bebatuan, sementara beberapa jembatan kecil di desa terpencil putus diterjang arus air deras.
Transportasi warga benar-benar terganggu. Banyak pengendara terpaksa memutar arah melalui jalur alternatif yang jaraknya bisa mencapai dua kali lipat lebih jauh. Bagi petani dan pedagang, hal ini menimbulkan kerugian besar karena hasil bumi mereka tertahan dan tidak bisa dikirim ke pasar.
“Rute pengiriman hasil panen menjadi macet total. Petani kehilangan potensi penghasilan karena distribusi terhenti.”
Warga Mengungsi dan Kerusakan Rumah Meningkat Akibat Banjir dan Longsor

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sinjai mencatat ratusan warga harus mengungsi akibat rumah mereka terendam banjir dan longsor. Di beberapa lokasi, arus air begitu deras hingga menghanyutkan perabotan rumah dan ternak. Sekolah-sekolah di wilayah terdampak diliburkan sementara waktu.
Tenda-tenda pengungsian mulai didirikan di halaman kantor desa dan balai pertemuan. Relawan dari berbagai organisasi kemanusiaan juga turut membantu dengan menyalurkan bantuan makanan, pakaian, serta kebutuhan dasar lainnya. Pemerintah kabupaten mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi banjir dan longsor susulan karena curah hujan masih tinggi.
“Yang paling kami butuhkan saat ini adalah air bersih dan makanan siap saji. Banyak anak-anak yang mulai sakit karena cuaca dingin.”
Respon Cepat Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Sinjai segera menggelar rapat koordinasi darurat setelah menerima laporan bencana. Bupati Sinjai memerintahkan seluruh dinas terkait untuk turun langsung ke lapangan, terutama BPBD, Dinas PUPR, dan Dinas Sosial. Tim gabungan diturunkan untuk membuka akses jalan yang tertutup longsor dan mengevakuasi warga di daerah rawan.
Alat berat dikerahkan ke lokasi longsor utama, sementara petugas medis bergerak cepat memberikan layanan kesehatan kepada warga terdampak. Pemerintah juga berkoordinasi dengan pihak TNI dan Polri untuk memperkuat penanganan di titik-titik terisolasi.
“Kami tidak bisa menunggu cuaca reda. Tindakan cepat dan terukur menjadi kunci untuk menyelamatkan warga dan memperbaiki akses yang terputus.”
Dampak Terhadap Aktivitas Ekonomi dan Pendidikan
Bencana ini memberikan dampak luas terhadap kehidupan masyarakat Sinjai. Selain menurunnya aktivitas perdagangan dan transportasi, sektor pendidikan juga terganggu. Beberapa sekolah dasar dan menengah di Sinjai Barat dan Sinjai Tengah terendam air. Para siswa terpaksa belajar di tempat pengungsian atau menunggu hingga kondisi banjir dan longsor membaik.
Sementara itu, aktivitas ekonomi di pasar tradisional ikut terhenti. Pedagang mengeluhkan pasokan bahan pokok yang tersendat karena kendaraan pengangkut tidak bisa menembus jalur utama. Harga kebutuhan pokok pun mulai naik akibat keterbatasan distribusi.
“Bencana seperti ini seharusnya menjadi alarm agar pemerintah lebih serius memperkuat infrastruktur dan manajemen risiko di daerah rawan.”
Longsor di Area Pertanian dan Perkebunan
Selain mengganggu aktivitas sosial, longsor juga menghantam lahan pertanian warga. Ratusan hektar sawah dan kebun cengkih rusak berat karena tertimbun material tanah dan batu. Di beberapa lokasi, aliran irigasi putus total sehingga mengancam gagal panen bagi petani.
Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Pemerintah daerah telah berjanji akan memberikan bantuan bibit dan alat pertanian setelah situasi memungkinkan. Namun, banyak petani khawatir akan kesulitan memulai kembali karena kondisi lahan yang berubah drastis.
“Sawah saya tertimbun lumpur setinggi lutut. Butuh waktu berbulan-bulan untuk memulihkan tanah seperti semula.”
Tanggapan Masyarakat dan Solidaritas Sosial
Di tengah situasi sulit ini, solidaritas antarwarga Sinjai justru tampak semakin kuat. Banyak komunitas lokal, termasuk kelompok pemuda dan mahasiswa, turun langsung membantu korban bencana. Mereka mengumpulkan donasi, mendistribusikan makanan, dan membantu membersihkan jalan dari material longsor.
Kegiatan gotong royong di setiap desa menjadi pemandangan sehari-hari. Beberapa warga bahkan membuka rumahnya sebagai tempat penampungan sementara bagi keluarga yang kehilangan tempat tinggal. Kepedulian ini menjadi bukti bahwa semangat kebersamaan masyarakat Sinjai tetap terjaga di tengah cobaan berat.
“Musibah memang menyakitkan, tapi di saat seperti inilah kita belajar arti persaudaraan yang sesungguhnya.”
Antisipasi Banjir dan Longsor Susulan dan Peringatan BMKG
BMKG mengingatkan bahwa potensi hujan dengan intensitas tinggi masih akan berlangsung hingga pekan depan. Masyarakat diminta untuk tetap siaga, terutama yang tinggal di daerah bantaran sungai dan lereng perbukitan. Petugas BPBD terus melakukan patroli untuk memastikan tidak ada warga yang kembali ke rumah sebelum situasi benar-benar aman.
Pemerintah daerah juga menyiapkan jalur evakuasi alternatif dan membangun pos pantau banjir dan longsor di titik-titik rawan. Informasi cuaca diperbarui setiap enam jam untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
“Lebih baik berjaga di tempat aman daripada menyesal ketika banjir dan longsor kembali datang tiba-tiba.”
Infrastruktur Darurat dan Harapan Pemulihan
Perbaikan infrastruktur menjadi fokus utama setelah bencana ini. Pemerintah tengah menyiapkan pembangunan jembatan sementara dan perbaikan jalan darurat agar distribusi bantuan dan logistik tidak terhambat. Proses pembersihan material longsor diperkirakan memakan waktu beberapa hari ke depan.
Masyarakat berharap pemerintah pusat turut memberikan bantuan melalui dana tanggap darurat agar pemulihan berjalan cepat. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk relawan dan lembaga kemanusiaan, sangat dibutuhkan untuk mempercepat normalisasi kehidupan warga.
“Kami tidak butuh janji panjang, kami butuh jalan yang bisa dilalui dan rumah yang bisa ditinggali lagi.”
Refleksi atas Bencana yang Berulang
Banjir dan longsor yang berulang di Sinjai menunjukkan bahwa persoalan lingkungan tidak bisa dianggap remeh. Deforestasi di kawasan hulu, pembangunan tanpa perencanaan matang, dan buruknya sistem drainase menjadi faktor yang memperparah dampak bencana.
Para ahli lingkungan menilai banjir dan longsor, perlu adanya kebijakan serius dalam tata kelola ruang dan mitigasi bencana. Penanaman kembali hutan, pembangunan tanggul permanen, serta edukasi masyarakat tentang bahaya lingkungan menjadi langkah penting agar bencana serupa tidak terus terjadi setiap tahun.
“Bencana bukan semata karena alam murka, tapi karena manusia lalai menjaga keseimbangannya.”
Kini, Sinjai kembali berhadapan dengan kenyataan pahit. Banjir dan longsor bukan hanya soal alam, melainkan ujian bagi pemerintah dan masyarakat untuk bersatu menghadapi krisis. Setiap tetes air hujan yang jatuh membawa pesan bahwa mitigasi dan kesiapsiagaan bukan pilihan, melainkan keharusan agar daerah ini tidak terus menjadi langganan bencana.